fyi
Mungkin ada bapak/ibu yg tinggal di Tangerang-Banten belum mengetahui informasi 
dibawah.
Bagaimana dgn pedagang2 beras di tempat kita tinggal ya ? 
 
Abdillah
 
 
-----Original Message-----
From: Andyan Kurniati 
Sent: Tuesday, February 06, 2007 10:40 AM
Subject: FW: Ditemukan Beras Berpemutih
Oooh...Indonesiaku...*speechless*

Liputan6.com, Jakarta: Di tengah tersendatnya masa panen dan
melambungnya harga beras, sebuah kabar mengejutkan datang dari Kota
Tangerang, Banten, awal Januari silam. Di sejumlah pasar tradisional
seperti Pasar Anyar, Malabar dan Ciledug beredar beras yang mengandung
bahan pemutih berbahaya: klorin! Tak urung temuan Suku Dinas Pengawasan
Obat dan Makanan Kota Tangerang itu membuat banyak pihak terperangah.

Dari sepuluh sampel beras berbagai jenis dan harga yang diteliti bisa
disimpulkan, tak satu pun beras-beras itu yang tidak terkontaminasi
klorin. Padahal, bahan kimia ini tidak diperuntukkan sebagai campuran
makanan karena bersifat racun bagi tubuh. Menurut Kepala Sudin POM Kota
Tangerang Wibisono, bila beras ini dikonsumsi terus menerus dalam jangka
waktu lama bisa mengganggu fungsi pencernaan, hati, dan ginjal [baca: Di
Tangerang Ditemukan Beras Berpemutih
http://www.liputan6.com/view/7,135551,1,0,1169960491.html .

Penelusuran Tim Sigi ke sejumlah pedagang beras dan pengusaha
penggilingan padi di berbagai tempat menemukan fakta zat pemutih yang
melekat pada beras-beras itu tidak muncul dengan sendirinya. Penggunaan
klorin adalah bagian dari praktik curang sejumlah pedagang beras dalam
upaya menaikkan harga. Selain itu, umumnya beras-beras polesan tersebut
merupakan beras stok lama yang sudah berbau dan rusak karena terlalu
lama disimpan. 

Dibandingkan dengan beras biasa yang terlihat kusam, beras berpemutih
memang lebih laris dan harganya bisa melonjak hingga Rp 500 per
kilogram. Jadi, tinggal dihitung besarnya keuntungan tambahan jika
seorang pedagang bisa menjual puluhan ton beras polesan dalam sehari.

Sejumlah pedagang dan pengusaha penggilingan padi memberi kesaksian
bahwa praktik memoles beras dengan pemutih sudah menggejala di banyak
tempat. Jadi, tak ada jaminan kalau beras-beras itu hanya beredar di
pasar tradisional dan di Kota Tangerang. Kuat dugaan beras yang sama
juga beredar di Jakarta, Bogor dan Bekasi, Jawa Barat. "Di warung-warung
kecil juga ada," ujar Sarmulih, seorang bandar beras.

Selain itu, para petani ternyata juga sudah lazim menggunakan zat
pewangi. Bahkan, praktik ini dilakukan secara lebih terbuka. Menurut
Direktur Pusat Riset Pangan dan Pertanian Asia Tenggara (Seafast)
Purwiyatno Hariyadi, dalam praktik ini sangat jelas adanya unsur menipu
konsumen. "Seolah-olah dikesankan itu adalah beras wangi," ujar
Purwiyatno.

Untuk membuktikan kebenaran kabar itu, Tim Sigi membuntuti seorang
pedagang beras besar di Kota Karawang, Jabar, saat berbelanja beberapa
jenis bahan kimia. Ansor, sebut saja namanya begitu, membeli 250 gram
kristal pemutih beras, sitrun dan setengah kilo pewangi beraroma pandan
di dua toko kimia berbeda yang menjadi langganannya. 

Sesampai di rumah Ansor pun mulai mengolah beras kusam menjadi bening.
Setiap 20 liter air yang akan digunakan untuk merendam beras, dia
mencampurkan dua sendok makan klorin dan sitrun. Sedangkan zat pewangi
dicampurkan sebanyak 50 mili liter untuk setiap 10 liter air. Takaran
itu cukup untuk mengubah satu ton beras biasa menjadi putih mengkilat
serta wangi.

Tahapan selanjutnya adalah merendam beras dengan campuran zat kimia
tersebut. Beras yang telah dipoles kemudian dikeringkan dengan cara
ditabur sembari disemprot menggunakan campuran pewangi untuk kemudian
kembali diaduk. "Beras harus didiamkan selama satu malam biar kering
sebelum dimasukkan ke dalam karung," jelas Ansor.

Soal keuntungan, menurut Ansor, setiap satu ton beras yang dipoles bisa
menambah pemasukan Rp 300 ribu. Itu merupakan keuntungan bersih setelah
dikurangi biaya-biaya lainnya. Keuntungan akan makin bertambah jika
beras-beras itu juga diberi pewangi, sehingga harganya makin terkatrol.
Nilai nominal itu jelas sangat menggiurkan, apalagi dalam satu bulan,
seperti pengakuan Ansor, dia bisa memoles setidaknya 40 ton beras.

Seorang pedagang lainnya, sebut saja Endang, menuturkan hal yang sama.
Praktik memoles beras yang dilakukannya bermula dari ikut-ikutan teman
sesama pedagang beras. Dia mengaku tergoda untuk memoles karena beras
yang dihasilkan terlihat lebih bagus. "Kalau tidak pakai pemutih
harganya di bawah," jelas Endang.

Di balik warna mengkilat yang menggoda, dia mengakui banyak kekurangan
dari beras yang telah dipoles, seperti tidak tahan lama. Ini dimaklumi
karena saat dipoles beras-beras itu sudah direndam air sehingga harus
segera dikonsumsi. "Beras yang dipoles juga terasa kurang enak kalau
dimakan," imbuh dia.

Di pasaran, klorin banyak diperjualbelikan dalam bentuk kalsium
hipoklorida atau yang dikenal para pedagang kimia sebagai kaporit.
Wujudnya bisa berupa bubuk atau briket padat. Bentuk klorin lain ada
dalam senyawa kimia sodium clorite yang berbentuk kristal putih. Ada
pula klorin murni yang berbentuk gas berwarna kekuning-kuningan. Tapi,
klorin jenis ini langka dan sangat mahal, sehingga kecil kemungkinan
dipakai para petani.

Klorin sendiri sebenarnya zat kimia yang berfungsi sebagai desinfektan
atau pembunuh kuman. Zat kimia ini bersifat racun bagi tubuh yang dalam
perdagangan internasional disimbolkan dengan lambang tengkorak. Kendati
demikian, di Indonesia klorin bisa diperjualbelikan secara bebas
lantaran tak ada larangan untuk itu.

Menurut Ketua Asosiasi Pedagang dan Pemakai Bahan Berbahaya, Philipus P.
Soekirno, bahan pemutih berupa kaporit atau klorin lazimnya digunakan
untuk membunuh bakteri dalam air. Selain itu kerap pula digunakan pada
industri tekstil serta untuk menyegarkan ikan. "Klorin sebagai bahan
pengawet sama sekali belum pernah dibahas," jelas Philipus.

Kalau kemudian klorin digunakan untuk memutihkan beras, menurut Philipus
adalah satu masalah dari sekian masalah yang timbul akibat tidak
jelasnya regulasi yang dibuat pemerintah. Hingga kini, belum ada aturan
tegas yang menyoal tentang bisnis zat berbahaya di Indonesia. "Ini
persoalan besar yang harus diselesaikan pemerintah," tegasnya.

Penelusuran Tim Sigi ke sejumlah pedagang beras yang menggunakan pemutih
juga mendapati kristal pemoles yang bertahun-tahun dipakai ternyata
memiliki bau dan bentuk berbeda dibandingkan klorin yang lazim
diperjualbelikan pedagang bahan kimia. Bentuknya bening dan tidak
mengeluarkan bau menyengat seperti klorin.

Purwiyatno yang disodori sejumlah bentuk beras berklorin dan yang
menggunakan kristal pemutih, dari bau dan fisiknya kristal pemutih itu
bukan jenis klorin. "Itu mungkin zat lain, tapi kita belum tahu," ujar
dia. Yang jelas, Purwiyatno memastikan bahwa beras akan kehilangan
kandungan gizinya jika dipoles hingga putih bersih.

Ironisnya, pemerintah belum melihat kasus beras yang terkontaminasi zat
kimia klorin sebagai masalah besar. Bahkan, antara Departemen Pertanian
dan Badan POM justru seperti saling lempar tanggungjawab. Deptan merasa
tanggung jawab menarik beras-beras berpemutih itu ada di tangan Badan
POM. Sebaliknya, Badan POM menilai Deptan yang sebenarnya memiliki
kewenangan itu [baca: Badan POM Tidak Berwenang Menarik Beras Berpemutih
<http://www.liputan6.com/view/3,135883,1,0,1169960491.html> ].

Terlepas dari masalah itu, yang jelas penelitian untuk menelisik lebih
dalam akibat mengkonsumsi beras berklorin terus dilakukan. Termasuk
untuk menjawab apakah kandungan klorin bisa hilang setelah beras dimasak
menjadi nasi.

Meski hasil penelitian Dinas Kesehatan Kota Tangerang baru akan dirilis
pekan depan, Tim Sigi sudah mendapatkan bocoran informasi. Disebutkan,
klorin tetap melekat sampai beras itu telah dimasak menjadi nasi. Hanya
saja, kadarnya memang sudah berkurang.

Namun, apa pun alasannya, praktik ini tetap saja tidak dibenarkan, baik
dari sisi hukum dan kesehatan. Perlu ada langkah tegas untuk
menyelamatkan masyarakat dari praktik penipuan ini. Langkah itu bisa
diawali dengan mempertegas regulasi peredaran zat kimia berbahaya serta
memberi sanksi hukum bagi petani yang dengan sadar telah merusak
kesehatan konsumen.(ADO/Tim Sigi SCTV)
 
--------------------------------------------------------

This message (including any attachments) is only for the use of the person(s) 
for whom it is intended. It may contain Mattel confidential, proprietary and/or 
trade secret information. If you are not the intended recipient, you should not 
copy, distribute or use this information for any purpose, and you should delete 
this message and inform the sender immediately.

--------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke