Fathan Yunadi wrote:
Tolong infonya ... mengatasi anak yang butuh perhatian... anak
saya nomor 1 sepertinya agak merasa 'terganggu' dengan
adiknya. Ada site atau referensi yang bisa dijadikan rujukan?
Kalau lagi tenang sih ngga apa... kalau lagi 'gemes' ...
adiknya jadi sasaran... untung masih kecil, 8 bulan... kalo
udah besar mungkin ditabok juga ama adiknya... he... he
Pak, coba kunjungi situs berikut ini:
http://www.bbc.co.uk/parenting/your_kids/toddlers_index.shtml
Silahkan baca artikel yang berjudul:
Sibling Rivalry -- Prepare your child for the arrival of a new baby.
Oia, di bagian bawah e-mail ini, saya copy-paste artikel tentang
sibling rivalry yang pernah dikirim Bang Ensi ke BA.
Regards,
Erik
---------------------------------------------
[balita-anda] Persaingan Si Kakak dan Si Adik
---------------------------------------------
From: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Sep 11 2006 - 12:50pm
---------------------------------------------
Minggu, 10 September 2006
Persaingan Si Kakak dan Si Adik
Waspadalah. Tanpa intervensi, sibling rivalry bisa berlanjut
hingga dewasa.
Mitha (13 tahun) merasa kesal karena selalu disuruh mengalah pada
adiknya, Viera (10). ''Kenapa sih dari dulu saya disuruh mengalah
terus,'' teriak gadis cilik yang menginjak remaja itu.
Bila Mitha sedang bermain sesuatu, adiknya sering merebutnya.
Demikian pula sebaliknya, Mitha juga sering mengganggu adiknya,
sehingga hampir setiap hari dia rumahnya terjadi keributan di
antara kakak beradik ini. Bila sudah demikian, ayah atau ibunya
selalu menyuruh Mitha mengalah. Sebab, Mitha kan 'lebih besar'.
Hal seperti itu terjadi sejak mereka masih kecil. Perselisihan
model Mitha dan adiknya, menurut psikolog dari RS Dr
Sardjito/Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), Dwi
Susilowati SPsi, merupakan sibling rivalry alias persaingan
antarsaudara kandung.
Fokus perhatian
Sibling rivalry adalah hal yang wajar pada anak menyesuaikan
dengan kondisi yang baru. Biasanya muncul jika ada kelahiran anak
kedua, dan anak pertama belum dipersiapkan lebih dulu bahwa dia
akan mempunyai adik. ''Orang tua yang tadinya fokus perhatiannya
hanya pada anak pertama (ketika belum punya adik), namun sejak
kehadiran anak kedua, orang tua secara tidak sadar akan lebih
fokus ke anak kedua,'' tutur Kiki, panggilan akrab Dwi Susilowati.
Karena itu bila orang tua berniat untuk mempunyai anak lagi,
saran dia, si kakak harus dipersiapkan sejak si adik masih dalam
kandungan. Misalnya, si kakak diberi tahu bahwa dia akan
mempunyai adik dan bila ada adik, mainnya lebih enak daripada
main sendiri.
''Kemudian kita yakinkan bahwa dengan kehadiran adik, adik masih
lemah, sehingga apa-apa harus dibantu, kakak kan sudah bisa main
sendiri, mengambil sendiri,'' kata Kiki, ''Dengan demikian anak
akan memahami bila si ibu atau ayah akan lebih mendahulukan
adiknya.''
Kadang-kadang si kakak akan mengalami kecemburuan dengan adanya
adik baru. Tetapi, dengan bertambahnya usia, justru adik yang
mengalami kecemburuan. Misalnya, kakak usia lima tahun sudah bisa
naik sepeda, sedangkan adik usia 2-3 tahun belum bisa naik sepeda
dan ia iri pada kemampuan si kakak.
Cari penyebabnya
Kebanyakan sibling rivalry dialami oleh anak-anak sesuai tahapan
perkembangan. Misalnya, pada usia 2-3 tahun anak sedang
berkembang keakuannya, ingin dihargai, ingin diakui bahwa mereka
nomor satu dan paling disayangi orang tua. Sehingga orang tua
penting mengatur trik-triknya. Misalnya: kakak pintar dan bagus
dalam hal merapikan pakaian, adik pintar bila bertemu orang
langsung bersalaman, sehingga tidak ada pembedaan. ''Kita
memperlakukan adik dan kakak sama, tetapi tidak membandingkan
atau membedakan,'' kata Kiki.
Tetapi kadang sibling rivalry itu tidak terjadi saat anak masih
balita, melainkan ketika sudah usia SD. Misalnya, anak ingin
nomor satu, ingin mendapat perhatian lebih dari orang tua, dan
sebagainya. Sibling rivalry juga bisa muncul antar sepupu.
Misalnya, ketika pascagempa di Yogyakarta, orang tuanya menampung
keluarga kakak/adik yang rumahnya hancur. Dulu ketika berbeda
rumah, si anak mau berbagi dengan sepupunya. Tetapi ketika
saudara sepupunya tinggal serumah, si anak tidak mau lagi berbagi.
Menurut Kiki, sebetulnya yang penting adalah bagaimana orang tua
menyikapi lebih dari satu anak, bagaimana membagi perhatian
kepada anak-anak dan menyikapi terjadinya persaingan/kecemburuan
tersebut. Namun, sering kali sikap orang tua dengan sadar atau
tidak menyuruh si kakak mengalah dengan adik, menyuruh menjaga si
adik, karena si kakak sudah besar.
''Sikap itu justru akan menjadikan sikap kecemburuan yang besar
si kakak terhadap si adik,'' katanya. Menurut alumni Fakultas
Psikologi UGM ini, adalah tidak bijak jika kakak disuruh selalu
mengalah. ''Kita harus melihat latar belakangnya penyebab kenapa
ramai antara kakak dan adik? Untuk itu harus ada pendekatan
lain.'' Apabila kakak dan adik selalu bertengkar, dua-duanya
harus salah dan menanggung akibat.
Introspeksi dulu
Selanjutnya, Psikolog dari RS Dr Sardjito/FK UGM Dra Yemima
Triwuryani Psi, lebih mengartikan sibling rivalry sebagai emosi
iri yang terjadi antarorang yang mempunyai hubungan dekat. Emosi
iri atau iri hati itu harus dikendalikan, karena tidak sehat.
Bagaimanapun iri hati itu buruk, kalau dia sampai bersikap
positif itu karena dia justru bisa mengendalikan iri hati.
Sibling rivalry yang terjadi sejak usia anak-anak, jika tidak
diintervensi dengan baik itu akan berlanjut sampai dewasa. Emosi
iri itu sulit menyelesaikannya, karena percampuran dari marah,
benci, dan cinta.
Dalam menyelesaikan masalah sibling rivalry yang terjadi antara
kakak-beradik, orang tua harus menganalisis dulu, kira-kira apa
penyebabnya? ''Itu pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab dan
harus betul-betul ada kesungguhan dan pengertian orang tua untuk
mengerti anaknya, baik yang diirikan maupun yang tidak,'' tutur
Yemima. Banyak kasus penyebabnya secara fisik, misalnya: satunya
cantik dan satunya tidak, satunya kulit hitam dan putih.
Orang tua di bawah sadar kerap membedakan hal itu. Sebab, orang
tua mempunyai pandangan hidup, filsafat hidup mengenai orang,
misalnya orang itu bahagia kalau pandai, cantik, putih kulitnya,
dan itu terekspresi ketika punya anak. Berbeda halnya bila
pandangan orang bahwa bahagia itu adalah orang yang jalannya
lurus dan baik. Soal orangnya pendek, hitam, tidak terlalu
pandai, itu tidak masalah.
Jadi, kata Yemima, bila mau memanage atau mengintervensi anak
yang sibling rivalry, orang tuanya harus melakukan introspeksi
diri lebih dulu. Sesungguhnya setiap orang itu ada emosi iri,
tetapi ada yang mampu mengendalikan.
Anak-anak yang tidak bisa mengendalikan emosi iri akan
berperilaku negatif. Anak akan berperilaku buruk supaya orang tua
marah, dia akan 'menghukum' orang tua. Dampak iri hati itu adalah
anak banyak menuntut secara materi. Dan, orang tua bertugas
bagaimana agar sang anak tidak dikuasai emosi iri. Yemima
menyarankan agar orang tua memberi dukungan dan perhatian kepada
anak yang dalam posisi 'kurang' dari saudaranya. Yang sering
banyak terjadi justru yang banyak kekurangan itu yang sering
disalahkan. Jika tidak bisa mengatasi sibling rivalry yang
terjadi, Yemima menyarankan orang tua agar tak segan meminta
bantuan orang yang profesional. nnri
( ) http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=264010&kat_id=100
--------------------------------------------------------------
Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]