Saya melihat semua ini bermula dari pandangan dan anggapan dari kita semua bahwa nilai akademik yang tinggi itulah parameter kesuksesan seseorang.
Kalau kita sebagai orang tua, kita akan melihat ukuran kesuksesan kita sebagai orang tua dalam mendidik anak adalah kalau anak kita bisa meraih rangking tertinggi di sekolahnya. Kalau kita sebagai guru maka kita melihat bahwa parameter kesuksesan kita sebagai guru kalau anak didik (murid) kita bisa meraih NEM yang tinggi dan masuk ke Universitas favorit (unggulan). Kata kita sebagai orang lain juga akan melihat faktor itu sebagai parameter kesuksesan seseorang, entah itu teman, tetangga, kenalan dalam mendidik anak. Lalau kita sedih saat buah hati kita tidak mencapai hasil itu dan merasa kita telah gagal dalam mendidik anak kita. Sehingga bagi yang tidak bertanggung jawab akan melakukan segala cara agar dirinya dianggap "sukses" dalam mendidik anak/muridnya. Meski hal itu bertentangan dengan hati nurani dan prinsip2 fitrah manusia. Dan lagi-lagi pandangan kesuksesan dari manusia lain yang benar2 menjadi pedoman..sehingga kita pun senang mendengarkan pujian dari orang lain: Aih..aih...Jeng X..atau Pak Z...heibat ya..anaknya dapet ranking dan NEM nya bagus sekali...... serrrrrr........ ah..jangan2 saya juga begitu? :P "Sesungguhnya kehidupan dunia itu hanya permainan dan senda gurau belaka" Wassalam, Me too...VM On 9/3/07, yesi warrie <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Masalah pendidikan memang cukup rumit. > mungkin dulu ortu saya termasuk orang yang sedikit membebaskan anak2nya > untuk sekolah di luar kota/daerah. > > sebenernya bukan di kota mana atau sekolah apa, selama hubungan antara > ortu > dan anak baik, sy yakin hal2 yang tidak diinginkan bisa maximal untuk di > hindari. dan adanya komunikasi antara ortu dan anak. > > Soalnya kebanyakan ortu maunya instant, dikirim ke jogja (misalnya) dengan > harapan bisa langusng pinter, kuliahnya bener dsb, padahal menuju ke > pinter > dan kualitas bagus itu butuh proses yang tidak mudah. dan dalam proses itu > peran orang2 terdekat sangat berpengaruh, terutama orang tua. > > Dulu selepas SMA, semua kakak2 sy dikuliahkan ke joga, bahkan ada kakak sy > yang SMA sudah pindah ke jogja (jd lulus SMP). dan sy juga SMP ikutan > pindah > ke jogja. dengan pertimbangan ortu sering pindah2 tempat dinasnya. > Syukurlah > sejauh ini saya baik2 saja. dan kakak2 sy pun demikian. karena memang kami > semua tinggal bareng, Ortu sy akhrinya beli rumah di jogja dan tiap wiken > mereka selalu tengok anak2nya, kalaupun tidak ya sebulan sekali. dan > kakak2 > sy yang menjaga adik2nya. > dan Alhamdulillah kakak sy masuk ke PTN bahkan mereka cumlaude... > > jadi semua tergantung kepada anak dan ortu.. > > > > > -- [70449090][dwiwahyono.blogspot.com][YM: dwiwahyono_mail]