Halo mbak Ira.

Wah, jadi seru gara-gara postingan awal saya nih.
Saya setuju dengan mbak Ira, DULU.

Sekarang ternyata perkiraan saya terbukti tidak tepat.
Tentunya setelah tahu banyak fakta dan data dari Parent Class, jadi bukan "menurut saya", kalau saya gak tahu apa-apa....

Juga kemarin banyak ngobrol dengan pak Ibnu (terimakasih bu Nuraini sudah mengingatkan), yang ternyata beliau semasa kuliah di Jepang banyak berinteraksi (malah sering ngajar ya bu Nuraini?) dengan TK dan SD, dan di Jepang pada saat kelas 2 SD baru diajari membaca, yang selama ini kita pahami sebagai melantunkan kata.
Kalau gak salah dulu bu Nuraini pernah posting tulisan pak Ibnu tentang ini.

Memang dilematis, sementara kita ingin anak tidak hanya bisa melantunkan kata tapi juga memahami isi bacaannya, tetapi sekolah menuntut anak bisa membaca dengan lancar, padahal dari bukti sudah jelas, pemahaman membacanya SANGAT rendah.

Jadi, metode membaca yang dimaksud bu Nuraini sedikit berbeda dengan membaca melantunkan kata, seperti yang kita kenal selama ini. Jadi mbak Ira, bukan pada peran orang tua utk membantu anak memahami bacaan, tapi metodenya yang harus kita perbaiki. Lha kalau di negara lain anak2 kecil (3 tahun) sudah bisa/lancar membaca, kok ternyata tidak dengan di Jepang, ya?.
Tapi anak2 SD Jepang katanya jago ngarang.

Jadi, mana yang benar, ya dicari saja, saya ngikut yang bener saja, karena saya bukan ahli dibidang itu. Hanya kenyataan bahwa anak2 di negara kita bisa tertinggal begitu jauh....tanya ken..napa.....

Wassalam

Ira Magdalena wrote:
Halo semua...

Aku kok gak bisa memahami ulasan mbak nuraini (klub
lantika)
ttg hubungan antara "anak membaca sejak dini" dg
"kekurang-mampuan anak
dlm pemahaman isi bacaan". Sptnya ulasannya cuma ingin
mencari-cari
kesalahan ttg anak belajar baca sejak dini.

Kalau dilihat dr kurikulum anak2 SD di beberapa
sekolah yg aku liat
(termasuk tempat anakku sekolah), pelajaran ttg
memahami isi bacaan
sptnya memang sangat kurang. Artinya, apakah anak itu
sdh bisa
baca sejak dini atau tidak, kalau isi pelajarannya
cuma spt itu,
ya hasilnya spt yg disampaikan mbak nuraini itu. Jd,
menurutku tdk
ada hubungannya dg anak belajar baca di usia dini.

Kmd, yg perlu digarisbawahi adalah kata2 "akibat
pemaksaan..."
Kalo sdh ada unsur paksaan, apapun itu (tdk hanya
masalah
membaca sejak usia dini) pasti tdk akan menghasilkan
hal yg baik.

Satu lagi... kalimat:
"sangat mubazir jika anak kita di usia dini kurang
  pemahaman tentang alam dan sekitarnya, hanya diisi
dengan hapalan
  kalimat yang belum tentu dapat dipahami."
Ini adalah ungkapan pemaksaan utk mencari kesalahan
ttg membaca sejak usia dini.
Spt yg sangat sering terjadi, kontra thd membaca usia
dini dibandingkan
dg hal yg tidak ada hubungannya sama sekali!
Kalimat diatas seolah-olah mengambil kesimpulan bahwa
anak tsb "HANYA" belajar
membaca saja, dan orgtuanya tidak mengajarkan
pemahaman ttg alam dan sekitarnya.
INI SALAH!
Dari banyak orgtua yg aku kenal, semua yg mengajarkan
anaknya membaca sejak usia dini, mereka juga sangat
concern dg hal-hal yg lebih penting lagi spt etika,
disiplin, lingkungan, sopan-santun, dsb.
Belajar membaca HANYALAH SALAH SATU BAGIAN KECIL dr
keseluruhan kehidupan anak tsb. Orgtua2 tsb jg sangat
paham bahwa yg dimaksud membaca adalah termasuk
memahami isi bacaan tsb. Makanya, anak2 mereka bisa
membaca sendiri dg mandiri dan senang hati krn mereka
memahami isi bacaan tsb.

Kmd, ttg kalimat "..dan itu tidak terjadi di negara
maju",
yg saya tahu, di negara maju yg aku pernah tinggal
belasan tahun, anak-anaknya bisa dibilang semuanya
bisa membaca sejak usia dini (sekitar 3 tahunan) krn
lingkungannya sangat mendukung, dan menyediakan buku2
yg sangat sesuai dg usia anak shg kegiatan membaca tsb
mrpk SALAH SATU PERMAINAN anak-anak!

cheers....

Ira

--------------------------------------------------------------
Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke