Dear Yuyun ,

berikut summary yg saya janjikan kepada kamu yg sudah saya dapat dari mailist Tarki , 
semoga informasi ini berguna bagi teman kamu , juga ada artikel mengenai penyakit 
Lupus dibawah ini . 
saya kirimkan ke Mailist Balita juga karena siapa tau nanti ada yg membutuhkan . 

Semoga membantu dan teriring doa untuk teman kamu yg sedang sakit Lupus.

Regards,
Lisa


> Untuk websitenya sendiri aku lihat yang di www.lupus.org 
> 
> Dari Nuri
> RS Kramat 128 di Kramat Raya situ, telfon 390 9513, dr. Zubairi, 
spesialis untuk penyakit lupus itu
> 
> Dari Yenita
> Info kesehatan kamu bisa dapatin di Tabloid Senior, kamu bisa hubungi 
Bagianinformasi, mereka bisa ngasih data lengkap bahkan sampe daftar 
dokter, RS dsb, Contact to. Redaksi Senior Telp. 53674084, Sdr. Fila,
> 
> Dari Ratna,
> Namanya Dr. Abidin. Pastinya dia praktek di RSCM & Kelapa Gading, dan 
jadi dokter tamu di Carolus
> 
> Dari Vanesa
> Prof Karmel Tambunan di RS PGI Cikini 
> 
> Dari Merry Sutedja
> Coba contact ke RS Mediros, disana ada dokter yang
> khusus menangani Lupus, teamnya Prof.R.P
> Sidabutar(sudah meninggal)tapi teamnya (ada 4 orang)
> juga oke, saya sedang tidak bawa no telp RS Mediros,
> tetapi RS ini adanya didekat Klp. Gading yang ke arah
> Pulogadung, kalo dari Klp. Gading ada disebelah kanan,
> oba aja contact dulu.
> 
> 
>            
> 
>                   LUPUS BELUM ADA OBATNYA 
>                  Selain AIDS yang pendatang baru, ada juga penyakit 
lama yang belum bisa disembuhkan, yakni lupus. Penyakit yang dijuluki si 
Peniru Ulung ini sering dikira penyakit lain. Kalau sedang aktif, tak 
kalah mengerikan dibandingkan dengan AIDS. Wanita yang semula berparas 
cantik bisa kehilangan kecantikannya.
> 
>                        
>                         Timbulnya ruam merah mirip kupu-kupu di wajah 
merupakan salah satu gejala lupus. (Repro: Medstudent) 
>                   Kulit wajah di antara kedua pipi ditandai ruam 
merah yang bentuknya menyerupai kupu-kupu. Di bagian tubuh lain muncul 
bercak-bercak merah menyerupai cakram. Rambut rontok tak terkendali. 
Sariawan muncul di dalam rongga mulut. Itulah sebagian gejala lupus, penyakit 
otoimun kronis yang bisa menyebabkan peradangan di berbagai bagian 
tubuh, khususnya pada kulit, persendian, darah, dan ginjal.
> 
>                   Nama ilmiahnya lupus eritematosus sistemik (LES). 
Namun, lebih sering disebut lupus saja. Sedangkan penderitanya akrab 
disebut "odapus", orang dengan lupus.
> 
>                   Menurut Robert G. Lahita, M.D., Ph.D, kepala bagian 
Rematologi dan Penyakit Jaringan Konektif RS St. Luke/Roosevelt, 
Amerika Serikat, penyakit yang tak ada hubungan saudara dengan tokoh Lupus 
rekaan Hilman Hariwijaya dalam novel-novelnya ini, dibedakan jadi tiga 
tipe: lupus yang menyerang kulit (discoid lupus), yang menyerang sistem 
dalam tubuh, termasuk persendian dan ginjal (systemic lupus), dan lupus 
akibat pemakaian obat tertentu.
> 
>                   Dari ketiganya, discoid lupus paling sering 
menyerang. Namun, systemic lupus selalu lebih berat dibandingkan dengan 
discoid lupus, dan dapat menyerang organ atau sistem tubuh. Pada beberapa 
orang, cuma kulit dan persendian yang diserang. Meskipun begitu, pada 
orang lain bisa merusak persendian, paru-paru, ginjal, darah, organ atau 
jaringan lain. Sedangkan lupus akibat pemakaian obat umumnya berkaitan 
dengan pemakaian obat hydralazine (obat hipertensi) dan procainamide 
(untuk mengobati detak jantung yang tidak teratur). Hanya saja, cuma 4% 
dari orang yang mengkonsumsi obat-obat itu yang bakal membentuk antibodi 
penyebab lupus. Dari 4% itu pun sedikit sekali yang kemudian menderita 
lupus.
> 
>                   Sampai sekarang, penyakit ini belum bisa 
disembuhkan atau dicegah. Yang bisa baru sebatas menghilangkan gejalanya. Caranya 
dengan mengkonsumsi obat-obatan seumur hidup, menjalani pola hidup 
tertentu, dan menghindari stres.
> 
>                   Sistem kekebalan jadi liar
>                   Lupus sebenarnya telah dikenal lebih kurang seabad 
lalu. Mula-mula lupus kala itu dikira akibat gigitan anjing hutan. 
Dugaan itulah yang menyebabkan penyakit ini kemudian disebut lupus yang 
berarti anjing hutan dalam ba> hasa Latin. Dalam perkembangan selanjutnya, 
lupus menyebar ke seluruh organ di dalam tubuh. Maka muncullah sebutan 
LES itu.
> 
>                   Menurut dr. Heru Sundaru dari Sub Bagian 
Alergi-Imunologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo 
(RSCM), Jakarta, dalam seminar Penyakit Lupus dan Wanita yang 
diselenggarakan Yayasan Lupus Indonesia pada Juni 1998, penyebab lupus belum 
diketahui dengan pasti. Selain faktor keturunan, faktor lingkungan seperti 
infeksi virus, cahaya matahari, dan obat-obatan, diduga ikut berperan 
dalam timbulnya gejala.
> 
>                   Robert mengungkapkan, ada 10% penderita lupus 
memiliki keluarga dekat yang telah atau memiliki kemungkinan menderita 
lupus. Statistik juga menunjukkan, ada 5% anak yang dilahirkan odapus bakal 
memiliki kemungkinan menderita penyakit ini.
> 
>                   Meski lebih sering menyerang kaum wanita, terutama 
yang berusia dua puluhan tahun, "Tapi pria kemungkinan juga bisa 
terkena lupus," jelas dr. Heru. Hasil survai yang dikutip dokter spesialis 
penyakit dalam itu menunjukkan, pada usia subur perbandingan wanita dan 
pria penderita lupus 10 : 1. Di RSCM perbandingannya 17 : 1.
> 
>                   Tingkat "keganasan" lupus juga berbeda menurut ras. 
Survai di AS menunjukkan, di antara 2.000 penduduk kulit putih 
ditemukan satu penderita. Sedangkan pada penduduk berkulit hitam dan keturunan 
Asia, frekuensinya lebih tinggi.
> 
>                   Lupus diketahui sebagai penyakit otoimun, penyakit 
yang muncul lantaran sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan, yang 
justru mengganggu kesehatan tubuh. Di dalam tubuh manusia selalu ada 
sistem kekebalan tubuh, yang terdiri atas zat anti dan sel darah putih. 
Sistem imun ini bertugas melindungi tubuh manusia dari serangan antigen 
(musuh berupa bakteri, virus, mikroba lain). Pada lupus, oleh sebab yang 
belum diketahui, zat anti dan sel darah putih tadi justru menjadi liar 
dan menyerang tubuh yang seharusnya dilindungi. Akibatnya, organ-organ 
tubuh menjadi rusak dan gejala lupus pun muncul.
> 
>                   Perusakan jaringan tadi terjadi dengan dua cara. 
Zat anti langsung menyerang sel jaringan tubuh. Atau, zat itu masuk 
aliran darah dan bertemu antigen, lalu berkoalisi membentuk kompleks imun. 
Kompleks ini tetap ikut aliran darah sebelum tersangkut di pembuluh 
darah kapiler organ tertentu. Dalam keadaan normal, kompleks ini akan 
dieliminasi oleh sel-sel radang.
> 
>                   Sebaliknya, dalam keadaan tidak normal kompleks itu 
tidak dapat dihilangkan dengan baik dan sel-sel radang sebaliknya malah 
bertambah banyak sambil mengeluarkan enzim yang menimbulkan peradangan. 
Bila peradangan berlanjut, organ tubuh akan rusak, fungsinya terganggu 
sehingga menimbulkan gejala penyakit. Diduga, sinar matahari maupun 
hormon estrogen mempermudah terjadinya reaksi otoimun.
> 
>                   Positif lupus, empat kriteria
>                   Gejala penyakit ini dibedakan atas gejala umum dan 
gejala pada organ tertentu. Gejala umum yang sering ditemukan di 
antaranya, penderita sering merasa lemah, kelelahan berlebihan, demam, dan 
pegal-pegal. Gejala ini muncul ketika lupus sedang aktif dan menghilang 
ketika tidak aktif. 
> 
>                   Organ-organ tubuh yang biasanya menunjukkan adanya 
lupus sangat banyak, dari kulit, ginjal, jantung, hingga otak. Pada 
kulit gejalanya berupa ruam merah berbentuk mirip kupu-kupu di kedua pipi. 
Di bagian tubuh lainnya terdapat bercak merah berbentuk cakram dan 
terkadang bersisik. Kerontokan rambut dan sariawan merupakan gejala lain 
pada kulit. Kalau dilihat secara utuh, penderita lupus dengan 
gejala-gejala tadi akan tampak mirip monster.
> 
>                   Pada dada timbul rasa sakit yang menimbulkan 
gangguan pernapasan. Bila jantung atau paru-paru terserang, penderita akan 
merasakan jantung berdebar atau sesak napas. Bila jantung mengalami 
kelainan lanjutan, kaki menjadi bengkak. Pada sistem otot gejala yang 
dirasakan penderita adalah rasa lemah atau sakit di otot. Pada pesendian akan 
dirasakan sakit, baik dengan ataupun ta> npa pembengkakan dan 
kemerahan. Pada darah terjadi penurunan jumlah sel darah merah, putih, dan sel 
pengatur pembekuan darah.
> 
>                   Sedang pada saluran pencernaan muncul gejala sakit 
perut, mual, muntah, diare, atau sukar buang air besar. Pada ginjal 
terjadi gangguan fungsi yang mengakibatkan tidak dapat dikeluarkannya 
racun hasil metabolisme dan banyaknya kandungan protein dalam urine. Pada 
sistem saraf timbul gangguan pada otak, saraf sumsum tulang belakang dan 
saraf tepi, yang mengakibatkan pusing atau kejang. Bahkan, bisa sampai 
menimbulkan stroke dan gangguan jiwa, meskipun ini jarang terjadi.
> 
>                   Menurut dr. Heru, pada 1971 untuk bisa menentukan 
seseorang terserang lupus setidaknya diperlukan 14 kriteria. Pada 1982 
kriteria itu menjadi 11. Sekarang, diperlukan hanya empat kriteria. 
"Tapi bukan berarti kalau ada tiga kriteria bukan lupus. Tiga kriteria saja 
sudah bisa menunjukkan kemungkinan adanya penyakit lupus," tambah dr. 
Heru. Bahkan, bila menunjukkan gejala pada dua atau lebih organ atau 
sistem tadi, seseorang harus diwaspadai menderita lupus.
> 
>                   Gejala lupus sering menyerupai penyakit lain, 
sehingga penyakit ini sering dijuluki Si Peniru Ulung. "Karena itu kita 
harus hati-hati dalam menginterprestasikan hasil pemeriksaan," jelas dr. 
Heru. Bisa saja dokter menduga pasiennya terserang sifilis, batu ginjal, 
atau rematik, seperti yang dialami Tiara Savitri, penderita lupus yang 
kini menjadi Ketua Yayasan Lupus Indonesia. Bahkan, menurut Robert, 
tidak akan ada dua penderita systemic lupus memiliki gejala yang sama. 
"Tipu daya" macam itu tidak jarang menyebabkan dokter maupun penderita 
frustasi akibat penyakitnya tak kunjung membaik.
> 
>                   Untuk mendiagnosis penyakit ini dengan pasti 
diperlukan pemeriksaan darah atau biopsi kulit. Keduanya untuk memeriksa 
antibodi-antibodi yang muncul ketika lupus sedang aktif. 
> 
>                   Hamil boleh, tapi direncanakan
>                   Meski masih belum bisa disembuhkan, odapus tetap 
bisa mendapatkan pengobatan agar bisa hidup lebih lama seperti orang 
sehat. Pengobatan ditujukan untuk menghilangkan gejala lupus yang ada. 
Pengobatan juga perlu didukung perubahan pola hidup, pengendalian emosi, 
pemakaian obat secara tepat, dan pengaturan gizi seimbang.
> 
>                   Menurut dr. Harry Isbagyo, SpPD, KR, dari Sub 
Bagian Reumatologi, Bagian Penyakit Dalam, FKUI/RSCM, dalam proses 
pengobatan pasien mesti dievaluasi minimal tiga bulan sekali, tergantung status 
kesehatannya. Tujuannya, mengevaluasi aktivitas penyakit dan menentukan 
pengobatan selanjutnya. "Penyakit ini berlangsung lama, bisa 
bertahun-tahun. Jadi harus sabar dalam menjalani pengobatan," jelas dr. Harry.
> 
>                   Penderita memerlukan program pengaturan lama 
beraktivitas dan lama tidur. Menurut dr. Harry, bagi odapus, kecapekan dan 
stres berat merupakan penyebab tercetusnya gejala lupus. Karena itu, 
hidup teratur merupakan keharusan. "Olahraga juga boleh. Tapi jangan 
dipaksakan, misalnya jangan dilakukan pada siang hari saat matahari sudah 
kuat," tambah dr. Heru.
> 
>                   Meski tidak semua odapus sensitif terhadap sinar 
matahari, mereka dianjurkan menghindari paparan sinar matahari secara 
langsung untuk waktu lama karena kekambuhan penyakit sering terjadi 
setelah terpapar sinar ultraviolet. Dr. Heru menganjurkan penderita keluar 
rumah hanya sebelum pukul 09.00 atau sesudah pukul 16.00. Ketika keluar 
rumah, penderita memakai sun block atau sun screen (pelindung kulit dari 
sengatan sinar matahari) pada bagian kulit yang akan terpapar. Dr. 
Harry juga menyarankan penderita mengenakan pakaian yang tepat.
> 
>                   Menurut dr. Harry, penderita perlu segera mencari 
pertolongan medis bila timbul gejala panas tanpa diketahui penyebabnya. 
Bila hendak mendapat berbagai tindakan medik, macam pengobatan gigi, 
tindakan terhadap saluran kemih dan kandungan, atau tidakan bedah 
lainnya, penderita perlu berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan 
antibiotika pencegahan. Bila penderita>  terserang pada organ utama, seperti 
ginjal, paru, jantung, dsb., penyakitnya sedang aktif, atau dalam 
pengobatan dengan obat-obatan imunsurpresif, dia sebaiknya dicegah dari 
kehamilan. 
> 
>                   "Penderita yang penyakitnya sedang aktif, jarang 
sekali bisa hamil. Kalaupun bisa hamil biasanya akan menimbulkan 
keguguran. Karena itu, kalau berhasil hamil sebaiknya penyakitnya selalu 
dikontrol," tegas dr. Harry. Namun dokter ini juga mengingatkan bahwa yang 
terbaik adalah kehamilan terencana. Artinya, selama penyakitnya aktif, 
kehamilan dihindarkan dan pengobatan dilakukan secara intensif. Odapus 
dianjurkan menghindari kontrasepsi yang mengandung estrogen. Setelah 
penyakitnya teratasi, barulah merencanakan kehamilan.
> 
>                   Dalam pengobatan lupus, ada dua kategori obat yang 
digunakan, yakni golongan kortikosteroid dan golongan selain 
kortikosteroid. Golongan kortikosteroid merupakan obat utama penyakit lupus. 
Untuk kelainan kulit diberikan dalam bentuk topikal (salep, krem, atau 
cairan). Untuk lupus ringan digunakan kortikosteroid dalam bentuk tablet 
dosis rendah. Bila lupus sudah dalam kondisi berat, digunakan 
kortikosteroid dalam bentuk tablet atau suntikan dosis tinggi. "Kalau sudah 
menyerang otak, misalnya, dosisnya bisa sampai 1.000 mg per hari," jelas dr. 
Harry. Setelah kondisinya teratasi, dosis diturunkan sampai dosis 
terendah yang dapat mencegah kambuhnya penyakit.
> 
>                   Obat golongan bukan kortikosteroid biasanya 
merupakan pelengkap obat kortikosteroid. Di antara obat golongan ini adalah 
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) untuk mengatasi keluhan nyeri dan 
bengkak sendi; obat antimalaria (kloroquin/resochin, dihidroksi 
kloroquin/plaquenil) untuk mengatasi gejala penyakit pada kulit, rambut, nyeri otot 
dan sendi, bahkan untuk odapus dengan gejala ringan; dan obat 
imunosupresif macam siklofostamid untuk kondisi yang disertai gangguan ginjal, 
azatioprin yang merupakan obat pendamping kortikosteroid agar kebutuhan 
kortikosteroid dapat dikurangi, dan klorambusil.
> 
>                   Penggunaan obat-obat tadi mesti dengan pertimbangan 
matang mengingat efek sampingan yang ditimbulkan. Obat kortikosteroid, 
misalnya, bisa memberi efek sampingan berupa wajah membulat (moonface), 
penyakit cushing, osteoporosis, diabetes melitus, hipertensi, gangguan 
lambung, dsb. OAINS menimbulkan gangguan lambung, ginjal, darah, dsb. 
Obat antimalaria memberi dampak gangguan penglihatan akibat deposit di 
kornea mata dan retinopati. Sedangkan imunosupresif memberi efek 
sampingan berupa mual atau muntah, gangguan darah, ginjal, dan mudah terkena 
infeksi.
> 
>                   Meski efek sampingan tak dapat dihindarkan (yang 
bisa hanya mengurangi), pengobatan mesti dilakukan. "Pencegahan penyakit 
ini belum bisa dilakukan karena penyebab pastinya saja belum 
diketahui," ungkap dr. Heru. Meski begitu, kalau sudah positif terkena lupus, 
segala upaya mesti tetap dilakukan agar penderita bisa menikmati hidup 
dengan baik. "Odapus bisa bertahan lebih lama dengan penggunaan obat 
secara terkontrol," tegas dr. Harry. "Yang penting adalah dosisnya. Dosis 
dipilih seringan mungkin," tambahnya.
> 
>                   Kini, angka harapan hidup penderita lupus sudah 
termasuk sangat tinggi. Di AS dan Eropa, kalau pada tahun 1955 harapan 
hidup penderita lupus dalam waktu lima tahun kurang dari 50%, maka pada 
tahun 1991 telah mencapai 89 - 97%. Bahkan, harapan hidup 10 tahun telah 
mencapai 83 - 93%. Semuanya lantaran adanya cara-cara diagnosis lebih 
dini dan metode pengobatan lebih baik. (Gde)
> 
> 
> --------------------------------------------------------------
> 

Kirim email ke