Idem dengan mbak Sylvia. Jika ASI masih cukup dan sangat bisa diusahakan cukup. Wah, ASI thok saja, mbak. Nanti kalau sudah 6 bulan, baru deh dikasih tambahan makanan padat. Kalau bisa jangan makanan yg instan melulu ya. Saya gak mengharamkan yg instan, tapi lebih sering ngasih yang buatan sendiri, bubur instan kadang2. Wah, enak lho nanti gedenya. Oh iya, ASi juga membuat si dedek bisa cepet adaptasi ama makanan kita.
Nayma usia 14 bulan, wah maemnya dah enak mbak, sayur, buah, makanan kita (ikan, tempe, tahu, telur, daging)...hayuk aja. Sepupu Nayma yang sering makan bubur instan sekarang susah, maunya ya susu atau telur dadar, sayur dan buah gak mau nyentuh...:) Kalaupun kerja bisa koq ASInya diperah. Saya dulu sering merah, mestinya sih sehari di kantor 4x, tapi karena kesibukan, kadang 1 atau 2x. (mestinya 4x). Nah, pulang2 suka dikatain ama opis boi..."Bu, sapinya hasilnya berapa sekarang? Peternak susu ya?...". Yah, nyengir kuda aja.... Mama Nayma On 7/6/07, Sylvia Radjawane <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Hi mbak Ratri, Untuk bayi, sebetulnya nutrisi paling baik itu ASI :), nggak bisa digantikan dengan berbagai merk susu formula apa pun kualitasnya. Kalau sudah ngomongin susu formula, yang 'terpaksa' dikenalkan kepada bayi karena ASI 'dianggap' nggak cukup lagi, ya ... namanya juga nggak sebagus kualitas ASI, so memilih susu formula bukan lagi 'terpaku' dengan kandungan zat2 tambahan 'ajaib' nya seperti yang sering di iklankan. Yang penting, cocok dengan pencernaan bayi and nggak buat dia jadi alergi (nggak heran kalau harus trial & error waktu milih2 merk susu formula) and sekarang2 ini juga 'cocok' dengan kantong ortu :) Apalagi kalau baby sudah 'cocok' dengan susu formula yang 'mahal', untuk pindah ke merk lain yang lebih 'murah' akan jadi 'PR' baru lagi. Kalau boleh kasih input, kenapa nggak ASI aja, mbak? Mungkin bukan 'ASI sedikit' yang jadi issue (sekarang mbak masih kasih ASI juga, kan?), tapi 'manajemen laktasi' nya (yang memang sering dialami oleh ibu bekerja di luar rumah, termasuk saya dan banyak moms di milis ini). Gimana cara memerah ASI, stok ASI untuk si kecil selama ibu di kantor, kiat untuk memperbanyak ASI, ningkatin rasa percaya diri kalau supply ASI ibu cukup untuk si kecil, dll. Kalau perlu, bisa konsultasi ke Klinik Laktasi di RS (RS. Carolus kalau mbak settle di Jakarta). Dulu juga saya sempat 'berguru' di sana setelah masuk kantor lagi habis cuti melahirkan, dan nggak pernah menyesal ambil keputusan kasih ASI eksklusif buat anak2 saya selama 6 bulan :) O ya, saya coba re-post salah satu artikel tentang susu formula, ya mbak. Siapa tahu jadi tambahan info. "if the best is possible, good and better are not enough", Sylvia - Jovan & Rena's mum with 15-week-'bump' ------------------------------------------- WASPADAI PROMOSI SUSU FORMULA (www.kompas.co.id) - rubrik Kesehatan (21 Mei 2007) penulis: Dahono Fitrianto Dewasa ini makin banyak pilihan produk dan merek susu formula untuk bayi berusia di bawah 6 bulan. Meski begitu, sebaiknya orang tua yang memiliki bayi pada usia tersebut harus ekstra hati-hati saat hendak memutuskan memilih susu formula. Sudah sangat sering diulas oleh dokter anak maupun ahli gizi anak bahwa satu-satunya makanan terbaik untuk bayi berusia 0 hingga 6 bulan adalah air susu ibu (ASI). Bahkan para ahli sangat menyarankan agar para ibu memberikan ASI eksklusif atau tak memberi asupan makanan apa pun kepada bayi kecuali ASI selama enam bulan pertama sejak bayi lahir. "Sayangnya, pemberian ASI eksklusif ini belum jadi gaya hidup keluarga di berbagai lapisan masyarakat. Padahal, menyusui merupakan cara terbaik dan paling ideal dalam pemberian makanan bayi baru lahir dan bagian tak terpisahkan dari proses reproduksi," kata Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia DKI Jakarta (IDAI Jaya) dr. Badriul Hegar SpA (K) (Kompas, 1 April 2006). Ada berbagai macam alasan yang dikemukakan para ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif, misalnya karena sang ibu bekerja sehingga tidak sempat menyusui bayi secara teratur. "Saya sengaja memberi susu formula sejak awal, karena nanti setelah cuti hamilnya habis kan saya nggak bisa memberi ASI secara teratur lagi," ujar Dewi (31), pialang saham, yang baru saja melahirkan anak pertamanya sebulan lalu. Belum terbiasanya masyarakan memberikan ASI eksklusif ini memberikan celah pemasaran yang bisa dimanfaatkan produsen susu formula. Selain itu, para produsen juga memberi iming-iming berbagai vitamin dan zat gizi tambahan ke dalam produk mereka, seperti DHA dan AA, yang sering diklaim dapat membantu perkembangan otak bayi. ADA DALAM ASI Menurut dr IG Ayu Pratiwi Surjadi SpA,MARS, anggota Satuan Tugas ASI IDAI Jaya, DHA (docosahexaenoic acid) dan AA (arachidonic acid/asam arakidonat) memang sangat dibutuhkan bayi, khususnya dalam dua tahun pertama perkembangannya. "Otak manusia sebenarnya sudah terbentuk 90 persen saat lahir. Setelah kelahiran kemudian terjadi mielinisasi dan sinaptogenesis dalam otak," papar dokter yang akrab dipanggil Tiwi ini. Proses mielinisasi adalah pembentukan selaput mielin atau selimut serabut saraf yang membutuhkan laktosa dan atau zat gula dari susu. Sementara proses sinaptogenesis adalah proses pembentukan susunan sistem saraf pusat yang membutuhkan DHA dan AA. "Namun, zat-zat tersebut baru aktif bila ada enzim yang menyertai. Laktosa baru aktif dalam proses mielinisasi jika ada enzim laktase yang menyertai, sementara DHA/AA baru aktif dalam sinaptogenesis saat ada enzim lipase karena DHA/AA pada dasarnya adalah asam lemak," ungkap Tiwi. Tiwi menambahkan, baik laktosa maupun DHA/AA hanya hadir lengkap dengan enzim-enzimnya dalam ASI. "Susu formula jenis apa pun, semahal apa pun, meski dibuat semirip mungkin dengan ASI, tetap saja tak ada enzimnya. Jadi, satu-satunya nutrisi terbaik untuk bayi memang hanya ASI," katanya. Tiwi menambahkan, akibat gencarnya promosi susu formula, banyak anggota masyarakat yang mengira DHA/AA tak terkandung dalam ASI. "Jadi, tolong tekankan DHA/AA yang terbaik itu justru ada di dalam ASI. Komponen apa pun yang dipromosikan ada di dalam susu formula, semuanya sudah ada di ASI," kata Tiwi. MITOS DAN PROMOSI Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Husna Zahir juga mengatakan, pihaknya sama sekali tidak merekomendasikan pemberian susu formula kepada bayi. "Susu formula hanya diberikan dalam kondisi-kondisi tertentu yang sangat darurat. Di luar itu, pemakaian susu formula hanya pemborosan belaka," tandasnya. Husna juga mengungkapkan adanya mitos bahwa bayi sehat adalah bayi yang gemuk. Sementara bayi yang diberi ASI eksklusif memang cenderung tidak menjadi gemuk. "Mereka kemudian menambahkan susu formula agar bayinya gemuk. Padahal, bayi sehat tidak harus gemuk. Itu cuma mitos," ujar Husna. Husna mengingatkan, kondisi bayi baru lahir masih sangat rentan sehingga harus ekstra hati-hati saat memberikan zat makanan dari luar. "Klaim-klaim dari produsen bahwa susu formulanya dapat memberi berbagai dampak positif bagi bayi perlu dipertanyakan lebih lanjut. Misalnya, informasi dosis atau jumlah yang tepat supaya dampak tersebut akan terjadi. Selama ini banyak orang merasa aman apabila sudah mengonsumsi susu tersebut karena termakan promosi," tambah Husna Di atas semuanya, ia juga menyarankan agar masyarakat waspada terhadap penawaran-penawaran susu formula di tempat-tempat pelayanan kesehatan. "Sekarang ini banyak rumah bersalin yang menawarkan susu formula kepada orang tua bayi yang baru lahir. Itu sebenarnya melanggar kode etik," katanya. Kode etik yang dimaksud Husna adalah Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI (International Code of Marketing of Breast-milk Substitutes) yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1981 lalu. "Pemasaran produk susu formula untuk bayi di bawah usia enam bulan seharusnya diatur secara tegas. Kalau perlu ada pelarangan promosi susu formula di tempat-tempat pelayanan medis resmi," ujarnya tegas. ------------------------------------------------ On 7/7/07, Ratri Mesurina P. <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Dari imel 2 yang aku baca, kok ga ada yang konsumsi BMT Morinaga tuk > babynya > ya,...secara aku sekarang kasih babyku itu BMT Morinaga, bukan yang > Platinum, awalnya sih iya…tapi sekarang aku ganti, ga kuat budgetnya, hik > hik… > > Aku jadi penasaran nih, karena saat ini aku masih kasih ASI juga,…ada > comment ga'?? babyku hampir 4 bulan dan alhamdulilah sampai saat ini > cocok2 > aza….?? Ato ada saran tuk lebih baik,….??? > <deleted>