Dear Mbak Miko,
Semestinya sich 2 tahun dulu,tapi utk lebih jelasnya,silahkan baca
artikel ini,moga membantu ya...

BELUM SETAHUN SESAR, EH HAMIL LAGI

Asalkan proses operasi dan perawatan pascaoperasi berjalan semestinya,
hamil segera setelah sesar sebetulnya tak perlu kelewat dikhawatirkan.

Kehamilan dapat terjadi di luar perencanaan. Setelah menjalani operasi
sesar, maunya ibu "istirahat" dulu sambil membesarkan bayinya. Akan
tetapi apa mau dikata kalau selang beberapa bulan kemudian dokter sudah
mengatakan ibu positif hamil lagi. Perlukah ibu cemas? 

Tentu saja ibu tak perlu cemas kalau syarat-syarat berikut terpenuhi: 

* Pertama, seluruh rangkaian operasi sesar berjalan baik dan lancar.

* Kedua, proses pembersihan pascaoperasi dilakukan secara teliti hingga
kemungkinan luka bekas operasi mengalami infeksi relatif kecil. 

* Ketiga, proses penjahitan luka baik dan benar meliputi pemilihan jenis
benang, teknik penjahitan, maupun prosedur menjahit luka.

* Keempat, luka bekas operasi dirawat secara telaten oleh ibu sesuai
standar prosedur. Dalam jangka waktu tiga bulan biasanya luka tersebut
akan sembuh sempurna. 

Sementara rahim lazimnya juga akan pulih 3 bulan seusai persalinan.
Rahim yang saat hamil membesar, kini akan mengecil sedikit demi sedikit
secara bertahap. Proses pemulihan rahim ke kondisi dan ukuran semula
biasanya akan lebih cepat jika ibu menyusui bayi. Mengapa? Sebab setiap
isapan pada puting susu akan merangsang kontraksi yang membantu
mempercepat penyusutan rahim.

Dengan demikian kehamilan segera setelah melahirkan melalui operasi
sesar bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti. Toh di bawah pengawasan
dokter kebidanan dan kandungan yang kompeten, ibu bisa menjalani
kehamilannya dengan tenang dan aman tanpa perlu dibayangi ketakutan
adanya masalah. 

CERMATI DAMPAK MERUGIKAN 

Hanya saja kita tidak bisa menutup mata bahwa kehamilan yang berjarak
dekat atau kurang dari 2 tahun sejak persalinan sesar memiliki kerugian.
Salah satunya, ibu tak bisa memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
karena ibu juga mesti memasok makanan dan oksigen untuk janinnya. Jika
ibu memaksakan diri untuk menyusui, dikhawatirkan distribusi makanan dan
oksigen ke janin malah terganggu. Namun, untuk mencegah dampak
psikologis yang membuat si kakak merasa "terbuang", lakukan proses
penyapihan secara bertahap. 

Yang juga harus diingat, operasi sesar yang terdahulu membuat ibu
berpeluang tipis untuk bisa melahirkan secara normal. Tak lain karena
ibu amat berisiko mengalami robekan rahim yang dapat menyebabkan
perdarahan serius. Kondisi semacam ini tentu saja sangat mengancam nyawa
ibu. Bisa dimengerti kalau rahim yang baru saja mengalami sayatan sesar
akan robek tak beraturan akibat kontraksi dan dorongan janin yang keluar
secara spontan.

Akan tetapi, peluang munculnya hal-hal yang merugikan tadi amat
tergantung pada kondisi ibu, kondisi janin, dan lamanya proses
persalinan. Jika kondisi ibu dan janin baik, maka persalinan normal
dapat dilaksanakan. Sebaliknya jika kondisi janin melemah, ibu tak
memiliki kemampuan mengejan yang bagus, atau proses persalinan
berlangsung lama alias macet, mau tidak mau operasi merupakan
satu-satunya jalan yang tak dapat dielakkan.

WASPADAI JIKA... 

Beberapa hal berikut merupakan kondisi serius yang harus dicermati semua
pihak. 

* Penyembuhan luka luar bekas sesar tidak sempurna 

Entah karena masih basah, bernanah, atau malah sudah terjadi infeksi.
Keadaan seperti inilah yang perlu dikhawatirkan karena merupakan
indikasi bahwa penyembuhan luka di bagian dalamnya pun bermasalah.
Kemungkinan besar ibu mengalami infeksi saat persalinan sebelumnya.
Contohnya, ketuban pecah dini yang bila tidak mendapat penanganan segera
dan semestinya akan berpeluang besar "mengundang" beragam bakteri dan
kuman yang ada di vagina. Kondisi semacam inilah yang akhirnya membuat
ibu maupun bayinya terinfeksi. Tentu saja semakin lama ketuban pecah
dini mendapat penanganan, semakin besar peluang ibu dan bayi mengalami
risiko infeksi.

* Ada perlengketan pada bekas luka sesar

Ini akan menimbulkan nyeri dan untuk mengatasi perlengketan ini biasanya
dokter akan melakukan operasi ulang. 

* Terjadi infeksi pada luka bekas operasi 

Mengapa harus diwaspadai? Karena infeksi pada luka bekas operasi akan
memunculkan kontraksi yang tidak semestinya. Adanya kontraksi ini bisa
dimengerti karena jaringan luka yang terinfeksi pasti memerlukan waktu
yang lama untuk menguatkan kembali jaringannya. Nah, kalau terjadi
peregangan kembali selagi jaringan luka belum kuat seperti sedia kala,
ibu bisa mendapat masalah berarti. 

Perlu diingat, semakin teregang, semakin rentan pula rahim terhadap
rangsangan. Baik rangsangan berupa goncangan dari luar semisal naik
kendaraan di jalan terjal, maupun rangsangan dari dalam rahim berupa
gerakan janin. Kontraksi semacam ini jelas menyebabkan rasa nyeri pada
daerah sekitar luka. Untuk mengatasinya, biasanya dokter akan memberikan
obat pengurang kontraksi dari golongan betabloker. Tentu saja obat hanya
diberikan jika kontraksi sudah sedemikian mengganggu aktivitas ibu.

* Ibu diharuskan bedrest 

Seberapa lama dan apa saja yang dilarang maupun harus dilakukan tentu
disesuaikan dengan kondisi ibu. Pilihan ini ditempuh semata-mata untuk
menjaga kelangsungan kehamilan karena bedrest bisa mengurangi tekanan
pada janin. Dengan demikian pasokan oksigen dan nutrisi mengalami
peningkatan sesuai kebutuhan dan aliran darah ke plasenta kembali
lancar. Janin pun berkesempatan untuk berkembang optimal. Disamping itu,
kondisi tubuh ibu betul-betul diistirahatkan dan dipersiapkan agar bisa
berfungsi baik saat melahirkan.

Usaha lain yang bisa dilakukan adalah membatasi aktivitas fisik untuk
mencegah kontraksi rahim secara berlebihan. Untuk itu ibu hamil juga
amat disarankan tidak mengangkat beban berat, bekerja terlalu lama, dan
melelahkan. Hindari pula hubungan intim yang hanya akan mengundang
kontraksi, bahkan perdarahan. 

* Ada ancaman robekan 

Ini biasanya ditandai dengan adanya tonjolan pada bekas luka yang
membuat pasien merasa sangat kesakitan. Kalau ini yang terjadi, tindakan
mengeluarkan bayi sebelum waktunya mau tidak mau harus ditempuh. Jika
tidak, risiko terjadinya robekan sangatlah besar. Perdarahan yang
mengancam nyawa janin dan ibu pun sangat mungkin terjadi. Tindakan
serupa lazimnya juga akan menjadi pertimbangan utama jika ibu memiliki
riwayat penyakit berat seperti hipertensi, diabetes, dan sejenisnya.

Jika ancaman ini muncul di trimester pertama, demi menyelamatkan nyawa
ibu, maka janin biasanya terpaksa dikorbankan. Lain hal jika gejalanya
muncul di trimester akhir. Pada prinsipnya dokter akan berusaha keras
menyelamatkan keduanya karena peluang menyelamatkan nyawa janin juga
sangat besar. Namun jika keadaan memaksa tim dokter memilih salah satu
di antaranya, nyawa ibu biasanya menempati prioritas pertama. 

YANG BISA DILAKUKAN 

Tak jarang, karena kehamilannya tak direncanakan, lantas muncul berbagai
keluhan. Kekurangsiapan mental membuat ibu sering mengidam, merasa
nyeri, pusing, mual-muntah, stres dan gangguan lainnya. Akan berbeda
jika ibu sedari awal siap hamil lagi. Kalaupun muncul keluhan bisa
langsung diabaikan semata-mata demi kehamilan itu sendiri. Dalam hal ini
dokter sebaiknya menjelaskan mana gangguan yang perlu ditanggapi serius
dan mana yang tidak.

Tidak kalah penting adalah dukungan dari pihak keluarga. Bisa melalui
pendekatan ilmiah agar tak terlalu mencemaskan kondisi kehamilan atau
melalui pendekatan spiritual bahwa kehamilan merupakan karunia Tuhan
yang patut disyukuri. Dengan strategi ini diharapkan ibu bisa menjalani
kehamilannya dengan tenang dan nyaman. Jadi, sepanjang tidak disertai
rasa nyeri, gangguan kecil seperti meningkatnya kebutuhan berkemih atau
pegal-pegal di punggung, ya nikmati saja. 

IDEALNYA BERJARAK DUA TAHUN
Jarak satu persalinan baik normal maupun sesar dengan persalinan
berikutnya sebaiknya diatur, yaitu dua tahun. Pertimbangannya agar ibu
dapat memberikan ASI hingga anak berusia 2 tahun. Dengan cara itu, anak
akan mendapatkan nutrisi terbaik sehingga membantu mengoptimalkan daya
tahan dan kecerdasannya. Dalam kurun waktu 2 tahun ini setidaknya si
kakak pun sudah cukup besar dan mulai belajar mandiri untuk beberapa
hal. Ibu pun tak perlu kelewat repot mengurus kehamilan sekaligus
anaknya yang masih bayi. 

Waktu dua tahun juga dianggap cukup untuk mengembalikan semua fungsi
organ tubuh dengan optimal. Jaringan-jaringan yang mengalami perlukaan
dipastikan sudah sembuh dan siap mengalami peregangan kala hamil.
Demikian pula aspek psikis dimana ibu lebih siap menjalani kehamilan
selanjutnya. 

Untuk menghindari kehamilan berjarak dekat, usai melahirkan ibu
disarankan menggunakan kontrasepsi sesegera mungkin. Meski sebetulnya
dengan menyusui, ibu sudah menjalani kontrasepsi alami, tapi cara ini
tidak bisa menjamin 100%. Ovulasi atau pembuahan kadang terjadi juga
jika ibu cukup subur. Dengan begitu, ibu harus menggunakan double cover:
selain menyusui ibu juga memakai kontrasepsi sehinga "kebobolan"
pascasesar bisa dihindari.



Thanks
Dewi Sinta

-----Original Message-----
From: Miko Nasution [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Sunday, January 13, 2008 4:33 PM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] boleh ga melahirkanl normal ketika anak pertama
umur 1.6 bln?


Dear parents..

mo tanya dunks... boleh ga melahirkan normal anak kedua setelah anak
pertama umur 1 tahun 6 bln?anak pertamanya cecar yah parents....

Thx



Miko Nasution 
Card Processing Card Center 
PT. Bank Bukopin Tbk
Jl. S. Parman Kav. 80 Lt. 3. 
Jakarta 11420
Telp. (021) 560-4307-12  Ext. 1215
Fax.  (021) 569-44262
[EMAIL PROTECTED]






Disclaimer: Although this message has been checked for all known viruses
     using Trend Micro InterScan Messaging Security Suite, Bukopin 
           accept no liability for any loss or damage arising
               from the use of this E-Mail or attachments.

--------------------------------------------------------------
Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke