bikin perumpamaan gini aja : seandainya vaksin flu burung yg skrng lg mewabah telah berhasil ditemukan dan diterapkan di indo, anak-anaknya pada mo divaksin gak hayooo.. hehe
dah tau jawabannya khan? :) On 5/15/08, Fenty Tanjungsari <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pembahasan spt ini sdh sering dibahas,tapi msh kontradiksi. Mana yg > benar, apalagi kaya saya orang awam(bkn dr kedokteran n teman2nya). > So skrg kita hrs stop anak tuk imunisasi atau lanjut. Anak saya sdh > diimunisasi lengkap bahkan spi ulangannya termasuk MMR n IPD. Trs > kasus polio kemaren gmn? Pdhl Indonesia pernah bebas polio,tpi ko > kemaren mewabah lagi? So, ada bisa ngasih solusi, berdasarkan fakta yg > akurat ya. Mama fira > > On 5/15/08, 2Fa <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > tetangga ipar saya juga tidak memvaksin anaknya. > > blio lulusan kimia itb. > > > > > > On 5/15/08, Lif Rahayu <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > >> > >> Berita baru, issue lama, tetap memberikan imunisasi, baik wajib maupun > >> anjuran. Selebihnya, makanan yang bergizi, kasih sayang dan berdoa > >> insyaAllah anak kita tetap sehat. > >> > >> Autisme penyebabnya belum jelas, menurut kabar akhir dari gen-nya. > >> > >> Ngomong2 kuliah dimana ya temen2nya yang katanya sedang kuliah > kedokteran > >> di > >> Eropa? Kalau fiksi, kenapa ya cacar bisa lenyap dari muka bumi (cacar > lho > >> bukan cacar air). Kena ya penderita polio bisa menurun drastis? > Imunisasi > >> tuh penyebabnya. > >> > >> > >> > >> On 5/15/08, Magdalena Pohan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > >> > > >> > > >> > > >> > > >> > http://imunisasihalal.wordpress.com/2008/04/15/review-buku-yang-orangtua-harus-tahu-tentang-vaksinasi-pada-anak/ > >> > > >> > Review Buku: Yang Orangtua Harus Tahu tentang Vaksinasi pada Anak > >> > December 18th 2007, on Kesehatan, Ulasan Buku > >> > Buku berjudul Yang Orangtua Harus Tahu tentang Vaksinasi pada Anak ini > >> > adalah saduran dari buku berjudul What Your Doctor May Not Tell You > >> > About > >> > Children's Vaccinations karangan Stephanie Cave, M.D., F.A.A.F.P > bersama > >> > Deborah Mitchell. > >> > Diterbitkan dengan ISBN 979-22-349-4 yang diterbitkan pertama kali > oleh > >> PT. > >> > Gramedia Pustaka Utama cetakan pertamanya pada tahun 2003. > >> > Buku yang sangat memukau saya karena menyajikan banyak informasi > >> > mengejutkan tentang vaksinasi yang tidak pernah ditemukan di media > >> informasi > >> > apapun. > >> > Selama ini setiap informasi yang kita terima mengenai vaksinasi adalah > >> > suatu hal yang harus dilakukan dan memiliki dampak nol persen terhadap > >> > kesehatan manusia. > >> > Padahal sebagaimana tertulis dalam lembaran pertama buku ini > disebutkan > >> > sebagai berikut, "Dalam hal vaksinasi anak, mencegah mungkin tidak > lebih > >> > baik daripada menyembuhkan". > >> > Ditutup dengan kalimat berikutnya, "Jangan ambil resiko untuk > kesehatan > >> > anak Anda! Pelajari lebih lanjut tentang vaksinasi yang ada pada masa > >> kini > >> > dengan… ORANG TUA HARUS TENTANG VAKSINASI ANAK". > >> > Mengapa hal tersebut menjadi penting? > >> > Karena sebagai orang tua, tentunya kita mengharapkan hal terbaik yang > >> dapat > >> > kita berikan kepada seluruh anak kita. Hal tersebut hanya dapat > >> diwujudkan > >> > jika dan hanya jika kita memiliki informasi yang memadai mengenai > apapun > >> > yang ingin kita persembahkan kepada mereka. > >> > Fakta-fakta mengejutkan tentang kandungan merkuri yang digunakan dalam > >> > sebagian besar vaksin anak saat ini baru salah satu contoh mengerikan > >> > tentang vaksin yang harus Anda ketahui. > >> > Berikut ini adalah beberapa hal yang mungkin tidak Anda ketahui > tentang > >> > vaksin: > >> > 1. Beberapa vaksin mengandung racun seperti air raksa (merkuri), > >> > almunium > >> > dan formalin > >> > 2. Di tahun 1998, Pemerintah Perancis menghentikan program vaksinasi > >> > berbasis sekolah yang memberikan vaksin Hepatitis B kepada anak-anak > >> > usia > >> > sekolah karena kasus multiple-sklerosis telah dikaitkan dengan vaksin > >> > tersebut dan lebih dari 600 kasus imunitas dan persyarafan telah > >> dilaporkan. > >> > 3. Beberapa vaksin dibuat menggunakan bahan yang berasal dari jaringan > >> > manusia dari janin yang digugurkan. > >> > 4. Kebanyakan negara mewajibkan bahwa saat anak berusia 5 tahun, ia > >> > sudah > >> > harus menerima 33 dosis dari 10 vaksin. > >> > 5. Para dokter hanya melaporkan kurang dari 10 persen kejadian buruk > >> > yang > >> > berkaitan dengan vaksinasi dan/atau sesudah vaksinasi. > >> > Selain itu salah satu isu keamanan yang menurut buku ini sering > >> > diabaikan > >> > adalah bahan-bahan tambahan yang terdapat dalam vaksin sebagai > berikut: > >> > 1. Alumunium > >> > Logam ini ditambahkan ke dalam vaksin dalam bentuk gel atau garam > >> > sebagai > >> > pendorong terbentuknya antibodi. Alumunium telah dikenal sebagai > >> > penyebab > >> > kejang, penyakit alzheimer, kerusakan otak dan dimensia (pikun). Logam > >> ini > >> > biasanya digunakan pada vaksin-vaksin DPT, DaPT dan Hepatitis B. > >> > 2. Benzetonium Khlorida > >> > Benzetonium adalah bahan pengawet dan belum dievaluasi keamanannya > untuk > >> > dikonsumsi oleh manusia. Biasa digunakan sebagai campuran vaksin > anthrax > >> > terutama diberikan kepada para personil militer. > >> > 3. Etilen Glikol > >> > Biasa digunakan sebagai bahan utama produk antibeku dan digunakan > >> > sebagai > >> > pengawet vaksin DaPT, polio, Hib dan Hepatitis B. > >> > 4. Formaldehid > >> > Bahan kimia yang terkenal sebagai zat karsinogenik (penyebab kanker) > >> > yang > >> > biasanya digunakan dalam proses pengawetan mayat, > fungisida/insektisida, > >> > bahan peledak dan pewarna kain. > >> > Selain beracun, menurut Sir Graham S. Wilson pengarang buku The > Hazards > >> of > >> > Immunization formalin tidak mamadai sebagai pembunuh kuman sehingga > >> maksud > >> > penggunaannya sebagai penonaktif kuman dalam vaksin menjadi tidak > >> berfungsi > >> > dengan baik. > >> > Akibatnya adalah kuman yang seharusnya dilemahkan dalam vaksin > tersebut > >> > malah menguat dan menginfeksi penggunanya. > >> > 5. Gelatin > >> > Bahan yang dikenal sebagai alergen (bahan pemicu alergi) ini banyak > >> > ditemukan dalam vaksin cacar air atau MMR. Bagi kaum Muslim, gelatin > >> > menimbulkan isu tambahan karena biasanya bahan dasarnya berasal dari > >> babi. > >> > 6. Glutamat > >> > Bahan yang digunakan dalam vaksin sebagai penstabil terhadap panas, > >> cahaya > >> > dan kondisi lingkungan lainnya. Bahan ini banyak dikenal sebagai > >> > penyebab > >> > reaksi buruk kesehatan dan ditemukan pada vaksin varicella. > >> > 7. Neomisin > >> > Antibiotik ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kuman di dalam > >> > biakan > >> > vaksin. Neomisin menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang dan > >> > sering > >> > ditemukan dalam vaksin MMR dan polio. > >> > 8. Fenol > >> > Bahan yang berbahan dasar tar batu bara yang biasanya digunakan dalam > >> > produksi bahan pewarna non makanan, pembasmi kuman, plastik, bahan > >> pengawet > >> > dan germisida. > >> > Pada dosis tertentu, bahan ini sangat beracun dan lebih bersifat > >> > membahayakan daripada merangsang sistem kekebalan tubuh sehingga > menjadi > >> > berlawanan dengan tujuan utama pembuatan vaksin. > >> > Fenol digunakan untuk pembuatan beberapa vaksin termasuk vaksin > tifoid. > >> > 9. Streptomisin > >> > Antibiotik ini dikenal menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang > dan > >> > biasa ditemukan dalam vaksin polio. > >> > 10. Timerosal/Merkuri > >> > Bahan yang sangat beracun yang selama beberapa puluh tahun digunakan > >> > pada > >> > hampir seluruh vaksin yang ada di pasaran. Padahal timerosal/merkuri > >> adalah > >> > salah satu bahan kimia yang bertanggung jawab atas tragedi Minamata di > >> > Jepang yang menyebabkan lahirnya bayi-bayi yang cacat fisik dan > >> mentalnya. > >> > Berikut ini adalah beberapa kerusakan yang disebabkan keracunan > merkuri: > >> > 1. Otak bayi masih mengalami perkembangan yang cepat dan merkuri bisa > >> > merusak sel otak secara menetap. > >> > 2. Sistem kekebalan tubuh bayi masih belum berkembang secara penuh > >> sehingga > >> > bayi tidak mempunyai kemampuan melawan serangan benda asing (bakteri, > >> virus > >> > dan racun lingkungan) secara benar. > >> > 3. Kemampuan tubuh bayi untuk membuang racun dari tubuhnya melalui > hati > >> > belum berkembang sepenuhnya sehingga zat-zat berbahaya cenderung > menetap > >> di > >> > dalam tubuhnya seperti merkuri, formalin dan alumunium. > >> > 4. Penghambat darah-otak (selaput yang berada di antara darah yang > >> beredar > >> > di tubuh dengan otak yang berfungsi bahan-bahan berbahaya mencapai > otak) > >> > belum mampu menghalangi racun yang bisa merusak otak. > >> > 5. Gejala keracunan merkuri yang paling umum antara lain adalah: > >> > * Perubahan suasana hati dan kepribadian, termasuk mudah marah dan > malu > >> > * Hilangnya sensasi dan masalah penglihatan serius > >> > * Ketulian dan kecenderungan kesulitan berkomunikasi karenanya > >> > * Kelemahan otot dan tidak adanya koordinasi tubuh yang baik > >> > * Hilangnya/lemahnya ingatan > >> > * Tremor/gemetaran > >> > Belum lagi fakta-fakta yang disajikan dalam buku ini yang mengkaitkan > >> > vaksinasi yang berbahaya dengan meningkatnya kasus-kasus autisme saat > >> ini. > >> > Dimana kasus autisme ini ternyata memiliki kemiripan dengan > >> > gejala-gejala > >> > keracunan merkuri yang banyak digunakan dalam vaksin. > >> > Hal yang menarik lainnya untuk kita di Indonesia yang sedang > >> > gencar-gencarnya melakukan vaksinasi polio melalui mulut > (oral/dimakan) > >> > adalah fakta bahwa sejak tahun 2000 Sentra Pengendalian Penyakit > Amerika > >> > Serikat sudah menghentikan vaksin oral dan digantikan dengan suntikan. > >> > Mengapa? Karena vaksinasi polio oral terbukti menimbulkan sampai 10 > >> > kasus > >> > polio per tahun dan dituding menyebabkan gangguan serius pada sistem > >> > pencernaan terutama penyumbatan usus! > >> > Lantas mengapa informasi-informasi tersebut cenderung tidak pernah > >> > terpublikasikan secara luas? > >> > Alasannya tentu saja sederhana sekali: UANG. > >> > Bisnis produksi dan penjualan vaksin bernilai milyaran dollar Amerika > >> > Serikat per tahun! Selain itu banyak sekali bukti-bukti yang kemudian > >> > dibungkam menelusuri bahwa penyakit-penyakit saat ini seperti > HIV/AIDS, > >> DBD > >> > (demam berdarah), flu burung, dsb adalah senjata biologi yang sengaja > >> > dikembangkan yang kemudian dilepaskan ke komunitas sehingga mendorong > >> > kebutuhan akan obat dan vaksin penyakit-penyakit tersebut. > >> > Saya dan isteri pun akhirnya sepakat untuk tidak memvaksinasi puteri > >> kami. > >> > Hal ini kami lakukan setelah berkonsultasi dengan banyak ahli > kesehatan > >> > (kedokteran, kimia klinis, teknologi kesehatan, dsb). > >> > Apalagi ternyata teman-teman kami yang menjadi atau sedang kuliah > >> > menjadi > >> > dokter di Eropa secara terang-terangan menyatakan "vaksinasi adalah > >> > fiksi > >> > seperti cerita manusia mendarat di bulan.." > >> > > >> > > >> > > > > -- > Sent from Gmail for mobile | mobile.google.com >