To mbak Ila, Temannya Dila sekarang kondisinya gimana, mbak? Baca e-mail mbak, saya sempat ingat pernah baca info tentang mata juling yang ada hubungannya dengan hidung 'datar' (mostly ras mongol) . Dari tadi 'ngubek' arsip lama, ketemu juga ... saya posting ya artikelnya. Refer to artikel itu, kondisi seperti temannya Dila kadang disebut 'juling palsu', mata seolah2 juling 'ke atas' ( *pseudostrabismus) *karena anatomi hidung.
To mbak Nurhidayati, Refer to info yang sama, kondisi juling 'bawaan lahir' bisa ditinjau sejak usia si kecil di bawah 1 tahun. Contohnya: kalau dia melirik, bola matanya nggak sampai bergulir ke sudut mata alias pergerakan bola mata nggak bisa ke segala arah. Atau kalau sedang melihat normal, kelihatan salah satu/kedua bola matanya malah bergulir ke arah hidung, pipi, alis, pelipis. Kalau si kecil sudah di atas 1 tahunan, bisa lebih jelas dilihat tanda2nya: tiap kali lihat suatu objek dia harus buat posisi kepala miring (kiri/kanan), tengadah atau tunduk. Good news-nya, asal dengan hasil diagnosa ahli mata yang tepat dan akurat, semua kondisi seperti ini bisa diperbaiki. Kayaknya terapi untuk kondisi mata juling memang lebih baik diupayakan waktu usia dini. Kemarin2 ini baru dengar cerita dari teman SMA saya, dia harus bolak-balik antar adik perempuannya ke RS Singapura karena kondisi mata julingnya. Sudah ditawarkan terapi sejak masih SD, tapi ketunda terus hingga sekarang sudah jadi anak gadis, dan akhirnya lebih complicated treatment-nya. cheers, Sylvia - mum to Jovan, Rena & Aleta ------------------------- http://www.indomedia.com/intisari/1999/juli/juling.htm *TANGGULANGI JULING SEJAK DINI**Semakin dini dideteksi, kelainan mata juilng atau jereng makin cepat dan mudah diatasi. Tes untuk mengetahui apakah anak menderita kelainan ini bisa dilakukan oleh orang tua di rumah.* Anatomi indera penglihatan dikatakan normal jika bayangan sebuah benda yang dilihat oleh kedua mata diterima dengan ketajaman yang sama. Bayangan ini secara serentak lalu dikirim ke susunan saraf pusat untuk diolah menjadi sensasi penglihatan tunggal. Penglihatan tunggal ini bisa terjadi kalau kedua mata dapat mempertahankan daya koordinasi untuk menjadikan kedua bayangan suatu benda menjadi satu (fusi). Sebaliknya, fusi akan hilang bila daya penglihatan salah satu mata kurang atau tidak ada. Pada penderita mata juling atau *strabismus*, mata tidak mempunyai kesatuan titik pandang. Kedudukan sumbu kedua bola mata itu tidak searah. Akibatnya, dua mata akan melihat dua benda atau dua bayangan (*diplopia*). Untuk menghindari penglihatan rangkap ini, penderita *strabismus* lalu berusaha menekan (supresi) atau tidak menggunakan matanya yang lemah. Ia hanya melihat dengan matanya yang sehat. Sebab itu, penderita sering mengeluh matanya mudah lelah atau merasa penglihatannya berkurang pada satu mata. Dalam dunia kedokteran mata, kelainan mata ini akan disebut juling berganti bila mata yang satu digunakan untuk melihat, mata yang lain akan bergulir. Sedangkan kalau hanya satu mata yang digunakan, disebut juling monokuler. Pada mata normal, bayangan yang diproyeksikan ke otak akan membentuk gambar tiga dimensi. Sementara pada mata juling - karena tidak mempunyai kesatuan titik pandang - bentuk tiga dimensi itu tidak didapat. Tidak jarang kita menjumpai mata yang terkesan juling. Tetapi kalau itu diperiksa, tidak terdapat tanda-tanda juling. Pakar kedokteran mata menyebut kesan ini sebagai *pseudostrabismus*. Juling palsu. Kasus ini banyak terjadi pada ras Mongol yang berhidung datar. Hal ini terjadi karena lipatan vertikal kulit pangkal hidung membuat *sclera* hidung tidak terlihat dengan jelas sehingga mata tampak juling ke atas. Ada lagi kasus lain yang disebut hipertelorisme. Pada kasus ini bola mata terdorong ke luar rongga *orbita*sehingga menimbulkan gambaran bola mata yang menyebar ke luar. Keadaan ini memberi kesan, mata tinggi sebelah. *Akibat gangguan otot mata* Dr. Raman R. Saman, M.D. Ophth., AMS, MBA, ahli mata dari R.S. Prof. Dr. Isak Salim "Aini" Jakarta, mengungkapkan, penyebab mata juling itu beragam. Untuk mengetahui penyebab lebih lanjut, "Pertama-tama perlu pemeriksaan menyeluruh, mulai dari anatomi mata, faal atau fisiologi, sampai apakah si penderita mengidap suatu penyakit," jelasnya. Dalam beberapa kasus, otot mata sering menjadi salah satu penyebabnya. Untuk menggerakkan bola mata digunakan enam macam otot mata. Bila semua otot itu tak *ngadat* alias bekerja normal, kedua mata akan berfungsi secara seimbang. Normal-tidaknya otot mata tergantung pada tebal-tipis, panjang-pendek, dan berfungsi-tidaknya saraf-saraf mata. Maka, jika di antara otot atau saraf ini ada yang tidak normal, keadaan itu bisa menyebabkan seseorang menderita juling. Tidak sedikit pula kasus mata juling disebabkan oleh gangguan perbedaan ketajaman penglihatan yang sangat besar antara kedua mata. Misalnya, mata kiri -2 (minus dua), mata kanan -9 (minus sembilan) atau lebih. Perbedaan ukuran antara mata kiri dan kanan yang masih bisa ditoleransi tidak boleh lebih dari 3. Mata juling bisa juga bisa dipicu oleh terjadinya kemunduran daya penglihatan yang dinamakan *lazy eyes* (mata malas), atau disebut juga ambliopia. Mata malas ini akibat satu mata mempunyai visus(ketajaman mata)rendah yang tidak dapat ditingkatkan lagi karena terlalu lama dibiarkan. Akibatnya, penglihatan didominasi oleh mata yang sehat saja. Menurut dr. Saman, bila dilihat lebih jauh, ketiga faktor itu tercetus karena beberapa hal. Misalnya, faktor bawaan (kongenital), trauma mata (tertusuk benda tajam atau tumpul), infeksi virus atau bakteri, dan sebagainya. "Ada pula kasus juling akibat infeksi toksoplasma yang ditularkan melalui kucing atau daging yang mengandung kuman toksoplasma tidak dimasak dengan baik," katanya. Penyakit sistemik pun bisa menjadi penyebab kelainan mata jereng ini. Misalnya saja, *diabetes mellitus* dan hipertiroid, penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak (stroke), kelainan darah atau perdarahan, serta gangguan metabolisme antara lain kadar kolesterol yang tinggi. Penyakit sistemik ini ada kalanya menyebabkan juling begitu berhubungan dengan otak. Mata juling bisa juga terjadi gara-gara munculnya tumor jinak atau pun ganas. Misalnya, akibat tumor otak, *retinoblastoma* (kanker mata), dan kanker yang sudah menyebar dan menekan saraf di bagian otak. Kondisi itu menyebabkan kelumpuhan otot-otot mata. Pada kasus mata juling karena bawaan, kelainan otot atau saraf mata pada anak, umumnya sudah terlihat sejak usia enam bulan. Gejalanya antara lain, bila anak melirik, perguliran bola matanya tidak sampai ke ujung. Itu bisa karena terjadinya hambatan pada pergerakan bola mata sehingga mata tidak bisa bergerak ke segala arah dengan leluasa. Atau pada usia ini juga bisa dilihat apakah salah satu bola matanya terlihat bergulir ke arah hidung, pelipis, alis, atau pipi. Pada usia satu tahun akan tampak lebih jelas karena anak yang menderita jereng sering melihat sesuatu dengan posisi kepalanya miring ke kanan atau kiri, tengadah atau tertunduk. Pada usia tiga tahun anak mulai mengeluh penglihatannya kurang jelas atau ganda. Anggapan bahwa mata juling bisa timbul akibat bayi diberi mainan gantung di atas kepala dengan posisi kurang tepat, menurut dr. Saman, sama sekali tidak benar. Kacamata atau bedah Terapi yang perlu dilakukan untuk menanggulangi kelainan mata juling adalah memulihkan kembali kesatuan titik pandang. Sembuh atau tidaknya tergantung pada jenis kelainan dan penyebabnya. Kasus juling pada anak umumnya dapat disembuhkan asalkan diobati sejak dini. Kalau masalahnya berhubungan dengan refraksi atau ketajaman penglihatan, bisa ditanggulangi dengan kacamata. Kacamata itu bisa berlensa *spheris*, silinder, atau prisma tergantung keperluannya. Bisa juga diatasi dengan lensa kontak (terutama bagi yang minusnya tinggi). Usaha lain ialah dengan melakukan koreksi bedah refraktif untuk mengurangi kelainan rabun dengan menggunakan pisau bedah atau *laser excimer*. Bila persoalannya menyangkut otot, bisa dilakukan pembedahan sesuai kebutuhan. Misalnya, otot yang kepanjangan dipendekkan (diresek), sebaliknya otot yang kepanjangan dipendekkan dengan menggeser lokasi perlekatan pangkal otot (reses terhadap insersi otot). Sedang bila juling terjadi akibat kecelakaan (trauma) umumnya dikoreksi dengan tindakan pembedahan. Berlainan dengan anak bermata juling yang mampu melakukan supresi pada matanya yang lemah, penderita dewasa tidaklah demikian. Akibatnya, penderita dewasa akan terus terganggu karena benda yang dilihat tampak bertumpuk. Kalaupun sekali-kali mampu, mata akan terasa pegal atau capek, bahkan pusing atau mual. Sebab itu pada orang dewasa, julingnya akan lebih kelihatan bila sedang capek. Pada orang dewasa yang tidak lagi mampu mensupresi matanya ini, pengobatan biasanya diusahakan dengan menutup salah satu matanya, sampai ototnya kembali normal. Mata yang ditutup, bisa yang sehat atau yang sakit. Dengan menutup mata yang sakit, diharapkan mendapatkan rangsangan dari mata sehat yang dipakai. Namun, kalau berdasarkan pemeriksaan ia ternyata menderita ambliopia, maka mata yang sehatlah yang ditutup. Tentu saja yang pertama diobati adalah ambliopianya lebih dulu. Bila sembuh tapi juling masih ada, maka dilakukan tindakan pembedahan untuk menghindari kekambuhan ambliopianya. Mata penderita dewasa yang sudah telanjur rusak karena lama tidak digunakan, akan sulit disembuhkan. Umumnya juling akan kambuh kembali sekalipun sudah dilakukan pembedahan. Karena itu terapi mata juling paling tepat dilakukan sejak dini (sebelum usia 12 tahun) agar hasilnya jauh lebih memuaskan daripada setelah anak tumbuh remaja atau dewasa. Dr. Saman menganjurkan, kecuali diperiksakan ke dokter mata, hendaknya penderita juga berkonsultasi ke dokter lain seperti ahli THT (telinga, hidung, tenggorokan) atau dokter ahli penyakit dalam. Hal ini untuk mengetahui apakah ada kelainan pada organ lain yang mungkin menjadi penyebab matanya juling. Pada orang dewasa penderita juling akibat komplikasi penyakit seperti diabetes atau stroke, cara mengatasinya antara lain dengan melatih mata yang tidak sehat. Selain itu tentunya melakukan diet makanan sesuai petunjuk dokter dan pengobatan penyakit utamanya sampai tuntas. "Kita harus waspada apabila juling terjadi secara tiba-tiba," dr. Saman wanti-wanti. Sebab, banyak di antara kasus itu merupakan komplikasi penyakit ganas. Dalam kasus ini, mata juling hampir tidak dapat disembuhkan. Saman menganjurkan, bila kita curiga terhadap penglihatan anak, lakukan tes mata sebelum anak masuk sekolah. Tes bisa dilakukan oleh orang tua sendiri. Caranya dengan menutup sebelah mata si anak. Amati apakah si anak mampu melihat gambar atau benda dengan sebelah matanya. Kalau misalnya mata kanan mampu melihat jelas, sementara mata kiri kurang jelas atau bahkan tidak bisa melihat sama sekali, segera berkonsultasi dengan dokter anak dan dokter mata. Penanggulangan dini jauh lebih cepat penyembuhannya daripada setelah dewasa. (Nanny Selamihardja) ---------------- 2008/7/17 Rizqiyah, Ummi-Lailatul <[EMAIL PROTECTED]>: > Ada dulu temen dila, matanya begitu.takut tersinggung nanya mamanya, > suatu saat kacamatanya pecah akhirnya cerita. > > Dia maanya juling karena ototnya ketarik nggak tau tepatnya. Yg jelas > ada pengaruhnya karena hidungnya pesek (hubnya ke tulang hidungnya ya). > Jadi treatmentnya disuruh pake kacamata dulu untuk ngefokusin sambil > tiap pagi hidungnya ditarik2 dgn harapan akan makin mancung seiring > pertumbuhan. Kt dokternya mumpung masih kecil..(saat itu masih 3 than) > > Aku takjub juga dengernya, mata juling karena hidung pesek (mungkin kalo > dr bisa jelasin alasan ilmiahnya kali yaa) > > > <deleted> >