Mbak Marilin

Saya dukung 100% keputusan mbak :D
Saya juga mulai side job juga, dengan kita berwirausaha. jadi istilahnya
bisa jadi Ibu rumah tangga yang berpenghasilan. Tapi sekali lagi juga dengan
flexible time. Sy sudah merancang tapi bukan untuk saat ini, target waktu
sudah ada siyy.... Doain ya..

Memang keputusan untuk itu tidak mudah, tetap saja kan meski kita sbg IRT
kita tetap membutuhkan aktualisasi diri ya antara lain membuka usaha
kecil2an, dengan waktu sefleksible mungkin. Namun jika kita bener2 berbisnis
pure, sudah bisa dipastikan waktu kita malah harus konsentrasi dan fokus
membangun bisnis. tapi kelebihannya memang fleksible time.

Kalau bisnis itu sudah stabil, baru kita bisa merasakan betapa banyak waktu
luang kita untuk anak2 kita.

Semoga bisnis mbak lancar jaya ya....
2009/2/25 Mas Adrisianti <marilin_adri3...@yahoo.com>

> Saya, saat ini statusnya juga masih karyawati Swasta sebuah perusahaan
> besar, posisi saya juga sudah lumayan baik. entah kenapa, saya merasa ada
> yang kurang dari diri saya sebagai seorang ibu. pada saat saya meninggalkan
> anak-anak saya, terkadang ketika mereka sedang kangen ingin sekedar bermain
> atau dimanja, saya hanya bisa memberikan waktu saya setiap harinya max 2jam,
> itupun tdk maximal, krn terkadang kalau saya sedang kondisi sangat capai,
> saya hanya sekedar saja berinteraksi dengan anak-anak saya.
> cukup lama juga saya memutuskan untuk mengajukan surat pengunduran diri
> saya, banyak hal-hal atau kebimbangan yang merasuk dikepala saya ( yg sempat
> buat saya stress berat ), kebimbangan-kebimbangan atau ketakutan yang timbul
> seperti :
> 1. Soal materi, takut apakah dengan dari satu sumber saja, kami bisa
> memberikan yang terbaik untuk anak-anak saya.
> 2. Ketakutan apakah saya bisa duduk manis mengurus anak-anak saya, krn
> sudah terbiasanya saya beraktifitas. apakah saya bisa betah ?
> 3. Rasa malu, jika ditanya saudara atau teman, apa pekerjaan saya ? kadang
> masyarakat kita, lebih mengagungkan/menghargai kita dari pek apa yg mereka
> kerjakan, dan masih banyak orang yang berpikir, kalau menjadi Ibu Rumah
> Tangga itu bukan suatu pekerjaan, tapi dianggap pengangguran. ( Ibu RT itu
> terkadang suatu pekerjaan yang masih diremehkan oleh sebagian orang ).
>
> tapi dari semua itu, akhirnya saya bulatkan tekad, saya harus bisa
> mengambil keputusan yang terbaik demi anak-anak saya, tidak perduli apa kata
> orang, yang penting saya ikhlas, pasrah dan bersyukur dengan apa yang sudah
> saya miliki sekarang.
> Untuk menambah materi kelurga, sekarang ini saya sedang memutar otak saya
> bagaimana cara berjualan kecil-kecil, barang apa saja yang kiranya diminati
> orang, walau kondisi krisis seperti sekarang, sampai saya belajar utk
> membuat blog, tempat saya menawarkan ide jualan saya. ( saya berharap,
> keinginan saya tsb bisa berjalan lancar, walaupun didepannya pasti ada
> hambatan yang harus saya lalui. ).
> Saya minta doanya ya...............
>
> thanks,
>
> Marilin
> http://denara3107.multiply.com
> email : marilin_adri3...@yahoo.com
>
> NB : Maaf kepanjangan. Salam kenal utk semua anggota milis.
>
>
>
>
>
>
> ________________________________
> From: bagust <b.ag...@yahoo.co.id>
> To: balita-anda@balita-anda.com
> Sent: Wednesday, February 25, 2009 9:32:48 AM
> Subject: RE: [balita-anda] Fw: Menjadi Ibu Rumah Tangga, Berani?
>
> Saya bangga banget sama istri yg 100% jadi ibu rumah tangga...
>
>
>
> bagust
> YM: oom_b_a
> http://www.hydroxigenizer.site40.net
> solusi lepas dari bbm
>
> -----Original Message-----
> From: Catur Sri Wulandari [mailto:catur.s.wuland...@astra-honda.com]
> Sent: Wednesday, February 25, 2009 09:07
> To: balita-anda@balita-anda.com
> Subject: [balita-anda] Fw: Menjadi Ibu Rumah Tangga, Berani?
>
>
>
> > Sekedar sharing dari milis sebelah, maaf bagi yang sudah pernah baca...
> abis sedih juga sih
> > bacanya.
>
>
> -------------------------------------------------------------------------------------------------
> > Menjadi Ibu Rumah Tangga, Berani?
> > Oleh Bayu Gawtama
> >
> > Seorang sahabat mengungkapkan rencananya untuk mengundurkan diri dari
> > perusahaan tempat kerjanya. Ia merasa tidak takut meninggalkan karirnya
> > yang
> > sudah belasan tahun dirintisnya dari bawah. “sayang juga sebenarnya,
> dan
> > ini
> > merupakan pilihan yang berat, terlebih ketika saya merasa sudah berada di
> > puncak karir, †ujarnya.
> >
> > Lalu ke mana setelah resign? “yang ada di pikiran saya saat ini hanya
> > satu,
> > menjadi ibu rumah tangga. Sudah terlalu lama saya meninggalkan anak-anak
> > di
> > rumah tanpa bimbingan maksimal dari ibunya. Saya sering terlalu lelah
> > untuk
> > memberi pelayanan terbaik untuk suami. Bahkan sebagai bagian dari
> > masyarakat, saya sangat sibuk sehingga hanya sedikit waktu untuk
> > bersosialisasi dengan tetangga dan warga sekitarâ€
> >
> > Tapi, ibu nampaknya masih ragu? “bukan ragu. Saya hanya perlu menata
> > mental
> > sebelum benar-benar mengambil langkah iniâ€.
> >
> > “Rasanya masih malu jika suatu saat bertemu dengan teman-teman sejawat
> > atau
> > rekan bisnis. Saya belum menemukan jawaban yang pas saat mereka bertanya,
> > “sekarang Anda cuma jadi ibu rumah tangga?â€
> >
> > Saya tersenyum mendengarnya, mencoba memahami kesesakan benaknya saat
> itu.
> > Teringat saya dengan seorang sahabat lama yang saat di sebuah forum
> wanita
> > karir di Jerman lantang menjawab, “profesi saya ibu rumah tangga, jika
> di
> > antara para hadirin ada yang mengatakan bahwa ibu rumah tangga bukan
> > profesi, saya bisa menjelaskan secara panjang lebar betapa mulianya
> > profesi
> > saya ini dan tidak cukup waktu satu hari untuk menjelaskannyaâ€.
> >
> > Luar biasa. Sekali lagi luar biasa. Saya harus hadiahkan acungan jempol
> > melebihi dari yang saya miliki untuk sahabat yang satu ini. Saya tuturkan
> > kisah ini kepada sahabat yang sedang menata hati meyakinkan diri untuk
> > benar-benar menjadi ibu rumah tangga, bahwa ia takkan pernah menyesali
> > pilihannya itu. Kelak ia akan menyadari bahwa langkahnya itu adalah
> > keputusan terbaik yang pernah ia tetapkan seumur hidupnya.
> >
> > Naluri setiap wanita adalah menjadi ibu. Adakah wanita yang benar-benar
> > tak
> > pernah ingin menjadi ibu? Percayalah, pada fitrahnya wanita akan lebih
> > senang memilih berada di rumah mendampingi perkembangan putra-putrinya
> > dari
> > waktu ke waktu. Menjadi yang pertama melihat si kecil berdiri dan
> > menjejakkan langkah pertamanya. Ia tak ingin anaknya lebih dulu bisa
> > berucap
> > “mbak†atau “bibi†ketimbang ucapan “mamaâ€. Tak satupun ibu
> yang tak
> > terenyuh ketika putra yang dilahirkan dari rahimnya lebih memilih pelukan
> > baby sitter saat menangis mencari kehangatan.
> >
> > Ibulah yang paling mengerti memberikan yang terbaik untuk anaknya, karena
> > ia
> > yang tak henti mendekapnya selama dalam masa kandungan. Sebagian darahnya
> > mengalir di tubuh anaknya. Ia pula yang merasakan perih yang tak
> > tertahankan
> > ketika melahirkan anaknya, saat itulah kembang cinta tengah merekah dan
> > binar mata ibu menyiratkan kata, “ini ibu nak, malaikat yang kan selalu
> > menyertaimuâ€. Cintapun terus mengalir bersama air kehidupan dari dada
> sang
> > ibu, serta belai lembut dan kecupan kasih sayang yang sedetik pun takkan
> > pernah terlewatkan.
> >
> > Ibu akan menjadi apapun yang dikehendaki. Pemberi asupan gizi, pencuci
> > pakaian, tukang masak terhebat, perawat di kala sakit, penjaga malam yang
> > siap siaga, atau pendongeng yang lucu. Kadang berperan sebagai guru,
> > kadang
> > kala jadi pembantu. Jadi apapun ibu, semuanya dilakukan tanpa bayaran
> > sepeserpun alias gratis.
> >
> > ***
> > Sahabat, bukan malu atau bingung saat harus berhadapan dengan rekan
> > bisnis.
> > Katakan dengan bangga baru sebagai ibu rumah tangga. Sebab sesungguhnya,
> > mereka pun sangat ingin mengikuti jejak sahabat, hanya saja mereka belum
> > mengambil keputusan seperti sahabat. Tersenyumlah karena anak-anak pun
> > bangga dengan langkah terbaik ibunya. –Gaw, 2008-
>
>
>
> rgds
> catur
>
>
>
> IMPORTANT -
> The contents of this email and its attachments are intended only for the
> individual or entity addressed above and may contain confidential and/or
> privileged material.
> Any unauthorized use of the contents is expressly prohibited. If you
> receive this email in error, please contact us, then delete the email.
> Please note that any views or opinions presented in this email are solely
> those of the author and do not necessarily represent those of the company
> and should not be seen as forming a legally binding contract without express
> written confirmation.
> Finally, the recipient should check this email and any attachments for the
> presence of viruses. PT Astra Honda Motor accepts no liability for any
> damage caused by any virus transmitted by this email.
>
>
> --------------------------------------------------------------
> Info tanaman hias: http://www.toekangkeboen.com
> Info balita: http://www.balita-anda.com
> Peraturan milis, email ke: peraturan_mi...@balita-anda.com
> menghubungi admin, email ke: balita-anda-ow...@balita-anda.com
>
>
>

Kirim email ke