Semoga artikel ini bisa bermanfaat....
Grüß,
A. Christine

Mengenal & Membimbing Anak Hiperaktif 
Oleh Semiloka Mengenal dan Membimbing Anak Hiperaktif (Unika, Smg)


Apa sebenarnya yang disebut hiperaktif itu ? Gangguan hiperaktif sesungguhnya sudah 
dikenal sejak sekitar tahun 1900 di tengah dunia medis. Pada perkembangan selanjutnya 
mulai muncul istilah ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity disorder). Untuk dapat 
disebut memiliki gangguan hiperaktif, harus ada tiga gejala utama yang nampak dalam 
perilaku seorang anak, yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif. 

Inatensi 

Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang 
anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu 
mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih 
perhatian dari satu hal ke hal yang lain. 

Hiperaktif 

Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam. Duduk dengan 
tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan berlari-lari, 
berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu, ia cenderung banyak 
bicara dan menimbulkan suara berisik. 

Impulsif 

Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam 
dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut 
mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari 
gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu 
orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab 
sebelum pertanyaan selesai diajukan. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, 
seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi 
untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang 
lain. 

Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada 
beberapa syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi 
sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2 
situasi, misalnya di rumah dan di sekolah. 

Problem-problem yang biasa dialami oleh anak hiperaktif 

  a.. Problem di sekolah
  Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. 
Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran 
secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai 
bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan 
mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa 
anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak 
mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, 
anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak 
biasa 
  b.. Problem di rumah
  Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan 
kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan 
yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini 
berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami 
kekecewaan, ia gampang emosional. Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala 
dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi. Hambatan-hambatan tersbut 
membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak 
dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun 
teman-temannya. Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak 
secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, 
banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak dan berontak. 
Akibatnya terjadi ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik anak maupun orang tua 
menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi 
lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep diri 
yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan 
ditolak. 
  c.. Problem berbicara
  Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya 
kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit 
melakukan komunikasi yang timbal balik. Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri 
sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat. 
  d.. Problem fisik
  Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak 
lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. 
Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif 
yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat 
aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, 
terkilir, dan sebagainya. 
Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak : 

Faktor neurologik 

  a.. Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan 
masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan 
dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan 
kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir 
dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol 
juga meninggikan insiden hiperaktif 
  b.. Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang 
neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu 
neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna 
untuk memelihara proses konsentrasi 
  c.. Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu 
pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah 
orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan 
Faktor toksik 

Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk 
membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam 
serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena 
sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif. 

Faktor genetik 

Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak 
hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya 
hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar. 

Faktor psikososial dan lingkungan 

Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua 
dengan anaknya. 

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan 
membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif : 

  a.. Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas 
  b.. Kenali kelebihan dan bakat anak 
  c.. Membantu anak dalam bersosialisasi 
  d.. Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat 
positif (misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan 
disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak 
  e.. Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan 
kelebihan energinya 
  f.. Menerima keterbatasan anak 
  g.. Membangkitkan rasa percaya diri anak 
  h.. Dan bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang 
sebenarnya 
Disamping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan 
bimbingan orang tua. Contohnya dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan 
bila suatu saat anak melanggarnya, orang tua mengingatkan anak tentang contoh yang 
pernah diberikan orang tua sebelumnya. 

Kirim email ke