Kamis, 22 Februari 2007

Beberapa Menit Bertaruh Nyawa 




Hujan lebat mendera Bandara Internasional Juanda, Surabaya, Rabu (21/2) 
menjelang sore. Hujan deras ini seperti memberi pertanda buruk. Bersamaan hujan 
itu, sekitar pukul 15.20 WIB, dari arah langit pesawat Adam Air nomor 
penerbangan KI-172 dari Jakarta tujuan Surabaya tengah bersiap melakukan 
pendaratan. 

Terlihat sepintas pendaratan berjalan lancar tanpa kendala. Namun beberapa 
detik kemudian, sayap pesawat tiba-tiba patah dan laju pesawat yang masih 
berada di runway (landasan pacu) menjadi oleng. Sejurus kemudian laju pesawat 
tampak tersedak, dan asap mengepul dari hampir seluruh celah badan pesawat. 
''Saat itulah para penumpang yang berjumlah sekitar 148 orang, panik. Mereka 
semua seketika berdiri dari tempat duduknya meski saat itu safety belt-nya 
belum boleh dilepaskan karena pesawat belum dalam posisi berhenti,'' kata Edi 
Suranto, salah seorang penumpang, usai dievakuasi petugas keamanan bandara, 
kemarin petang. 

Semua penumpang pesawat tersebut makin panik, setelah kepulan asap membuat 
ruangan kabin kian pekat. Saat itu, kata Edi, terlihat yang patah bukan hanya 
sayapnya, tapi juga badan pesawat. Kabin bagian tengah pesawat yang 
ditumpanginya sudah melengkung. ''Melihat kondisi seperti itu, penumpang saling 
berebut minta keluar dan berteriak-teriak histeris karena takut bahwa pesawat 
bakal meledak,'' ujar Edi. 

Dia sendiri mengaku dihantui ketakutan yang sangat besar. Daripada ikut gaduh 
berebut pintu keluar, Edi memilih berdoa memohon keselamatan kepada Yang Maha 
Kuasa. Ketakutan begitu besar akhirnya membuat Edi hanya bisa pasrah. ''Kita 
berteriak-teriak juga tak ada gunanya, jika saat itu tiba-tiba pesawat meledak. 
Apalagi ruangan penumpang saat itu juga sudah mengepul,'' tutur dia. 

Dalam kepasrahan itu, Edi pun sadar bahwa ajal adalah harga mati. Kalau sudah 
waktunya datang, dia akan datang. Tak bisa diundur, juga tak bisa dimajukan. 
Dia mengaku siap menghadap jika memang saat itu Tuhan memanggilnya. Edi 
mengisahkan kepasrahannya ini dengan mata berkaca-kaca.

Untunglah, ajal Edi memang belum waktunya tiba. Dia tetap hidup dan 
diselamatkan Tuhan. Berkali-kali Edi pun mengucap syukur karena masih diberi 
kesempatan bertemu kembali dengan sanak kerabat. Lain lagi dengan Rusdi (48 
tahun), penumpang pesawat nahas asal Jember. Tatkala mengetahui sayap dan badan 
pesawat patah, ia meminta crew pesawat segera membukakan pintu. Tetapi, 
keinginannya itu tak cepat terpenuhi. 

Menurut dia, tak satu pun di antara crew pesawat yang sigap dan bertindak cepat 
membuka pintu pesawat. Dalam keadaan kalut berbalut ketakutan, di antara 
penumpang ada yang mencoba keluar paksa dengan menggedor-gedor cendela kaca 
pesawat.

Dia pun sangat menyesalkan kelambanan para awak pesawat itu. 
''Pramugari-pramugari semestinya memberikan tindakan penyelamatan terhadap 
penumpangnya. Bukan malah ketakutan sendiri,'' ungkap dia. Karena ketakutan 
para awak pesawat inipun menjadi terlihat tidak tahu tindakan apa yang harus 
segera diambil. Tentu saja, kenyataan seperti ini membuat para penumpang 
bertambah panik. Perasaan bahwa mereka sedang bertaruh dengan maut pun menjadi 
semakin kuat.

Mereka tak kuat lagi menanggung perasaan seperti, beberapa orang tak bisa 
bertahan. Rusdi mengisahkan, dalam kondisi panik itu, ia melihat ada seorang di 
sampingnya yang pingsan. Ketakutannya telah melampaui batas kesadarannya. Namun 
demikian, Rusdi akhirnya bisa mengucap syukur setelah mengetahui seluruh 
penumpang pesawat akhirnya selamat.

Lain lagi cerita Hartati (35 tahun), salah seorang penumpang asal Surabaya. Ia 
mengaku tidak tahu persis bagaimana kejadiannya karena berada di dalam pesawat. 
Tapi, ia merasakan saat mendarat terlalu keras, kemudian badan pesawat bagian 
belakang patah. ''Mungkin mulai nomor penumpang 17 ke belakang,'' ujarnya.

Menurut dia, sesudah lima menit kejadian itu, penumpang minta dibukakan pintu 
darurat, tapi pramugari mengatakan kondisi masih terkendali. Namun, penumpang 
tidak bisa ditenangkan dan terlalu panik, ditambah bau kebakaran sangat 
menyengat. Saat akhirnya pintu darurat berhasil dibuka paksa, para penumpang 
langsung berhamburan keluar. 

Menurut sejumlah penumpang, sebenarnya saat akan berangkat dari Jakarta pukul 
12.30 WIB, penumpang sudah diberi tahu pesawat mengalami delay, karena alasan 
perbaikan ban. Tapi akhirnya, pada pukul 14.15 WIB pesawat take off untuk 
menuju Surabaya. Ternyata, begitu sampai Surabaya, musibah itu terjadi.

Setelah berhasil dievakuasi, penumpang diamankan di sebuah ruangan bandara. 
Namun, tak begitu lama para penumpang keburu kabur, pulang ke rumahnya 
masing-masing. Kendati begitu peristiwa ini sempat menjadi tontonan dan sempat 
mengganggu beberapa jalur penerbangan. 

Informasi dari Manajer Humas PT Angkasa Pura I Bandara Juanda, Edmondus 
Priyono, menjelang pukul 17.00 WIB, Bandara Juanda sudah terbuka kembali. 
Diungkapkanya, pesawat Adam Air jenis Boeing 737-300 ini sempat mendarat mulus. 
Tapi, pesawat tidak bisa masuk ke apron karena badan pesawat patah, akhirnya 
pesawat melengkung 45 derajat dan membuat kepanikan para penumpangnya. 
wot/tok/edo

( ) 
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=283596&kat_id=3

Kirim email ke