buat yang muslim................maaf kalau dah pernah baca yah.....maaf
juga buat yang non muslim..............
 
Yenni Afrianti
http://naudhira-jilbab-ekslusif.blogspot.com/
 
 
QURBAN  TERBAIK

Oleh Jojo Wahyudi


Kuhentikan mobil tepat di ujung kandang tempat berjualan hewan Qurban.
Saat pintu mobil kubuka, bau tak sedap memenuhi rongga hidungku, dengan
spontan aku menutupnya dengan saputangan. Suasana di tempat itu sangat
ramai, dari para penjual yang hanya bersarung hingga ibu-ibu berkerudung
Majelis Taklim, tidak terkecuali anak-anak yang ikut menemani orang
tuanya melihat hewan yang akan di-Qurban-kan pada Idul Adha nanti,
sebuah pembelajaran yang cukup baik bagi anak-anak sejak dini tentang
pengorbanan NabiAllah Ibrahim & Nabi Ismail.

Aku masuk dalam kerumunan orang-orang yang sedang bertransaksi memilih
hewan yang akan di sembelih saat Qurban nanti. Mataku tertuju pada
seekor kambing coklat bertanduk panjang, ukuran badannya besar melebihi
kambing-kambing di sekitarnya. 

" Berapa harga kambing yang itu pak ?" ujarku menunjuk kambing coklat
tersebut.

" Yang coklat itu yang terbesar pak. Kambing Mega Super dua juta rupiah
tidak kurang" kata si pedagang berpromosi matanya berkeliling sambil
tetap melayani calon pembeli lainnya. 

" Tidak bisa turun pak?" kataku mencoba bernegosiasi.

" Tidak kurang tidak lebih, sekarang harga-harga serba mahal" si
pedagang bertahan.

" Satu juta lima ratus ribu ya?" aku melakukan penawaran pertama

" Maaf pak, masih jauh." ujarnya cuek.

Aku menimbang-nimbang, apakah akan terus melakukan penawaran terendah
berharap si pedagang berubah pendirian dengan menurunkan harganya.

" Oke pak bagaimana kalau satu juta tujuh ratus lima puluh ribu?" kataku

" Masih belum nutup pak " ujarnya tetap cuek

" Yang sedang mahal kan harga minyak pak. Kenapa kambing ikut naik?"
ujarku berdalih mencoba melakukan penawaran termurah.

" Yah bapak, meskipun kambing gak minum minyak. Tapi dia gak bisa datang
ke sini sendiri. Tetap saja harus di angkut mobil pak, dan mobil bahan
bakarnya bukan rumput" kata si pedagang meledek.

Dalam hati aku berkata, alot juga pedagang satu ini. Tidak menawarkan
harga selain yang sudah di kemukakannya di awal tadi. Pandangan aku
alihkan ke kambing lainnya yang lebih kecil dari si coklat. Lumayan bila
ada perbedaan harga lima ratus ribu. Kebetulan dari tempat penjual
kambing ini, aku berencana ke toko ban mobil. Mengganti ban belakang
yang sudah mulai terlihat halus tusirannya. Kelebihan tersebut bisa
untuk menambah budget ban yang harganya kini selangit.

" Kalau yang belang hitam putih itu berapa bang?" kataku kemudian

" Nah yang itu Super biasa. Satu juta tujuh ratus lima puluh ribu
rupiah" katanya

Belum sempat aku menawar, di sebelahku berdiri seorang kakek menanyakan
harga kambing coklat Mega Super tadi. Meskipun pakaian "korpri" yang ia
kenakan lusuh, tetapi wajahnya masih terlihat segar.

" Gagah banget kambing itu. Berapa harganya mas?" katanya kagum

" Dua juta tidak kurang tidak lebih kek." kata si pedagang setengah
malas menjawab setelah melihat penampilan si kakek.

" Weleh larang men regane (mahal benar harganya) ?" kata si kakek dalam
bahasa Purwokertoan

" bisa di tawar-kan ya mas ?" lanjutnya mencoba negosiasi juga.

" Cari kambing yang lain aja kek. " si pedagang terlihat semakin malas
meladeni.

" Ora usah (tidak) mas. Aku arep sing apik lan gagah Qurban taun iki
(Aku mau yang terbaik dan gagah untuk Qurban tahun ini)

Duit-e (uangnya) cukup kanggo (untuk) mbayar koq mas." katanya tetap
bersemangat seraya mengeluarkan bungkusan dari saku celananya. Bungkusan
dari kain perca yang juga sudah lusuh itu di bukanya, enam belas lembar
uang seratus ribuan dan sembilan lembar uang lima puluh ribuan
dikeluarkan dari dalamnya.

" Iki (ini) dua juta rupiah mas. Weduse (kambingnya) dianter ke rumah ya
mas?" lanjutnya mantap tetapi tetap bersahaja.

Si pedagang kambing kaget, tidak terkecuali aku yang memperhatikannya
sejak tadi. Dengan wajah masih ragu tidak percaya si pedagang menerima
uang yang disodorkan si kakek, kemudian di hitungnya perlahan lembar
demi lembar uang itu.

" Kek, ini ada lebih lima puluh ribu rupiah" si pedagang mengeluarkan
selembar lima puluh ribuan

" Ora ono ongkos kirime tho...?" (Enggak ada ongkos kirimnya ya?) si
kakek seakan tahu uang yang diberikannya berlebih

" Dua juta sudah termasuk ongkos kirim" si pedagang yg cukup jujur
memberikan lima puluh ribu ke kakek

" mau di antar ke mana mbah?" (tiba-tiba panggilan kakek berubah menjadi
mbah)

" Alhamdulillah, lewih (lebih) lima puluh ribu iso di tabung neh (bisa
ditabung lagi)" kata si kakek sambil menerimanya

" tulung anterke ning deso cedak kono yo (tolong antar ke desa dekat itu
ya), sak sampene ning mburine (sesampainya di belakang) Masjid
Baiturrohman,

takon ae umahe (tanya saja rumahnya) mbah Sutrimo pensiunan pegawe Pemda
Pasir Mukti, InsyaAllah bocah-bocah podo ngerti (InsyaAllah anak-anak
sudah tahu)."

Setelah selesai bertransaksi dan membayar apa yang telah di sepakatinya,
si kakek berjalan ke arah sebuah sepeda tua yang di sandarkan pada
sebatang pohon pisang, tidak jauh dari X-Trail milikku. Perlahan di
angkat dari sandaran, kemudian dengan sigap di kayuhnya tetap dengan
semangat.

Entah perasaan apa lagi yang dapat kurasakan saat itu, semuanya berbalik
ke arah berlawanan dalam pandanganku.
Kakek tua pensiunan pegawai Pemda yang hanya berkendara sepeda engkol,
sanggup membeli hewan Qurban yang terbaik untuk dirinya. 
Aku tidak tahu persis berapa uang pensiunan PNS yang diterima setiap
bulan oleh si kakek.
Yang aku tahu, di sekitar masjid Baiturrohman tidak ada rumah yang
berdiri dengan mewah, rata-rata penduduk sekitar desa Pasir Mukti hanya
petani dan para pensiunan pegawai rendahan. 
Yang pasti secara materi, sangatlah jauh di banding penghasilanku
sebagai Manajer perusahaan swasta asing. 
Yang sanggup membeli rumah di kawasan cukup bergengsi. 
Yang sanggup membeli kendaraan roda empat yang harga ban-nya saja cukup
membeli seekor kambing Mega Super
Yang sanggup mempunyai hobby berkendara moge (motor gede) dan
memilikinya 
Yang sanggup mengkoleksi "raket" hanya untuk olah-raga seminggu sekali
Yang sanggup juga membeli hewan Qurban dua ekor sapi sekaligus
Tapi apa yang aku pikirkan?
Aku hanya hendak membeli hewan Qurban yang jauh di bawah kemampuanku
yang harganya tidak lebih dari service rutin mobil X-Trail, kendaraanku
di dunia fana. Sementara untuk kendaraanku di akhirat kelak, aku
berpikir seribu kali saat membelinya. 

Ya Allah, Engkau yang Maha Membolak-balikan hati manusia balikkan hati
hambaMu yang tak pernah berSyukur ini ke arah orang yang pandai
menSyukuri nikmatMu. 
(Cikini, 12-11-07)
 
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 

Kirim email ke