yg sy tau polio mewabah diarea org2 yg ngga mem-vaksin anaknya..
jd bukan krn dah divaksin tapi kena polio..





"Fenty Tanjungsari" <[EMAIL PROTECTED]> 
05/15/2008 12:34 PM
Please respond to
balita-anda@balita-anda.com


To
balita-anda@balita-anda.com
cc

Subject
Re: [balita-anda] Rekan2 milis, apa pendapatnya ya tentang tulisan ini??






Pembahasan spt ini sdh sering dibahas,tapi msh kontradiksi. Mana yg
benar, apalagi kaya saya orang awam(bkn dr kedokteran n teman2nya).
So skrg kita hrs stop anak tuk imunisasi atau lanjut. Anak saya sdh
diimunisasi lengkap bahkan spi ulangannya termasuk MMR n IPD. Trs
kasus polio kemaren gmn? Pdhl Indonesia pernah bebas polio,tpi ko
kemaren mewabah lagi? So, ada bisa ngasih solusi, berdasarkan fakta yg
akurat ya.

Mama fira

On 5/15/08, 2Fa <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> tetangga ipar saya juga tidak memvaksin anaknya.
> blio lulusan kimia itb.
>
>
> On 5/15/08, Lif Rahayu <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>>
>> Berita baru, issue lama, tetap memberikan imunisasi, baik wajib maupun
>> anjuran. Selebihnya, makanan yang bergizi, kasih sayang dan berdoa
>> insyaAllah anak kita tetap sehat.
>>
>> Autisme penyebabnya belum jelas, menurut kabar akhir dari gen-nya.
>>
>> Ngomong2 kuliah dimana ya temen2nya yang katanya sedang kuliah 
kedokteran
>> di
>> Eropa? Kalau fiksi, kenapa ya cacar bisa lenyap dari muka bumi (cacar 
lho
>> bukan cacar air). Kena ya penderita polio bisa menurun drastis? 
Imunisasi
>> tuh penyebabnya.
>>
>>
>>
>> On 5/15/08, Magdalena Pohan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>> >
>> >
>> >
>> >
>> 
http://imunisasihalal.wordpress.com/2008/04/15/review-buku-yang-orangtua-harus-tahu-tentang-vaksinasi-pada-anak/

>> >
>> > Review Buku: Yang Orangtua Harus Tahu tentang Vaksinasi pada Anak
>> > December 18th 2007, on Kesehatan, Ulasan Buku
>> > Buku berjudul Yang Orangtua Harus Tahu tentang Vaksinasi pada Anak 
ini
>> > adalah saduran dari buku berjudul What Your Doctor May Not Tell You
>> > About
>> > Children's Vaccinations karangan Stephanie Cave, M.D., F.A.A.F.P 
bersama
>> > Deborah Mitchell.
>> > Diterbitkan dengan ISBN 979-22-349-4 yang diterbitkan pertama kali 
oleh
>> PT.
>> > Gramedia Pustaka Utama cetakan pertamanya pada tahun 2003.
>> > Buku yang sangat memukau saya karena menyajikan banyak informasi
>> > mengejutkan tentang vaksinasi yang tidak pernah ditemukan di media
>> informasi
>> > apapun.
>> > Selama ini setiap informasi yang kita terima mengenai vaksinasi 
adalah
>> > suatu hal yang harus dilakukan dan memiliki dampak nol persen 
terhadap
>> > kesehatan manusia.
>> > Padahal sebagaimana tertulis dalam lembaran pertama buku ini 
disebutkan
>> > sebagai berikut, "Dalam hal vaksinasi anak, mencegah mungkin tidak 
lebih
>> > baik daripada menyembuhkan".
>> > Ditutup dengan kalimat berikutnya, "Jangan ambil resiko untuk 
kesehatan
>> > anak Anda! Pelajari lebih lanjut tentang vaksinasi yang ada pada masa
>> kini
>> > dengan… ORANG TUA HARUS TENTANG VAKSINASI ANAK".
>> > Mengapa hal tersebut menjadi penting?
>> > Karena sebagai orang tua, tentunya kita mengharapkan hal terbaik yang
>> dapat
>> > kita berikan kepada seluruh anak kita. Hal tersebut hanya dapat
>> diwujudkan
>> > jika dan hanya jika kita memiliki informasi yang memadai mengenai 
apapun
>> > yang ingin kita persembahkan kepada mereka.
>> > Fakta-fakta mengejutkan tentang kandungan merkuri yang digunakan 
dalam
>> > sebagian besar vaksin anak saat ini baru salah satu contoh mengerikan
>> > tentang vaksin yang harus Anda ketahui.
>> > Berikut ini adalah beberapa hal yang mungkin tidak Anda ketahui 
tentang
>> > vaksin:
>> > 1. Beberapa vaksin mengandung racun seperti air raksa (merkuri),
>> > almunium
>> > dan formalin
>> > 2. Di tahun 1998, Pemerintah Perancis menghentikan program vaksinasi
>> > berbasis sekolah yang memberikan vaksin Hepatitis B kepada anak-anak
>> > usia
>> > sekolah karena kasus multiple-sklerosis telah dikaitkan dengan vaksin
>> > tersebut dan lebih dari 600 kasus imunitas dan persyarafan telah
>> dilaporkan.
>> > 3. Beberapa vaksin dibuat menggunakan bahan yang berasal dari 
jaringan
>> > manusia dari janin yang digugurkan.
>> > 4. Kebanyakan negara mewajibkan bahwa saat anak berusia 5 tahun, ia
>> > sudah
>> > harus menerima 33 dosis dari 10 vaksin.
>> > 5. Para dokter hanya melaporkan kurang dari 10 persen kejadian buruk
>> > yang
>> > berkaitan dengan vaksinasi dan/atau sesudah vaksinasi.
>> > Selain itu salah satu isu keamanan yang menurut buku ini sering
>> > diabaikan
>> > adalah bahan-bahan tambahan yang terdapat dalam vaksin sebagai 
berikut:
>> > 1. Alumunium
>> > Logam ini ditambahkan ke dalam vaksin dalam bentuk gel atau garam
>> > sebagai
>> > pendorong terbentuknya antibodi. Alumunium telah dikenal sebagai
>> > penyebab
>> > kejang, penyakit alzheimer, kerusakan otak dan dimensia (pikun). 
Logam
>> ini
>> > biasanya digunakan pada vaksin-vaksin DPT, DaPT dan Hepatitis B.
>> > 2. Benzetonium Khlorida
>> > Benzetonium adalah bahan pengawet dan belum dievaluasi keamanannya 
untuk
>> > dikonsumsi oleh manusia. Biasa digunakan sebagai campuran vaksin 
anthrax
>> > terutama diberikan kepada para personil militer.
>> > 3. Etilen Glikol
>> > Biasa digunakan sebagai bahan utama produk antibeku dan digunakan
>> > sebagai
>> > pengawet vaksin DaPT, polio, Hib dan Hepatitis B.
>> > 4. Formaldehid
>> > Bahan kimia yang terkenal sebagai zat karsinogenik (penyebab kanker)
>> > yang
>> > biasanya digunakan dalam proses pengawetan mayat, 
fungisida/insektisida,
>> > bahan peledak dan pewarna kain.
>> > Selain beracun, menurut Sir Graham S. Wilson pengarang buku The 
Hazards
>> of
>> > Immunization formalin tidak mamadai sebagai pembunuh kuman sehingga
>> maksud
>> > penggunaannya sebagai penonaktif kuman dalam vaksin menjadi tidak
>> berfungsi
>> > dengan baik.
>> > Akibatnya adalah kuman yang seharusnya dilemahkan dalam vaksin 
tersebut
>> > malah menguat dan menginfeksi penggunanya.
>> > 5. Gelatin
>> > Bahan yang dikenal sebagai alergen (bahan pemicu alergi) ini banyak
>> > ditemukan dalam vaksin cacar air atau MMR. Bagi kaum Muslim, gelatin
>> > menimbulkan isu tambahan karena biasanya bahan dasarnya berasal dari
>> babi.
>> > 6. Glutamat
>> > Bahan yang digunakan dalam vaksin sebagai penstabil terhadap panas,
>> cahaya
>> > dan kondisi lingkungan lainnya. Bahan ini banyak dikenal sebagai
>> > penyebab
>> > reaksi buruk kesehatan dan ditemukan pada vaksin varicella.
>> > 7. Neomisin
>> > Antibiotik ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kuman di dalam
>> > biakan
>> > vaksin. Neomisin menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang dan
>> > sering
>> > ditemukan dalam vaksin MMR dan polio.
>> > 8. Fenol
>> > Bahan yang berbahan dasar tar batu bara yang biasanya digunakan dalam
>> > produksi bahan pewarna non makanan, pembasmi kuman, plastik, bahan
>> pengawet
>> > dan germisida.
>> > Pada dosis tertentu, bahan ini sangat beracun dan lebih bersifat
>> > membahayakan daripada merangsang sistem kekebalan tubuh sehingga 
menjadi
>> > berlawanan dengan tujuan utama pembuatan vaksin.
>> > Fenol digunakan untuk pembuatan beberapa vaksin termasuk vaksin 
tifoid.
>> > 9. Streptomisin
>> > Antibiotik ini dikenal menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang 
dan
>> > biasa ditemukan dalam vaksin polio.
>> > 10. Timerosal/Merkuri
>> > Bahan yang sangat beracun yang selama beberapa puluh tahun digunakan
>> > pada
>> > hampir seluruh vaksin yang ada di pasaran. Padahal timerosal/merkuri
>> adalah
>> > salah satu bahan kimia yang bertanggung jawab atas tragedi Minamata 
di
>> > Jepang yang menyebabkan lahirnya bayi-bayi yang cacat fisik dan
>> mentalnya.
>> > Berikut ini adalah beberapa kerusakan yang disebabkan keracunan 
merkuri:
>> > 1. Otak bayi masih mengalami perkembangan yang cepat dan merkuri bisa
>> > merusak sel otak secara menetap.
>> > 2. Sistem kekebalan tubuh bayi masih belum berkembang secara penuh
>> sehingga
>> > bayi tidak mempunyai kemampuan melawan serangan benda asing (bakteri,
>> virus
>> > dan racun lingkungan) secara benar.
>> > 3. Kemampuan tubuh bayi untuk membuang racun dari tubuhnya melalui 
hati
>> > belum berkembang sepenuhnya sehingga zat-zat berbahaya cenderung 
menetap
>> di
>> > dalam tubuhnya seperti merkuri, formalin dan alumunium.
>> > 4. Penghambat darah-otak (selaput yang berada di antara darah yang
>> beredar
>> > di tubuh dengan otak yang berfungsi bahan-bahan berbahaya mencapai 
otak)
>> > belum mampu menghalangi racun yang bisa merusak otak.
>> > 5. Gejala keracunan merkuri yang paling umum antara lain adalah:
>> > * Perubahan suasana hati dan kepribadian, termasuk mudah marah dan 
malu
>> > * Hilangnya sensasi dan masalah penglihatan serius
>> > * Ketulian dan kecenderungan kesulitan berkomunikasi karenanya
>> > * Kelemahan otot dan tidak adanya koordinasi tubuh yang baik
>> > * Hilangnya/lemahnya ingatan
>> > * Tremor/gemetaran
>> > Belum lagi fakta-fakta yang disajikan dalam buku ini yang mengkaitkan
>> > vaksinasi yang berbahaya dengan meningkatnya kasus-kasus autisme saat
>> ini.
>> > Dimana kasus autisme ini ternyata memiliki kemiripan dengan
>> > gejala-gejala
>> > keracunan merkuri yang banyak digunakan dalam vaksin.
>> > Hal yang menarik lainnya untuk kita di Indonesia yang sedang
>> > gencar-gencarnya melakukan vaksinasi polio melalui mulut 
(oral/dimakan)
>> > adalah fakta bahwa sejak tahun 2000 Sentra Pengendalian Penyakit 
Amerika
>> > Serikat sudah menghentikan vaksin oral dan digantikan dengan 
suntikan.
>> > Mengapa? Karena vaksinasi polio oral terbukti menimbulkan sampai 10
>> > kasus
>> > polio per tahun dan dituding menyebabkan gangguan serius pada sistem
>> > pencernaan terutama penyumbatan usus!
>> > Lantas mengapa informasi-informasi tersebut cenderung tidak pernah
>> > terpublikasikan secara luas?
>> > Alasannya tentu saja sederhana sekali: UANG.
>> > Bisnis produksi dan penjualan vaksin bernilai milyaran dollar Amerika
>> > Serikat per tahun! Selain itu banyak sekali bukti-bukti yang kemudian
>> > dibungkam menelusuri bahwa penyakit-penyakit saat ini seperti 
HIV/AIDS,
>> DBD
>> > (demam berdarah), flu burung, dsb adalah senjata biologi yang sengaja
>> > dikembangkan yang kemudian dilepaskan ke komunitas sehingga mendorong
>> > kebutuhan akan obat dan vaksin penyakit-penyakit tersebut.
>> > Saya dan isteri pun akhirnya sepakat untuk tidak memvaksinasi puteri
>> kami.
>> > Hal ini kami lakukan setelah berkonsultasi dengan banyak ahli 
kesehatan
>> > (kedokteran, kimia klinis, teknologi kesehatan, dsb).
>> > Apalagi ternyata teman-teman kami yang menjadi atau sedang kuliah
>> > menjadi
>> > dokter di Eropa secara terang-terangan menyatakan "vaksinasi adalah
>> > fiksi
>> > seperti cerita manusia mendarat di bulan.."
>> >
>> >
>>
>

-- 
Sent from Gmail for mobile | mobile.google.com


Kirim email ke