FYI, kalo gini siapa yg salah? Terus terang aku ngenes bacanya...

Kebekuan Hati Juwita
'Tak Setetes Pun Air Susu Mama…'



   Juwita masih anak-anak, saat ini kelas 6 SD. Ia mengaku tak punya
kenangan manis tentang ibu kandungnya, Anisa Bahar.

   Empat tahun silam, Juwita berusia 7 tahun, pipinya tembem, bulat
menggemaskan, menangis di depan teve. Ia tak mengerti kenapa mamanya
mengingkari keberadaannya. Kenangan pahit itulah yang tersimpan di memorinya
hingga kini.


*Tak Mau Goyang Patah-patah*

   Senin siang pekan lalu, usai pulang sekolah, Juwita ber-sama ayahnya,
Memo Sanjaya, dan seorang perempuan adik tirinya, Nanda, meluncur dengan
Avanza warna hitam, mobil yang baru dibeli dari hasil mengumpulkan honor
Juwita sebagai pemain sinetron dan penyanyi, ke lokasi syuting sinetron *
Legenda*, tayang di SCTV, di kebun karet Desa Rumpin, Ciseeng, Parung,
Bogor.

   Sudah nggak tembem lagi, Juwi harus mengurangi ma-kan untuk menjaga
langsing.

  "Aku ada bakat gemuk dari Mama, kalau dari Papa nggak ada. Makan
kukurangi, jarang makan ayam dan daging, kebanyakan ikan, bagus buat otak,"
katanya.

   Juwita menjalankan perannya sebagai artis, tapi ia tak mau lagi
menggoyangkan pinggul dengan gerakan patah-patah khas Anisa Bahar seperti
waktu kecil dulu. Mondar-mandir ke sana kemari, ia dikerubuti anak-anak,
remaja, bahkan Ibu-ibu, warga sekitar yang meminta tanda tangan dan foto
bersama.

   Saat sibuk bikin tanda tangan, kakinya terinjak, Juwita hanya meringis,
tidak marah pada anak yang menginjaknya itu.

   Kemudian Juwita memesan bakso banyak sambal. Memo menyuapinya. Saking
pedasnya, Juwita sampai berkeringat, Memo mengelap titik-titik air yang
membentuk kumis di atas mulut anaknya.

   "Aku kalau beli apa-apa, Papa yang membumbui, bukan si abang (penjual
makanan). Papa tahu kesukaanku," cerita Juwi.

   Sementara Juwi beradegan di depan sorot kamera, Memo memperhatikannya
sambil mengepulkan asap rokok, sambung-menyambung, batang demi batang


*Bukan Dendam*

   Walaupun mukanya masam saat disinggung tentang ma-manya, Juwita tetaplah
anak baik dan manis. Namun, kenapa hatinya sekeras es batu, dan bagaimana
supaya es itu mencair? Berikut ini tanya jawab dengan Juwita (seringkali
Juwi menjawab dengan menunduk atau menatap hampa jauh ke depan) :

*   Sebentar lagi Lebaran,  nanti mau ketemu Mama?
   *Enggak.

*   Tak adakah kerinduan pada Mama, walau sedikit?
   *Enggak (dengan nada tegas, hambar, sambil menunduk).

*   Kenapa?
   *Ya pokoknya begitulah, tahun 2003 itu. Gara-gara dulu Mama, sudah nggak
ngurusin aku, nggak mengakui lagi. Ia bilang, si gondrong (Memo) membawa
anak yang mirip dirinya.

*   Bukankah Anisa sudah mengakuimu kini?
   *Sekarang mengakui, ya maklumlah, mungkin dulu Mama merasa gadis.

*   Juwita dendam pada Mama?
   *Dendam sih enggak. Biasa-biasa aja. Sedikit rasa gima-na gitu, apa Mama
nggak kasihan sama anaknya. Setetes susu Mama, aku nggak minum.

*   Tahu dari mana?
   *Papa. Maklum, Mama sibuk kesana kemari, aku jadi nggak pernah disusui.
Aku nggak dipikirin. Misalnya ada undangan ke Palembang, sebetulnya Mama dan
Papa diundang, Papa mengalah, menjaga anak-anak, takut diapa-apain pembantu.

*   Juwita sama sekali nggak pernah minum ASI?
  *Mama diajari menyanyi oleh Papa, setelah itu berkeli-ling untuk menyanyi,
nggak menyusui aku. Malah aku menyusu pada mamanya Nanda (istri ke tiga
Memo). Begitu pisah dari Mama, Papa langsung menikah dengan Mama Nanda. Papa
ganteng kali, banyak yang mengejar-ngejar.

*   Papa selalu ditinggalkan istrinya, ya?
   *Itu sih salah istri-istrinya.

*   Tak ada kenangan indah bersama Mama?
   *Nggak ada. Ia pergi saat umurku 1 tahun 3 bulan. Yang kuingat malah
waktu menyanyi dengan Mama Nanda di depan rumah, aku menyanyi dangdut
berjudul *Mimpi Buruk*, ceritanya tentang mimpi pacarnya tabrakan, takut
kejadian. Dari umur 3 atau 4 tahun, aku sudah menyanyi dangdut dewasa. *Show
*pertama, aku menyanyi lagu berjudul *Liku-Liku* di acara pernikahan di
rumah saudara.

*   Kapan terakhir ketemu Mama?
   *Waktu (Anisa Bahar) menikah (dengan Fauzan) itu.

*   Bagaimana perasaanmu pada Mama?
   *Biasa-biasa saja. Sekarang sudah nggak berhubungan.

*   Setahu kamu, apa usaha Mama untuk mendekatimu?
   *Waktu dia menikah, katanya dibilang aku dipinjam buat acara menikah. Aku
dirayu untuk tinggal di sana. Aku nggak mau, karena aku lebih sayang Papa
daripada Mama.

*   Kapan kamu mau memaafkan dan menerima Mama?
   *Nggak tahu.

*   Paling tidak, kamu tetap bersama Papa, sekali-kali mengunjungi Mama atau
sekali-kali Mama mengunjungimu?
   *Nggak pengin, karena Mama yang memutus tali silatu-rahmi. Sudahlah,
masing-masing aja, Mama sudah bahagia dengan keluarga sana, Papa bahagia
dengan keluarga sini.

*   Sampai kapan hatimu beku pada Mama?
  * Nggak tahu. Pokoknya sekarang aku mikirin karir dan pendidikan. Kan mau
UAN, harus rajin belajar.

*   Pernah memimpikan Mama?
   *Enggak.

*   Harapanmu pada Mama?
   *Nggak ada (Juwi geleng-geleng kepala).

*   Mamamu sampai menangis lho, kangen kamu?
   *Biarkan saja.

*   Akhir-akhir ini pernah melihat Mamamu menangis di teve karena merindukan
kamu?
   *Enggak. Kan aku syuting, nggak nonton teve.

*   Kamu tahu nggak, anak tak boleh mengingkari ibu kandungnya?
   *Itu bukan salah kita, itu salah ibunya. Kenapa dulu ninggalin, nggak
mengakui.

*   Kan Mama sudah menyesal, sudah minta maaf?
   *Habis Mama dulu begitu. Cara mendidik anaknya nggak baik. Besar nanti,
aku nggak mau seperti Mama, aku nggak mau begitu, aku akan sayang anak, kan
anak darah daging kita.

*   Nggak ada yang kosong di hatimu?
   *Nggak.

*   Kamu nggak takut disebut Malin Kundang?
   *Enggak. Malah orang-orang ngomong, Mama sendiri ya-ng salah.

*   Kalau Mama meminta maaf, kamu maafkan nggak?
   *Udah deh, aku nggak mau ngomongin Mama.

*   Pada siapa dan bagaimana cara kamu mencurahkan perasaan?
   *Ngobrol sama Papa.

*   Apa yang membuatmu bahagia?
   *Karena ada Papa dan saudara-saudara yang mendukung.

*   Tak adakah sedikitpun kebaikan Mama?
   *(Juwita menggeleng).

*   Ada pesan untuk Mama?
   *Nggak.

*   Kamu sama sekali nggak mau menyanyi sepanggung dengan Mama maupun Jelita
(kakak Juwi, tinggal bersama Anisa)?
   *Tetap nggak mau.

*    Anisa Bahar, sosok Ibu seperti apa?
   *Biasa-biasa saja. Sudah ah, jangan ngomongin Mama terus, mending karir
dan pendidikan saja.

*   Siapa sumber semangatmu?
   *Papa dan orang-orang terdekat, saudara.

*   Apa yang akan kamu lakukan?
   *Aku ingin membahagiakan Papa dan adik. Karena Papa dulu sudah sering
mengurusku, sekarang gantian.

*   Dari menyanyi dan sinetron, tabungan Juwi sudah banyak dong?
   *Papa yang pegang. Tabungan juga Papa yang pegang. Aku ingin membeli
rumah untuk Papa.

*   Syuting sampai malam, nggak mengantuk di sekolah?
   *Enggak. Kan minum vitamin.* (Siti Afifiyah)*

< Muka <http://www.tabloid-wanita-indonesia.com/927/index.htm>

-- 
http://ciplok2.multiply.com
http://www.orinsan.myffi.biz
http://www.friendster.com/8073432

Kirim email ke