Mom Uci nih kayaknya artikelnya lebih tepat mengena ke anak kecil yg keputihan. Bener sih yang penting kebersihan dijaga dan juga lingkungan daerah itu jangan terlalu basah/lembab.
Semoga cepat sembuh ya. *ngalamin keputihan hebat pas hamil...hiks* On 10/24/07, uci momkavin+ija <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Ini ada artikel dari NAKITA yaaa > smoga bs membantu! > Yg penting jaga kebersihannya.. > > > ANAK & KEPUTIHAN > > Ternyata keputihan bukan monopoli wanita dewasa saja. Bahkan bayi bisa > mengalaminya. > > > > Benar, keputihan, kata Dr. Susmeiati H. Sabardi, SpKK dari RSAB Harapan > Kita Jakarta, bisa terjadi pada siapa saja. Termasuk pada balita, bahkan > bayi. Keputihan, menurut dokter yang akrab dipanggil Susi, adalah semua > cairan yang keluar dari vagina selain darah. Dalam bahasa kedokteran, > gejala ini disebut fluor albus, leukorrhea, vaginal discharge, atau awam > sering menyebutnya pektai. > Keputihan dibedakan menjadi dua, yaitu keputihan fisiologi atau normal > dan patologis atau penyakit. "Jadi, tidak semua keputihan adalah penyakit. > Pada anak pun, keputihan normal juga bisa terjadi." Cara membedakannya, > jelas Susi, sebagai berikut. > * Jumlah cairan > Pada keputihan normal, jumlahnya sedikit. Sedangkan keputihan penyakit, > jumlahnya lebih banyak. > * Warna > Putih jernih untuk keputihan normal dan kuning, cokelat, kehijauan, > bahkan kemerahan pada keputihan penyakit. > * Bau > Pada keputihan normal, bau yang ditimbulkan tidak menyengat dan khas. > Pada keputihan penyakit, bau yang ditimbulkan bisa asam, amis, atau bahkan > busuk. > * Konsistensi atau kekentalan > Pada keputihan normal cairan yang keluar biasanya agak lengket, sedangkan > pada keputihan penyakit, cairannya bisa cair atau putih kental seperti > kepala susu. > FAKTOR DARI DALAM > Ada dua hal yang menjadi faktor pendorong keputihan, yaitu faktor endogen > dari dalam tubuh dan faktor eksogen dari luar tubuh yang keduanya saling > mempengaruhi. Pada bayi atau anak, yang menjadi penyebab keputihan adalah > kelainan pada lubang kemaluan. Di antaranya: > * Faktor endogen (sawar kulit) atau permukaan kulit sebagai pintu masuk > mikroorganisme karena masih sangat tipis dan rentan, serta mudah mengalami > peradangan. > * Bibir luar kemaluan belum berkembang, lemaknya masih tipis, dan > menyebabkan lubang kencing maupun lubang kemaluan (vestibulum) belum > terlindungi maksimal. Ini juga memudahkan terjadinya peradangan. > * Kemaluan belum ditumbuhi rambut, yang pada orang dewasa berfungsi > sebagai pelindung. > * Letak lubang kemaluan pada bayi dan anak masih sangat dekat dengan > anus, sehingga mudah terkontaminasi oleh bakteri dari anus maupun iritasi > akibat feses (kotoran). > * PH atau keasaman vagina cenderung netral dan basa (alkalis). Ini > memudahkan bakteri berkembang biak walau sulit bagi jamur yang lebih suka > keadaan asam (seperti yang sering dijumpai pada wanita dewasa). > * Hingga usia 2 bulan, kadar hormon estrogen yang terbawa dari ibu masih > tinggi. Keadaan ini mempengaruhi jumlah cairan vagina. Pada anak > prapubertas, peningkatan kadar hormon estrogen terjadi lagi sehingga > mempengaruhi peningkatan produksi cairan yang melapisi dinding vagina. > FAKTOR DARI LUAR > Sementara keputihan yang disebabkan faktor eksogen dibedakan menjadi 2, > yaitu yang disebabkan oleh infeksi dan noninfeksi. Berikut hal-hal yang > bisa menjadi penyebabnya. > * Infeksi: > * bakteri (Haemophilus influenzae, Shigella eischeria coli, Chlamydia > trachomatis, dan sebagainya), > * jamur (candida), > * parasit (Trichomonas vaginalis, Oxyuris enterobius vermicularis) > * cacing kremi > * Noninfeksi: > * Masuknya benda asing ke vagina baik sengaja maupun tidak. Pada bayi, > hal ini biasanya terjadi bila kapas atau tisu yang dipakai untuk > membersihkan kotoran ada yang tertinggal. Sementara pada anak, benda asing > yang masuk biasanya pasir karena anak-anak suka duduk dan bermain di > atasnya, manik-manik, biji-bijian, atau bubuk krayon. > Akibatnya terjadi peradangan pada vulva (lubang luar vagina) atau pada > liang vagina yang kemudian menimbulkan keputihan. > * Cebok tidak bersih. Anak bayi dan batita biasanya masih diceboki, > sehingga sisa kotoran yang tertinggal bisa dibersihkan secara seksama. > Namun setelah agak besar, biasanya anak sudah malu dan orang tua pun > menganggapnya bisa cebok sendiri. Padahal, mungkin ceboknya tidak bersih > benar. Akibatnya terjadi infeksi yang menyebabkan keputihan. > * Daerah sekitar kemaluan lembap. Misalnya setelah buang air kecil, > daerah kemaluan anak tidak dikeringkan secara seksama sehingga celana > dalamnya basah dan menimbulkan kelembapan di sekitarnya. Ditambah sisa air > seni yang dapat menyebabkan iritasi dan gatal, sehingga nantinya muncul > reaksi keputihan. > * Menahan buang air kecil karena asyik bermain. Akibatnya, air kencing > menetes sedikit-sedikit yang membuat daerah itu rawan iritasi, lembap, dan > gatal. > * Duduk dan jongkok sembarangan di tanah atau di lantai. Oleh karena > vaginanya belum menutup sempurna, maka mudah saja jamur, bakteri, dan benda > asing masuk ke daerah itu. > * Menggaruk daerah vagina dengan tangan yang kotor. Ini terjadi kalau > anak merasa gatal di daerah itu. Akibatnya bibit penyakit di tangan pindah > ke vagina dan menyebabkan keputihan. > MENCEGAH & MENGOBATI > Sebelum telanjur, keputihan pada anak dapat dicegah dengan beberapa hal: > * Jagalah kebersihan seputar kemaluan. Kalau pada bayi dan anak, tentunya > masih tergantung pada orang tuanya. > * Ceboki bayi dan anak dengan benar. Mengelap daerah sekitar kemaluan dan > anus hanya akan memperluas cairan kencing ke segala arah. Padahal, cairan > kencing gampang menimbulkan iritasi. > * Jangan membedaki daerah vagina. Serbuk bedak yang masuk ke dalamnya > akan dianggap sebagai benda asing dan bisa menyebabkan peradangan untuk > selanjutnya menjadi keputihan. > * Pada anak usia 5 sampai 10 tahun, lakukan pengecekan kebersihan alat > kelamin dan anggota badannya paling tidak seminggu 2 kali. Di usia ini, > anakpaling rentan mengalami keputihan karena ia sudah tidak mau diceboki > sementara keterampilan merawat organ kelaminnya belum dikuasai benar. > Jika muncul gejala keputihan yang tidak normal, seperti buang air kecil > yang disertai rasa sakit, segera bawa anak ke dokter. Tak perlu pula, saran > Susi, membersihkan vagina anak dengan rebusan daun sirih atau cairan khusus > pembersih vagina seperti yang kerap dilakukan orang dewasa. Menurut Susi, > air untuk cebok bukan merupakan faktor penyebab keputihan, selama > kebersihannya tidak tercemar. > Cara Tepat Merawat Organ Intim > Seringkali membersihkan vagina dianggap sebagai urusan sepele. Padahal, > kata Susi, diperlukan tata cara yang benar. > * PADA BAYI: > · Setelah buang air kecil atau besar, bersihkan dahulu kotorannya dengan > kapas bulat yang telah dibasahi dengan air bersih, setelah itu guyur dengan > air (jangan hanya dioles) agar kotoran terbuang seluruhnya. Setelah itu, > keringkan dengan kain atau tisu tanpa parfum dan tak gampang robek. > · Jangan sabuni daerah vagina. Cukup bersihkan seputar kemaluannya dengan > sabun bayi dan jangan terlalu digosokkan ke permukaan kulit. > · Pilih sabun yang tidak berparfum dan PH-nya seimbang. > · Pastikan ketika cebok, guyuran air dari depan ke belakang. Jangan > terbalik, karena bisa menyebabkan masuknya bakteri anus ke vagina. > · Bedak tidak dianjurkan digunakan di daerah kemaluan. Bedak boleh > digunakan sebatas di lipatan paha (selangkangan) untuk mencegah iritasi > yang disebabkan gesekan. Jika di situ ada luka, bedak tidak boleh digunakan > sama sekali. > * PADA BALITA: > · Ajarkan untuk membuka lutut lebar-lebar saat buang air kecil agar urin > tidak terkumpul di vagina dan sekitarnya. > · Cebok diguyur dari depan ke belakang. Lebih bagus bila menggunakan > shower/selang pancuran. > · Setelah cebok, keringkan daerah seputar kemaluan. Sediakan handuk kecil > khusus untuk itu. > · Jangan gunakan sabun berparfum. Cukup gunakan busanya dan jangan sampai > masuk ke dalam vagina. > · Saat mandi, jangan menggosok bagian vagina dengan sabun terlalu lama. > · Jangan biasakan anak berendam dengan bubble bath. Cairannya memudahkan > terjadinya iritasi di daerah vagina. > · Saat berenang, hindari pakaian renang yang kesempitan. > · Kenakan pakaian yang tidak kelewat ketat. > > 7 Hal Yang Harus Diingat > 1. Ajarkan pada anak menjaga kebersihan organ kewanitaannya. > 2. Ajarkan cara cebok yang benar. > 3. Waspadalah bila anak mulai sering menggaruk-garuk kemaluannya atau > tidur tidak tenang karena menahan kencing. > 4. Usahakan untuk sesekali mengecek celana dalam anak. Pastikan tidak ada > vlek di situ. > 5. Gunakan tisu dan sabun yang tidak berparfum untuk membersihkan daerah > sekitar kemaluan. > 6. Untuk mengeringkan, gunakan tisu yang tidak mudah hancur. > 7. Ganti celana dalam anak minimal 2-3 kali sehari, supaya celana selalu > dalam keadaan kering. > Marfuah Panji Astuti. > > > > > > =+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+ > > > Regards, > Uci mamaKavin+Ija > http://oetjipop.multiply.com > > --------------------------------- > Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! > Answers