Utk kejang demam, yg paling tepat adalah diberikan stesolid/diazepam supository 
lewat anus. Guideline kejang demam berikut moga bisa membantu yah. Maaf jika 
kurang berkenan :)

Irma
=======================
Kejang Demam (Guideline)     

Apakah kejang demam itu ? 
Resiko berulangnya kejang demam 
Penanganan kejang demam 
Perlu tidaknya pemeriksaan lanjutan 
Resiko dan keuntungan penanganan jangka panjang 
Imunisasi dan kejang demam       
Sumber 

Apakah kejang demam itu ?
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak 
mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat (1,2). Hal ini dapat terjadi 
pada 2-5 % populasi anak. Umumnya kejang demam ini terjadi pada usia 6 bulan ¨C 
5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk 
pertama kalinya pada usia < 6 bulan atau > 3 tahun. 

Tidak ada nilai ambang suhu untuk dapat terjadinya kejang demam (2). 
Selama anak mengalami kejang demam, ia dapat kehilangan kesadaran disertai 
gerakan lengan dan kaki, atau justru disertai dengan kekakuan tubuhnya. Kejang 
demam ini secara umum dapat dibagi dalam dua jenis yaitu (1,2): 

Simple febrile seizures : kejang menyeluruh yang berlangsung < 15 menit dan 
tidak berulang dalam 24 jam. 
Complex febrile seizures / complex partial seizures :
kejang fokal 
(hanya melibatkan salah satu bagian tubuh), berlangsung > 15 menit, dan atau 
berulang dalam waktu singkat (selama demam berlangsung). Risiko berulangnya 
kejang demam 

Simple febrile seizures tidak meningkatkan risiko kematian, kelumpuhan, atau 
retardasi mental. Risiko epilepsy pada golongan ini adalah 1%, hanya sedikit 
lebih besar daripada populasi umum. Risiko yang dimiliki hanyalah berulangnya 
kejang demam tersebut pada 1/3 anak yang mengalaminya. Beberapa hal yang 
merupakan faktor risiko berulangnya kejang demam adalah (1,2): 

Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama 
Riwayat kejang demam dalam keluarga Kejang demam terjadi segera setelah mulai 
demam atau saat suhu sudah relatif normal Riwayat demam yang sering Kejang 
pertama adalah complex febrile seizure Risiko berulangnya kejang demam adalah 
10% tanpa faktor risiko, 25% 
dengan 1 faktor risiko, 50% dengan 2 faktor risiko, dan dapat mencapai 100% 
dengan ¡¯ 3 faktor risiko. 

Penanganan kejang demam  
Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang 
mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah 
sebagai berikut (2,3): 

Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan 
terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak. Jangan meletakkan benda apapun 
dalam mulut si anak
seperti sendok atau penggaris, karena justru benda tersebut dapat menyumbat 
jalan 
napas. Jangan memegangi anak untuk melawan kejang. Sebagian besar kejang 
berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan khusus. 
Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke 
fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke 
fasilitas kesehatan jika kejang
masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang menyatakan bahwa 
penanganan 
lebih baik dilakukan secepat mungkin tanpa menyatakan batasan menit (4). 
Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter 
untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah 
yang berat, atau anak terus tampak lemas.   
Jika anak dibawa ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan dilakukan selain 
poin-poin di atas adalah sebagai berikut (3,4): 

Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat 
Pemberian oksigen melalui face mask Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan 
per rektal
(melalui anus) atau jika telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus 
Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan Sebagian sumber menganjurkan 
pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti kemungkinan hipoglikemia. Namun 
sumber lain hanya 
menganjurkan pemeriksaan ini pada anak yang mengalami kejang cukup lama atau 
keadaan pasca kejang (mengantuk, lemas) yang berkelanjutan (1). 

Berikut adalah tabel dosis diazepam yang diberikan : 
Terapi awal dengan diazepam 
 
Usia 
 Dosis IV (infus)
(0.2mg/kg) 
 Dosis per rektal
(0.5mg/kg) 
 
< 1 tahun 
 1¨C2 mg 
 2.5¨C5 mg 
 
1¨C5 tahun 
 3 mg 
 7.5 mg 
 
5¨C10 tahun 
 5 mg 
 10 mg 
 
> 10 years
 5¨C10 mg 
 10¨C15 mg 
 
Jika kejang masih berlanjut : 
¡°Ë         Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per infuse diulangi. Jika belum 
terpasang selang infus, 0,5 mg/kg per rektal 
¡°Ë         Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan 

Jika kejang masih berlanjut : 
¡°Ë         Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kg per infus dalam 30 menit atau 
fenitoin 15-20 mg/kg per infus dalam 30 menit. 
¡°Ë         Pemberian fenitoin hendaknya disertai dengan monitor EKG (rekam 
jantung). 

Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang 
perawatan intensif dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan. 

Perlu tidaknya pemeriksaan lanjutan 
Setelah penanganan akut kejang demam, sumber demam perlu diteliti. Dalam sebuah 
penelitian, sumber demam pada kejang demam antara lain infeksi virus 
(tersering), otitis media, tonsilitis, ISK, gastroenteritis, infeksi paru2 
(saluran napas bagian bawah), 
meningitis, dan pasca imunisasi. 

Beberapa pemeriksaan lanjutan hanya diperlukan jika didapatkan karakteristik 
khusus pada anak.  

¡°Ë         Pungsi lumbar (1) 
Pungsi lumbar adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak 
dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis. Pemeriksaan 
ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi (usia < 12 bulan) karena 
gejala dan tanda meningitis pada 
bayi mungkin sangat minimal atau tidak tampak. Pada kejang demam pertama di 
usia antara 12-18 bulan, ada beberapa pendapat berbeda mengenai prosedur ini. 
Berdasar penelitian yang telah diterbitkan, cairan serebrospinal yang abnormal 
umumnya diperoleh pada anak 
dengan kejang demam yang : 
¡°Ë         Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher) 
¡°Ë         Mengalami complex partial seizure  
¡°Ë         Kunjungan ke dokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit dalam 48 
jam sebelumnya) 
¡°Ë         Kejang saat tiba di IGD (instalasi gawat darurat) 
¡°Ë         Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk 
hingga sekitar 1 jam setelah kejang demam adalah normal. 
¡°Ë         Kejang pertama setelah usia 3 tahun     
Pada anak dengan usia > 18 bulan, pungsi lumbar dilakukan jika tampak tanda 
peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan kecurigaan infeksi 
sistem saraf pusat.
Pada anak dengan kejang demam yang telah menerima terapi antibiotic sebelumnya, 
gejala meningitis dapat tertutupi, karena itu pada kasus seperti itu pungsi 
lumbar sangat dianjurkan untuk dilakukan. 

¡°Ë         EEG (electroencephalogram) (1) 
EEG adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti ketidaknormalan gelombang. 
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam yang baru 
terjadi sekali tanpa adanya defisit (kelainan) neurologis. Tidak ada penelitian 
yangmenunjukkan bahwa 
EEG yang dilakukan saat kejang demam atau segera setelahnya atau sebulan 
setelahnya dapat memprediksi akan timbulnya kejang tanpa demam di masa yang 
akan datang. Walaupun dapat
diperoleh gambaran gelombang yang abnormal setelah kejang demam, gambaran 
tersebut 
tidak bersifat prediktif terhadap risiko berulangnya kejang demam atau risiko 
epilepsi. 

¡°Ë         Pemeriksaan laboratorium (1) 
Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor, 
magnesium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam pertama. 
Pemeriksaan laboratorium
harus ditujukan untuk mencari sumber demam, bukan sekedar sebagai pemeriksaan 
rutin. 

¡°Ë         Neuroimaging (1) 
Yang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-scan dan MRI 
kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru terjadi 
untuk pertama kalinya.       

Risiko dan keuntungan penanganan jangka panjang 
Pemberian obat-obatan jangka panjang untuk mencegah berulangnya kejang demam 
jarang sekali dibutuhkan dan hanya dapat diresepkan setelah pemeriksaan teliti 
oleh spesialis (2).
Beberapa obat yang digunakan dalam penanganan jangka panjang adalah sebagai 
berikut. 
¡°Ë         Antipiretik 
Antipiretik tidak mencegah kejang demam (5,6). Penelitian menunjukkan tidak ada 
perbedaan dalam pencegahan berulangnya kejang demam antara pemberian 
asetaminofen setiap 4 jam
dengan pemberian asetaminofen secara sporadis. Demikian pula dengan ibuprofen. 

¡°Ë         Diazepam 
Pemberian diazepam per oral atau per rektal secara intermiten (berkala) saat 
onset demam dapat merupakan pilihan pada anak dengan risiko tinggi berulangnya 
kejang demam yang berat
(2,6). Namun, edukasi orang tua merupakan syarat penting dalam pilihan ini. 
Efek samping yang dilaporkan antara lain ataksia (gerakan tak beraturan), 
letargi (lemas, sama sekali tidak aktif), dan rewel.
Pemberian diazepam juga tidak selalu efektif karena kejang dapat terjadi pada 
onset demam sebelum diazepam sempat diberikan (5). Efek sedasi (menenangkan) 
diazepam juga dikhawatirkan dapat menutupi gejala yang lebih berbahaya, seperti 
infeksi sistem saraf pusat. 

¡°Ë         Profilaksis (obat pencegahan) berkelanjutan 
Efektivitas profilaksis dengan fenobarbital hanya minimal, dan risiko efek 
sampingnya (hiperaktivitas, hipersensitivitas) melampaui keuntungan yang 
mungkin diperoleh (5). Profilaksis dengan carbamazepine atau fenitoin tidak 
terbukti efektif untuk mencegah 
berulangnya kejang demam. Asam valproat dapat mencegah berulangnya kejang 
demam, namun efek samping berupa hepatotoksisitas (kerusakan hati, terutama 
pada anak berusia < 3 tahun), trombositopenia (menurunnya jumlah keping darah 
yang berfungsi dalam pembekuan 
darah), pankreatitis (peradangan pankreas yang merupakan kelenjar penting dalam 
tubuh), dan gangguan gastrointestinal membuat penggunaan asam valproat sama 
sekali tidak dianjurkan
sebagai profilaksis kejang demam.  

Dari berbagai penelitian tersebut, satu-satunya yang dapat dipertimbangkan 
sebagai profilaksis berulangnya kejang demam hanyalah pemberian diazepam secara 
berkala pada saat onset demam, dengan dibekali edukasi yang cukup pada orang 
tua. Dan tidak ada terapi yang dapat meniadakan risiko epilepsi di masa yang 
akan datang (6). 

Imunisasi dan kejang demam 
Walaupun imunisasi dapat menimbulkan demam, namun imunisasi jarang diikuti 
kejang demam. Suatu penelitian yang dilakukan memperlihatkan risiko kejang 
demam pada beberapa jenis imunisasi sebagai berikut (2): 

¡°Ë         DTP : 6-9 per 100.000 imunisasi. Risiko ini tinggi pada hari 
imunisasi, dan menurun setelahnya.   

¡°Ë         MMR : 25-34 per 100.000 imunisasi. Risiko meningkat pada hari 8-14 
setelah imunisasi. 

Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang lebih 
besar daripada kejang demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca imunisasi 
kemungkinan besar tidak akan berulang pada imunisasi berikutnya. Jadi kejang 
demam bukan merupakan kontra indikasi imunisasi. 

Sumber 
Provisional Committee on Quality Improvement, Subcommittee on Febrile Seizures. 
Practice parameter: The neurodiagnostic evaluation of the child with a first 
simple febrile seizure. AAP
Policy 1996; 97:769-775 
http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/abstract/pediatrics;
97/5/769 
Prodigy Guidance - Febrile convulsion. April 2005.  
http://www.prodigy.nhs.uk/guidance.asp?gt=Febrile%20convulsion

Clinical Practice Guidelines - Febrile Convulsion.
Royal Children¡¯s 
Hospital Melbourne. http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm?
doc_id=5132 
Acute Management of Infants and Children with
Seizures. December 
2004.
www.health.nsw.gov.au/fcsd/rmc/cib/circulars/2004/cir2004-
66.pdf 
Committee on Quality Improvement and Subcommittee on
Febrile 
Seizures. Practice Parameter: Long-term Treatment of
the Child With 
Simple Febrile Seizures. Pediatrics 1999;103:1307-1309

Baumann RJ. Technical Report: Treatment of the Child
With Simple 
Febrile Seizures. Pediatrics 1999; 103:e 86  
http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics;103/
6/e86  


Penanganan kejang demam  

Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang 
mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah 
sebagai berikut (2,3): 

Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan 
terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak. 
Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti sendok atau 
penggaris, karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan napas. 
Jangan memegangi anak untuk melawan kejang. 
Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan 
khusus. 
Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke 
fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke 
fasilitas kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula 
sumber yang menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin 
tanpa menyatakan batasan menit (4). 
Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter 
untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah
yang berat, atau anak terus tampak lemas.   
Jika anak dibawa ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan dilakukan selain 
poin-poin di atas adalah sebagai berikut (3,4): 

Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat 
Pemberian oksigen melalui face mask 
Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika 
telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus 
Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan 
Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti 
kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya menganjurkan pemeriksaan ini 
pada anak yang mengalami kejang cukup lama atau keadaan pasca kejang 
(mengantuk, lemas) yang berkelanjutan (1).







-----Original Message-----
From: Holly Susilo [mailto:holly.sus...@gmail.com]
Sent: Tuesday, January 27, 2009 8:07 PM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: Re: [balita-anda] Tanya imunisasi IPD lanjutan


Mbak,

Tahun lalu vaksin IPD anak saya telat 2bulan..so far kata dokternya
no-problem. Kalo vaksin yang ke-2 ngak di lanjutin, sayang
banget..soalnya udah 1seri khan..percuma donk..

Mengenai obat penurun panas, kalau Ibuprofen lebih keras dan kerjanya
lebih cepat daripada paracetamol. Karena anak saya pernah step, aku
cenderung kasih ibuprofen. Biasanya kalau di kasih paracetamol,
panasnya naik dulu beberapa saat kemudian baru turun..nah pas naiknya
itu yang bikin takut...takut step..

Saya ada artikel mengenai panas, sebentar aku forward ya..

cheers,
holly

2009/1/27 Deasy Wulandari <de...@dayinmitra.co.id>:
>
> Dear Moms,
>
> Tolong bantu pencerahannya dooong..
> Anak saya (18 bln) dapat imunisasi IPD yg pertama pd bulan Oktober 2008,
> seharusnya dia dapat imunisasi IPD yg ke-2 di bulan Desember 2008.
> Tetapi karena pada saat akan imunisasi kena diare berlanjut kena flu,
> jadi sampai sekarang (januari 2009) dia belum dapat imunisasi lanjutannya.
> Apakah ada pengaruhnya klo imunisasinya telat?
> Klo tidak diimunisasi IPD lanjutan gimana??
>
> Nambah pertanyaan lagi,
> Untuk obat penurun panas anak 18 bln lebih aman mana paracetamol atau
> ibuprofen?
> Bedanya apa ya??
>
> Terimakasih sebelumnya,
>
> - Deasy -
>
> --------------------------------------------------------------
> Info tanaman hias: http://www.toekangkeboen.com
> Info balita: http://www.balita-anda.com
> Peraturan milis, email ke: peraturan_mi...@balita-anda.com
> menghubungi admin, email ke: balita-anda-ow...@balita-anda.com
>
>

--------------------------------------------------------------
Info tanaman hias: http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: peraturan_mi...@balita-anda.com
menghubungi admin, email ke: balita-anda-ow...@balita-anda.com


--------------------------------------------------------------
Info tanaman hias: http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: peraturan_mi...@balita-anda.com
menghubungi admin, email ke: balita-anda-ow...@balita-anda.com

Kirim email ke