Tapi jangan lupa tes Hb darah dulu ya.... gak mahal2 banget koq. Ke lab aja
langsung....SOL.


On 8/8/07, Agnes K <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Thanks mbak Lif... info ini sangat bermanfaat, akan saya sampaikan ke
> mamanya.
>
>
> Salam
> MamNiMas
> ----- Original Message -----
> From: "Lif Rahayu" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <balita-anda@balita-anda.com>
> Sent: Wednesday, August 08, 2007 11:20 AM
> Subject: Re: [balita-anda] Penyakit Anemia
>
>
> > Hmmm, anemia pada anak kecil sebagian besar karena defisiensi zat besi.
> > Kalo
> > udah begini, mesti dikasih supplement zat besi. Tapi test dulu kadar Hb
> > darahnya, kalo rendah ya anemia. Kekurangan zat besi bahaya lho,
> > perkembangan otak jadi terhambat, tingkat kecerdasan berkurang.
> >
> > Supplemen zat besi murah koq, beli aja bangsa ferril atau ferrogoblin
> > atau
> > ferrilin gitu. Setahu saya satu botol itu tidak sampai 30 ribu hargaya,
> > dan
> > bisa dipakai selama 45 hari berturut2, sehari satu sendok. Berikut
> > sedikit
> > artikel yang saya dapet.
> >
> > Intinya sih lagi2....MAKANAN BERGIZI....capek deh muter kalo udah
> > ngomongin
> > gini, karena kembali lagi ke pendapatan per kapita bangsa kita rendah,
> > why?
> > tingkat penganguran rendah? why? muter2222 nanti jadi panjaaaaang dan
> > lebaaaar, sementara baca dulu artikel ini ya, jeng.
> >
> > Atasi Anemia, Selamatkan Anak-anak
> > **
> >
> >
> > Jangan remehkan anemia, terutama pada anak-anak. Pengabaian penyakit
> > yang
> > lebih dikenal sebagai kurang darah ini bisa membawa bencana pada
> > generasi
> > mendatang. Anemia mengancam kecerdasan anak, menurunkan prestasi
> > belajar,
> > dan melahirkan generasi ber-IQ `jongkok'. Bila hal itu tak diatasi,
> > jangan
> > bermimpi anak-anak negeri ini mampu bersaing di era globalisasi, 10 - 20
> > tahun mendatang.
> >
> > Tanda-tanda ancaman itu sudah tampak. Pemeriksanaan kadar *hemoglobin*
> > (Hb)
> > siswa di 17 Sekolah Dasar (SD) di Jakarta yang dilakukan Yayasan Kusuma
> > Buana dari November 2006 - Februari 2007 membuktikan prevalensi anemia
> > sebesar 23,2 persen dengan kisaran 11,1 - 50,9 persen di tiap sekolah.
> >
> > Anemia adalah kondisi di mana kadar Hb seseorang di bawah normal. Hb
> > berfungsi mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh. Bila kadar Hb
> > berkurang, maka pasokan oksigen ke semua organ tubuh pun berkurang
> > hingga
> > mengganggu kerja organ tersebut. Bila yang terganggu pasokan oksigen
> > untuk
> > otak, maka kemampuan berpikir atau konsentrasi bakal terganggu.
> >
> > Ternyata, indikasi itu tak hanya terjadi di Jakarta tapi juga wilayah
> > lain
> > di Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (KRT) 2004 menunjukkan
> > tingginya
> > kejadian anemia pada anak usia sekolah. Survei itu menunjukkan, Anemia
> > Defisiensi Besi (ADB) - kadar Hb di bawah normal karena kurang zat besi
> > --
> > ditemukan 39 persen pada balita dan 24 persen pada usia 5 - 11 tahun.
> > Padahal, ADB pada anak usia sekolah dan prasekolah bisa mengganggu
> > proses
> > tumbuh kembangnya.
> >
> > Kenyataan itulah yang mendorong Departemen Kesehatan meluncurkan
> > kampanye
> > Indonesia bebas anemia dalam kurun waktu 2006-2008 dengan didukung PT
> > Merck
> > Tbk. Kampanye itu bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai
> > anemia, pencegahan, dan pengobatannya. Untuk operasional, Merck
> > menggandeng
> > DEG, suatu institusi Keuangan di Jerman dan SEAMEO-TROPMED UI untuk
> > training
> > materi penyuluhan anemia bagi para trainer dan Yayasan Kusuma Buana
> > sebagai
> > pelaksana program "Atasi anemia, tingkatkan semangat belajar!"
> >
> > *Gejala 5 'L'*
> > Anak didiagnosa menderita anemia, menurut *Word Health Organization*
> > (WHO),
> > jika kadar Hb kurang dari 12 g/dL untuk usia lebih dari 6 tahun dan
> > kurang
> > dari 11 g/dL usia di bawah 6 tahun. Anak-anak yang terkena anemia dapat
> > dikenali dengan 5 L (lemah, letih, lesu, lelah, dan lunglai). Ciri lain,
> > wajah tampak pucat, mata berkunang-kunang, sampai nafsu makan berkurang.
> >
> > Anemia, sejatinya, tak hanya disebabkan kekurangan zat besi, tapi juga
> > kurangnya vitamin B12, asam folat, dan senyawa lainnya yang merupakan
> > komponen pembentukan sel darah merah. Anemia juga dapat disebabkan oleh
> > pendarahan dan penyakit kronis.
> >
> > Data Departemen Kesehatan 2000 menunjukkan, penyebab anemia adalah
> > malnutrisi balita yang terbagi menjadi gizi kurang sebanyak 5.2 juta
> > orang
> > (26,4 persen), gizi buruk sebanyak 1,7 juta (8,9 persen), dan marasmik
> > kwasiorkor sebanyak 170.000 (0,9 persen). Kecacingan pun menyebabkan
> > siswa
> > SD menderita anemia.
> >
> > Kondisi ini, tentu tidak bisa dibiarkan. Sebab, menurut dr Djajadiman
> > Gatot,
> > SpA (K) dari Divisi Hematologi Onkologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak
> > FKUI/RSCM, ADB mengganggu belajar, juga menurunkan fungsi otot dan daya
> > tahan tubuh pada anak. ''Bila daya tahan tubuh menurun maka risiko
> > infeksi
> > pun akan meningkat,'' tuturnya dalam sebuah seminar di Jakarta, beberapa
> > waktu lalu.
> >
> > Djajadiman mengatakan, anemia saat anak masih bayi akan bedampak pada
> > prestasi di masa sekolah. Konsentrasi dan daya ingat anak rendah dan
> > bisa
> > berujung pada rendahnya kecerdasan intelektual (IQ) dan gangguan
> > perilaku.
> >
> > Toh, 'dunia belum kiamat' bagi penderita anemia. ADB bisa ditangani
> > dengan
> > pemberian preparat zat besi dan mengatasi penyebabnya. Anak-anak - juga
> > ibu
> > hamil - dianjurkan memperbanyak mengkonsumsi daging, hati, kuning telur,
> > tepung, roti, dan gandum yang diperkaya zat besi. Konsumsi zat besi
> > sebaiknya diikuti dengan vitamin C karena dapat meningkatkan penyerapan
> > zat
> > besi.
> >
> > *Generasi Cerdas*
> > Sebetulnya, tambahan zat besi di usia sekolah, menurut dr Soedjatmiko,
> > SpA
> > (K), MSi, spesialis anak dan megister perkembangan anak FKUI/RSCM, tidak
> > banyak manfaatnya. ''Oleh karena itu, pencegahan dan pengobatan
> > sebaiknya
> > mulai umur enam bulan sampai 2-3 tahun,'' tuturnya dalam seminar yang
> > sama.
> >
> > Soedjamiko mengatakan, untuk menjamin perkembangan otak dan kecerdasan
> > optimal, cegah kekurangan zat besi pada bayi, dan calon ibu (remaja
> > putri),
> > di samping kebutuhan nutrisi lain dan simulasi dini sejak dalam
> > kandungan.
> > Bayi dan balita mulai umur enam bulan sebaiknya diperiksa kadar zat
> > besi.
> > Bila kurang, berikan tambahan zat besi dan perbaikan makanan. ASI
> > diteruskan
> > sampai dua tahun.
> >
> > Ibu hamil, Soedjatmiko melanjutkan, sebaiknya diberikan tablet zat besi
> > agar
> > menjamin tercukupinya kebutuhan zat besi untuk jamin, terutama
> > perkembangan
> > otak dan darah. Remaja putri juga sebaiknya memeriksakan kadar zat besi.
> > Bila di bawah normal, segera berikan zat besi sampai normal agar kelak
> > ketika hamil kebutuhan untuk janin tercukupi.
> >
> > Ingin generasi mendatang cerdas? Soedjatmiko mengatakan, itu bisa
> > dilakukan
> > dengan mencegah kekurangan zat besi sejak bayi dalam kandungan sampai
> > usia
> > 2-3 tahun. Selama masa itu, berikan ASI dan nutrisi yang lengkap dan
> > seimbang, lakukan simulasi dini dengan penuh kasih sayang, imunisasi
> > lengkap
> > dan teratur, jaga kebersihan badan dan lingkungan, dan pantau tumbuh
> > kembang
> > secara teratur. Dengan begitu, anemia teratasi, anak-anak selamat dari
> > ancaman kebodohan.
> > (bur )
> >
> >
> > On 8/8/07, Agnes K <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >>
> >> Dear smart parents...
> >>
> >> Aku kebetulan punya tetangga yang anak perempuannya umur +/- 6 thn
> >> badannya kuruuusss bgt... katanya ortunya dia menderita anemia.
> >>
> >> Kalo ada info mengenai penyakit itu please sharing ya parents....
> > soalnya
> >> ngeliat dia kasian juga....badannya kecil banget kayak engga ada
> >> dagingnya..tapi aktifitas dia normal sich... sekolah, bermain, dll.
> >>
> >>
> >>
> >>
> >> thanks
> >> MamNiMas
> >
>
>
>
> --------------------------------------------------------------
> Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
> Info balita: http://www.balita-anda.com
> Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
> menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>

Kirim email ke