Balita Tewas Dimakan Anjing                  
Kamis 26 Juni 2008, Jam: 6:52:00                       
JAKARTA (Pos Kota) - Tidak ada lagi canda dan tawa Amelia Handatani.
Balita berusia 18 bulan yang akrab dipanggil Amel, anak pasangan Ny.
Susan, 22, dan Ahmad Junaedi, 27, itu tewas mengerikan. Ia menemui ajal
diterkam anjing majikan ibunya yang bekerja di rumah Jalan Melati, RT
09/010, Kel. Kapuk, Jakarta Barat, Rabu (25/6) siang. 
 
Amel tewas dalam perjalanan ke RSUD Cengkareng dalam kondisi
mengenaskan. Leher dan kepala balita ini luka menganga akibat gigitan
anjing jenis Rott Weiller milik Ny. Patriacia, 46, majikan Ny. Susan,
yang bekerja sebagai pembantu di rumah tersebut. 
 
Menurut Ny. Susan, ketika menggigit Amel, anjing yang diberi nama Spike
itu tidak mau melepas tubuh balita itu. Ajing ganas ini baru mau melepas
gigitannya setelah dijinakan Kenya Zulian, 18, anak Ny. Patriacia. Amel
ditemukan terkapar di anak tangga loteng rumah tersebut. Akibat gigitan
anjing, darah dari luka membasahi sekujur tubuh korban. 
 
Peristiwa mengerikan yang terjadi di depan matanya itu membuat Ny. Susan
histeris. Wanita beranak dua yang sudah 9 bulan bekerja di rumah Ny.
Patriacia dengan gaji Rp 500 per bulan itu, menjerit memanggil nama
anaknya bungsunya. Nyonya Susan merangkul tubuh Amel yang berlumuran
darah. Wanita pembantu ini tak kuasa menahan tangis. 
 
Dalam waktu singkat, seisi rumah geger. Anjing ganas itu bergegas
diamankan pemiliknya ke kamar. Tetangga yang mengetahui peristiwa sadis
berdatangan. Tak beberapa lama, petugas Polsek Cengkareng datang ke
lokasi kejadian. Nyonya Patriacia dibawa ke kantor polisi. Sedangkan
mayat Amel dibawa ke rumah duka di Jalan Pedongkelan, Cengkareng,
Jakarta Barat. " Nyonya Susan dan suaminya menolak anaknya diotopsi, "
kata petugas. 
 
Menghadapi musibah yang menimpa anak pembantunya, Ny. Patriacia, yang
saat kejadian tidak berada di rumah, hanya bisa berdiam diri. Ia tidak
menduga anjing peliharaannya bisa memangsa manusia. Kepada petugas, Ny.
Patriacia menuturkan, anjing itu dibelinya dari kecil di daerah Sunter,
Jakarta Utara, seharga Rp 2,5 juta. Anjing ini sudah 7 tahun bersama
keluarga Ny. Patriacia. 
 
" Dengan kejadian ini, kami sudah tidak mau lagi memelihara Spike.
Sebaiknya, anjing ini disuntik mati saja Pak, " kata Ny. Patriacia
kepada polisi yang memeriksanya. 
 
AMBIL PAKAIAN 
Nyonya Susan menjelaskan peristiwa tragis ini. Siang itu, pukul 13:45,
ia naik ke loteng rumah untuk mengambil jemuran. Sebelum naik, istri
Ahmad Junaedi ini meletakan Amel di anak tangga. " Saya tidak mengajak
Amel ke loteng karena ada anjing di loteng. Anjing itu kelihatannya
liar, " kata Ny. Susan. 
 
Sewaktu mengambil pakaian yang dijemur di loteng , wanita asal Rangkas
Bitung, Banten, menyaksikan bagaimana putrinya digigit anjing milik
majikannya. "Anjing itu menggigit leher anak saya dan membawanya ke
loteng. Saya berteriak-teriak . Anak saya baru terlepas dari gigitan
setelah ditolong anak majikan," ujar istri. 
 
Mengetahui putrinya terluka di leher dan kepala, Ny. Susan langsung
memeluk dan membawanya ke RSUD Cengkareng. Ayah Amel, Ahmad Junaedi yang
bekerja sebagai awak bis, ketika datang ke kamar jenazah rumah sakit
hanya bisa memeluk mayat putrinya. 
 
Nyonya Patriacia mengatakan, siang itu sehabis mengambil ijazah anaknya
Kenya Zulian di SMU Al Huda Cengkareng, ia langsung pergi ke rumah
saudaranya. Di rumah hanya ada pembantu dan anaknya Amel serta Kenya
Zulian. Remaja inilah yang menolong melepaskan putrid Susan dari gigitan
anjing piaraannya. 
 
Dijelaskan Patriacia, setiap harinya anjing itu sebenarnya jinak. Bahkan
yang rajin memberinya makan adalah Susan. Tapi pada hari naas itu, Susan
lupa memberi makan karena banyak pekerjaan. Mungkin karena lapar anjing
itu menjadi buas. 
 
Kapolres Jakarta Barat, Kombes Dr Iza Fadri yang dihubungi Pos Kota,
Rabu petang, menyatakan kasus ini tetap ditangani secara professional
oleh Polsek Cengkareng. "Pemilik anjing diminta keterangan. Meskipun
keluarga korban menolak anaknya diotopsi, tapi polisi tetap meminta
visum luar dari dokter," ujar Iza Fadri. 
 
AMBIL ANJING 
Menanggapi adanya anjing menggigit balita hingga tewas, Edi Setiarto,
Kepala Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Pemda DKI Jakarta,
menegaskan, pihaknya akan mengambil anjing tersebut untuk di bawa ke
Pusat Observasi Rabies Ragunan. "Pemilik wajib menyerahkan anjing
tersebut," katanya. 
 
Edy mengakui memelihara anjing di Jakarta tidak harus memiliki izin.
Hanya saja sesuai dengan Perda tentang Pemeliharaan Hewan Rentan Rabies,
bila memelihara anjing harus divaksin rabies. Langkah ini sejalan dengan
Jakarta yang bebas rabies. 
 
Selain harus divaksin,anjing tidak boleh diliarkan, sehingga tidak
membahayakan orang lain. "Bila anjing itu menggigit maka pemiliknya
harus bertanggung-jawab. Yang jelas anjing itu akan kami ambil untuk
diobservasi," tandasnya. 
 
AKP DEWI: ROOTWEILLER GANAS 
Anjing jenis Rootweiller termasuk hewan ganas dan pendendam. Seharusnya
pemilik anjing tidak melepas begitu saja hewan peliharannya dan harus
mengenal betul jenis, sifat dan karakteristik hewan yang dipeliharanya. 
 
"Ada beberapa faktor kenapa anjing ini menjadi sadis dan buas, bisa
karena pengaruh obat, terlambat vaksinasi dan sakit, atau terlambat
memberi makan sehingga ia lapar," jelas Kanit Satwa Polda Metro Jaya,
AKP Dewi yang dihubungi Pos Kota. Ia terkejut mendengar peristiwa
Rootweiller membunuh balita. 
 
Tapi menurut Dewi bisa juga awalnya Rootweiller itu mengajak bercanda.
Hanya saja ketika ia menggigit balita dan mencium bau darah, sifat
buasnya muncul. 
 
"Kalau Rootweiller sudah menyerang dengan buas, hampir bisa dipastikan
suatu saat dia akan menyerang lagi. Jadi mohon maaf, lebih baik anjing
itu dieksekusi saja." 
 
Rootweller milik Ny Patricia yang membunuh balita, temasuk tua karena
sudah berusia 7 tahun dan seharusnya sudah penurut. 
 
Diuraikannya, jenis anjing asal Jerman itu pantang disakiti karena ia
akan ingat betul dengan orang atau hewan yang menyakitinya lalu balas
dendam. "Begitu sadisnya, Rootweiller akan membanting-banting orang atau
hewan yang digigitnya dan tak akan melepas gigitannya sebelum yang
digigitnya itu diam tak bergerak," kata Dewi yang sudah tiga tahun
menjadi Kanit Satwa dan mengawasi 25 anjing pelacak berbagai jenis ini. 
 
HARUS DIIKAT 
Rootweiller jangan diberi daging mentah karena akan makin buas, hanya
diberi dog food sehari dua kali. Anjing ini punya sifat penyerang,
karena itu seharusnya diikat terlebih bila tuannya tak ada di rumah.
Untuk menjinakkan saat ia menggigit, matanya disemprot air sehingga
gigitannya akan mengendur. 
 
Banyak jenis anjing yang dipelihara warga entah untuk kepentingan
menjaga rumah atau karena hobi. Bila sekedar hobi, lanjut Dewi lebih
baik memilih anjing jenis lain seperti Golden atau Buldog. "Bentuk dan
wajah Buldog memang buruk, tapi dia justru baik dan dekat dengan
anak-anak." 
 
Dipesankan Dewi, bagi warga yang memelihara hewan jenis apa saja harus
mengenal betul sifat dan karakteristik hewan yang dipeliharanya agar
tidak membahayakan.             
(warto/st/CW2/irda)@
 
M. Tri Agustiyadi
Telp. 5728569 / 08128549332
 <http://triagus.multiply.com/> http://triagus.multiply.com 
 
 


--------------------------------------------------------------
Info tanaman hias: http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke