Sebenenya bule-bule itu di kampungnya sendiri lebih menderita lhooo dari kita-kita.
Saya ambil contoh teman-teman bule saya yang kerja di oil company, ya...
Di negara masing-masing (Belanda, Inggris) mereka nggak ada yang mampu bayar PRT atau pengasuh anak kayak kita. Karena standar gaji PRT/baby sitter di sana wuaduuuh.... muahal buangeeet... (sekitar 1000-an euro sebulan, itupun nggak full day, dan weekend libur) Dengan gaji mereka yang cuma engineer di oil company, gak bisa nutup untuk sekedar bayar PRT. Masih mending kita, dooong... dengan gaji kita masih mampu bayar pembokat bahkan nggak jarang satu rumah lebih dari satu PRT, iya, kan... Makanya mereka girang sekali kalau dapat international assignment ke Asia (bisa Thailand, Vietnam, Indonesia, Singapura, Brunei atau Malaysia) di mana tenaga kerja manusia terbilang cukup murah.... bisa punya supir, pembantu, tukang kebun, plus rumah yang gede mentereng... padahal kalo di kampungnya ya... rata-rata mereka tinggalnya di apartemen yang kecil-kecil...

Tapi ya memang begitu sih keadaan di mana-mana, bukan di Indonesia aja, kok, di sini tempat saya tinggal (Malaysia) juga begitu.... local employee-nya juga mengalami kecemburuan sosial sama yang expat...
makanya sekarang saya milih jadi TKI jiran aja deh...
Tampang sama dengan orang lokal, gaji dan fasilitas ngikutin yang bule-bule.... hehehe.... lumaya, kan... yukkk... sapa mo ngikut... jadi TKI.... :)


salam,
Ivy mama Shafa n Qika


----- Original Message ----- From: <[EMAIL PROTECTED]>
To: <balita-anda@balita-anda.com>
Sent: Wednesday, July 11, 2007 1:03 PM
Subject: RE: [balita-anda] Kenapa Negeriku Malah Dijadikan Syurga Bagi Expatriate?


kalo menurutku kita real aja.
perusahaan membutuhkan expat. tapi expat punya standard gaji dan
kesejahteraan sendiri.
mau ga mau perusahaan harus mengeluarkan segitu.
kalo karyawan indonesia juga punya standard sendiri. dan perush juga ga
mau rugi.

kayak jenis pekerjaan juga. bule punya standard sendiri. bule2 da mulai
meninggalkan pekerjaan seperti pilot, abk dll.
mereka anggap itu pekerjaan kelas sekian. sedangkan indonesia enggak.
bahkan buruh2 kita banyak yg kerja di negara lain.
banyak banget yg perlu dibenahi oleh negara ini. kadang gw bingung.
kalo gw presiden gw benahinnya mulai dari mana ya ? hehe





"Ina" <[EMAIL PROTECTED]>
07/11/2007 11:34 AM
Please respond to
balita-anda@balita-anda.com


To
<balita-anda@balita-anda.com>
cc

Subject
RE: [balita-anda] Kenapa Negeriku Malah Dijadikan Syurga Bagi Expatriate?






Malah ada sdr kerja di kontraktor pma
Dia punya bawahan expat asal
Negara companynya
Gajinya masih gedean bawahannya
Padahal jelas2 scr struktur si expat ini
Bawahan sdr ku
System penggajiannya jg beda kl sdrku
Dr  kantor representatifnya di jkt ini
Kl bawahannya yg expat langsung dari
Kantor pusat negaranya
Isn't it ironic...dont u think
(alanis morisette style,..)

cheers
ina

-----Original Message-----
From: Ratna Wulan Sari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, July 11, 2007 11:20 AM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: Re: [balita-anda] Kenapa Negeriku Malah Dijadikan Syurga Bagi
Expatriate?

pernah loh, ada kejadian diperusahaan lama saya yang 100% PMDN. ada 1
orang bulenya di site yang digaji sangat tinggi, padahal yang kerjanya
kebanyakan teman saya (pak S). waktu pak S menanyakan ke HRD, bahwa
pekerjaan si P (Bule ini) sebenernya dia yang banyak ngerjain dan
mengapa gajinya hanya 1/10 si P. Jawaban HRD manager membuat geli. S,
salahmu, kenapa kamu ngga dilahirkan sebagai bule, kata Manager HRD
sambil nepuk2 pundaknya pak S. Pak S cuma bengong. Waktu dia cerita
keteman2, semuanya pada ngakak,... padahal sih ironis sekali, tapi cuma
bisa jadi bahan lelucon yang bikin geli.

regards,
ratna


----- Original Message ----
From: Dwi Wahyono <[EMAIL PROTECTED]>
To: balita-anda@balita-anda.com
Sent: Wednesday, 11 July 2007 10:56:15
Subject: Re: [balita-anda] Kenapa Negeriku Malah Dijadikan Syurga Bagi
Expatriate?


Bener banget apa yang disampaikan mbak sefty.... kebetulan saya jg
pernah
kerja di kantor yang banyak bule-nya.... perbandingan fasilitas dan
gaji...wah...bukan main.....sebagai gambaran...seorang bule (xpat) itu
paling minim gajinya sebulan $ 25,000 (kalau dikonversi ke rupiah
sekitar
250juta) + fasilitas + reimburse all expense
....apartemen...laundry....sampai beli aqua gelas di Hero aja di
reimburse
juga.....

Sementara ....... kalau pakle (pasangannya bule / Indonesia) gajinya
paling
tinggi 60juta/bulan.... apalagi kayak saya yang levelnya baru staff....
hiks..hiks... malu ah nyebutinnya.... :)

Padahal mereka kerja di Indonesia...dan mengeruk kekayaan alam
Indonesia....
aneh ya negeri ini....?

Makanya sekali lagi...kita mesti merubah paradigma berfikir kita....mari
ciptakan generasi2 yang cerdas dan pintar.... yang punya niat ikhlas utk
memajukan negara dan rakyat Indonesia... yang bukan hanya menjadikan
materi
sebagai satu2nya parameter kesuksesan dan kebahagiaan....

Kalau kita..ortu sdh bisa memberikan contoh yang baik kepada anak
kita...Indonesia akan menjadi bangsa yang makmur..adil...dan
sejahtera....
Insya Allah...

Wassalam,
dwi

*
jadimengenangbeberapatahunsilamsaatdisekelilingbanyakorangbuleberkeliara
n...
:)

On 7/11/07, [EMAIL PROTECTED]
<[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

Sumber:
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&dn=20070710204429

Oleh : Vima Tista Putriana

10-Jul-2007, 22:13:03 WIB - [www.kabarindonesia.com]

KabarIndonesia Tiga setengah abad berada di bawah penjajahan Belanda
yang sangat tidak beradab telah membuat bangsa Indonesia tumbuh
menjadi bangsa yang "rendah diri". Meskipun sudah lebih dari 60
tahun merdeka, tetapi sindrom "mental bangsa terjajah" ini tetap
belum hilang. Masih saja merasa diri belum sejajar dengan bangsa
lain.

Satu contoh sederhana keminderan ini terlihat dari diskriminasi
tingkat gaji yang sangat tinggi antara expatriate dan anak negeri
sendiri. Para expatriate di Indonesia digaji 10 kali lipat dari
orang Indonesia meskipun dengan tingkat pendidikan, kemampuan,
tanggung jawab dan kinerja yang sama.

Seorang foreign engineer di Jakarta misalnya, menurut standar
Bappenas, mendapatkan gaji sekitar US $5.000,00 per tahun.
Sebaliknya orang Indonesia, dengan kualifikasi sama hanya menerima
sebesar $500,00 saja. Tidak jarang dalam suatu proyek, meskipun
dengan kualifikasi pendidikan lebih tinggi semisal MSc atau PHd,
orang Indonesia digaji tetap lebih rendah dari expatriate yang cuma
BSc (Rahardjo,2006).

Di samping gaji tinggi, biasanya expatrite juga mendapat berbagai
fasilitas berlimpah seperti berkantor di kawasan segitiga mas
(Sudirman, Thamrin dan Kuningan), tempat tinggal di apartemen mewah,
keanggotan di club-club olah raga dan hiburan elite dan lain-lain.

Intinya mereka sangat dimanjakan, sehingga tidak salah kalau
dikatakan Indonesia adalah syurga bagi para expatriate.
Sebenarnya tidak masalah jika expatriate digaji sedemikian tinggi
jika memang memiliki kemampuan unik yang tidak dimiliki oleh orang
Indonesia dan betul-betul dibutuhkan. Tetapi jika kemampuan dan
kinerja sama, lalu digaji lebih tinggi hanya karena statusnya bule,
sungguh tidak logis menurut cara fakir orang yang berjiwa "merdeka".

Jika pemerintah atau perusahaan harus membayar mahal hanya untuk
status ke-bule-an saja, bukankah ini standar yang sangat stupid.
Ketika jasa seseorang dihargai cuma 1/10 dari koleganya, hanya
karena dia orang INDONESIA, berarti sungguh malang menjadi orang
Indonesia.

Mirisnya lagi, yang mengeluarkan standar gaji yang sangat
diskriminatif ini adalah Bappenas-Pemerintah Indonesia sendiri.
Berarti pemerintah Indonsia melecehkan rakyatnya sendiri, menganggap
bodoh bangsanya sendiri. Ini sungguh bertolak belakang dari peran
yang seharusnya dimainkan oleh pemerintah.

Bukankah pemerintah suatu negara seharusnya menyokong rakyatnya,
mendorong mereka supaya bisa maju, jika belum mampu difasilitasi
supaya mencapai kualifikasi sama dengan expatriate. Singkatnya
memberi kesempatan seluas-luasnya kepada anak bangsa untuk bisa
berkembang dan mengekspolasi potensinya.

Kenyataan di lapangan menunjukkan tidak selalu yang bernama bule
lebih pintar dari orang Indonesia. Banyak diantara mereka memiliki
kemampuan biasa-biasa saja. Malah mungkin di negaranya berada pada
lapis ke-3 atau 4, tapi di Indonesia mereka disanjung sedemikian
rupa, mendapatkan posisi yang sangat bagus dan hidup mewah.





____________________________________________________
Yahoo! Singapore Answers
Real people. Real questions. Real answers. Share what you know at
http://answers.yahoo.com.sg


--------------------------------------------------------------
Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]





--------------------------------------------------------------
Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke