Kalau di America ada website dokter, disini ada gak yaa? maksudnya.. kan
enak kalau nanya'nya pakai bahasa ibu kita sendiri.. (selain cape bukan
kamusnya tar malah jadi ga tepat yg dimaksud apa'an hehe..)

**penasaran**
2010/3/22 Sylvia Radjawane <sylvia.radjaw...@gmail.com>

> Hi mom Khansa,
>
> Kalau memang nggak (belum) kelihatan batuk, pilek - tetap observe demamnya
> ya, mbak.  Perbanyak terus cairan - syukur2 kalau anaknya mau makan juga.
> Bahkan untuk kemungkinan menghadapi resiko deteksi awal DB pun (yang
> notabene disebabkan virus dan tidak ada obatnya), cairan tetap jadi salah
> satu treatment yang utama.
>
> Sudah 3 tahunan kan mbak usianya?  Bisa tanyakan, lagi ingin apa makannya.
> Kadang ini jadi salah satu cara 'jitu' untuk anak mau makan saat sakit :)
> _Panadol_ bisa jadi salah satu obat untuk home treatment, tapi jangan lupa
> juga dengan asupan makanan/minuman bergizi dan istirahat ya, mbak.
>
> Kalau adiknya tertular juga, langsung lakukan home-treatment yang sama.
> Saya malah biasakan untuk 'treat' anak2 saya yang 'sehat' dengan cara yang
> sama kalau ada salah satu saudaranya di rumah yang sakit.  Maksudnya,
> supaya
> mereka pun punya daya tahan tubuh yang tetap fit dan tidak sampai tertular.
>
> Setuju dengan sharing moms yang lain, lakukan dulu home treatment sambil
> tidak lupa  observasi ketat. Aktivitas ini sama sekali bukan gerakan 'anti
> dokter', tapi memang kita diperlengkapi 'modal' untuk bersikap lebih
> rasional dan tahu dengan jelas kapan harus minta bantuan ahli medis.
> Artikel tentang 'kapan harus ke dokter' kiriman jeng Lita bisa jadi
> referensi, mbak.
>
> Btw, kebetulan di milis 'sebelah' beberapa waktu lalu dibahas tentang
> dokter
> di Indonesia.  Saya coba cross-posting salah satu opini dari membernya, DSA
> di RS. _Harkit_, tentang apa yang biasa dialami kita para ortu balita saat
> menghadapi anak2 yang sakit.  Semoga jadi tambahan info.
> (Ndah .. thanks a lot untuk izin cross posting-nya ya :))
>
> ..........
>
> ---------- Forwarded message ----------
> From: *Endah Citraresmi*
> Date: 2010/2/25
> Subject: Re: [90sma3] Buat para dokter dan IDI
> To: 90s...@yahoogroups.com
>
>
>
> Mumpung udah basah, kecebur sekalian ahh :-)
>
> Saya cuma ingin mengajak teman2 untuk kritis. Iya, kita semua butuh dokter
> (saya juga kalo sakit gigi pergi ke dokter gigi lah, gak nambal sendiri).
> Tujuan kita ke dokter bukan supaya anak kita sembuh, kita cuma mau tau
> diagnosis sakit anak kita apa, lalu mendiskusikan pengobatannya apa.
> Seringkali, penyakit anak itu gak butuh obat at all. Yang akan menyembuhkan
> anak itu adalah daya tahan tubuhnya sendiri.
>
> Moga2 kita semua cukup kritis. Please jangan panik dan menuntut anak cepat
> sembuh dari dokter, ya. Ada prinsip yang tampaknya berlaku di tempat
> praktek
> dokter: ada demand ada suply. Jika ibunya panik anak gak bisa tidur karena
> hidung mampet batuk grok-grok, demam tinggi, bisa dipastikan oleh-oleh dari
> dokter adalah: obat demam (bisa isinya sampe dua macem!) plus obat tidur
> (biasanya luminal nih), lalu obat pilek, obat batuk (ini juga bisa berapa
> macem nih) dan pastinya antibiotik. Saya sering terkejut kalo liat resep,
> yang sederet dan antibiotiknya sampe dua jenis. Perlukah anak kita
> mengkonsumsi obat sebanyak itu? Bagaimana kalau muncul efek sampingnya?
> Ginjalnya rusak? Hatinya rusak?
>
> Yang saya sarankan, be calm, coba tanya sama dokternya, diagnosisnya apa,
> penyebabnya apa, perlukah obat, kalau perlu obat, jenisnya apa. Sebaiknya
> minta diagnosis dalam bahasa kedokteran. Jangan mau cuma dibilang: radang,
> atau ada luka di usus, atau verdag typhus. Sometimes saya gak tau diagnosis
> pada pertemuan pertama, tapi saya gak merasa malu tuh mengakui saya belum
> tau sakit anaknya apa.
>
> Setelah tau diagnosis, please, gunakan BB dan komputer kita untuk browsing,
> apa sih bendanya penyakit itu, cari juga terapinya apa sih. Sekarang ini
> website organisasi profesi dokter yang bagus pasti punya parents corner.
> Kalau untuk dokter anak di amerika (AAP) mereka punya website
> kidshealth.org.
> Atau bisa browse di mayoclinic.com. Jangan baca blog orang, gak ada
> kredibilitasnya itu mah.
>
> Nah, setelah itu, cocokkan dengan obat2 yang diberikan dokter. Biasakan
> minta salinan resep dari dokter ya, minta aja ke apotekernya.
> Misalnya anak kita didiagnosis DBD, kita harus kritis kalau anak kita
> dikasi
> antibiotik. DBD kan virus, sampe taun kuda juga, virus gak akan mati sama
> antibiotik. DBD itu cuma butuh cairan dan monitoring.
>
> Satu hal yang harus diingat, dokter itu manusia, gak selalu benar. Sangat
> mungkin salah, misalnya karena kecapean praktek sampe tengah malam, belum
> musti bangun buat jawab telfon dari RS atau sms dari pasien. Atau karena
> dokternya gak sempat update ilmu baca hasil penelitian terbaru karena FB-an
> melulu :-) Kalau dokternya salah, yang rugi siapa? Pasien juga kan. Oya,
> kalau memang ada hal yang gawat, pergilah ke IGD ya. Ada dokter 24 jam di
> sana kok.
>
> Maaf, maaf kalo ada yang gak berkenan. Terutama buat para dokter di sini.
>
> Thanks buat teman2 yang bisa memahami 'keanehan' saya .. Kalau ada yang
> tidak sepaham, saya juga maklum kok, saya juga sangat mungkin salah.
>
> Selamat kerja yaa ..
>
> ..........
>
> 2010/3/22 mama khansa dayana <momkha...@gmail.com>
>
> > anak saya khansa 3,3 bulan malam tiba2 panas. dianya sih enggak batuk,
> > pilek. saya sudah coba kasih panadol 2 hari ini tapi panasnya belum
> turun2.
> > apa perlu saya bawa ke dokter ya? soalnya selang sehari gantian adiknya 9
> > bulan ikiutan panas.
> >
> > pls pencerahannya donk parents.
> > trims-momkhansa-
> >
>
> <deleted>
>

Kirim email ke