Fyi..
Vaksin MMR Tak Terkait Gejala Autis -------------------------------------------------------------------------------- Di kalangan masyarakat luar dan dalam negeri, tersiar berita bahwa vaksin MMR merupakan vaksin pemicu gejala autis pada sebagian kecil anak yang diimunisasi MMR. Benarkah pendapat tersebut? Berikut ini yang diturunkan KOMPAS. Jakarta, KOMPAS. Kaitan vaksin MMR dengan gejala Autis bukan disebabkan oleh kandungan zat dalam MMR yang disebut thiomersal, melainkan adanya infeksi virus campak di mukosa usus halus pada sebagian kecil penerima vaksin yang bisa mengganggu metabolisme. Penjelasan itu dikemukakan Prof. Dr. dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro Sp.A (K) dari Sub-bagian Penyakit Tropis, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, fakultas Kedikteran Universitas Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) dalam simposium medis "Perkembangan Mutakhir Imunisasi Anak dan Dewasa, dari molekuler hingga Aplikasi Klinis " yang diselenggarakan Program Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan DKUI, Sabtu, (12/1). Vaksin MMR, untuk menangkal penyakit measles, mumps, rubella alias campak, gondong, dan campak Jerman, belakangan ini dicurigai sejumlah ahli di Barat sebagai pencetus gejala autis (gangguan keseimbangan neurotransmiter di otak yang ditandai dengan gangguan interaksi sosial serta minat terbatas) pada anak-anak. Semula zat yang diduga memicu autis adalah thiomersal, yaitu turunan merkuri yang digunakan sebagai pengawet vaksin. Ternyata hasil penelitian di Inggris, demikian tutur Sri Rezeki, penyebabnya adalah infeksi virus campak di mukosa usus halus yang mengganggu metabolisme, sehingga memicu gejala autis pada sebagian kecil anak yang terimunisasi MMR. "Hal itu terjadi karena di negara maju anak langsung diimunisasi MMR pada usia 12 bulan. Berbeda dengan negara berkembang di mana sebelum MMR anak sudah mendapat imunisasi campak pada usia sembilan bulan. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi autis, jika anak sudah mendapat imunisasi campak, MMR bisa ditunda sampai anak diyakini sehat, tidak menunjukkan gejala gangguan interaksi sosial maupun keterlambatan bicara. MMR bisa diberikan pada usia sekitar 10 tahun ,"papar Sri Rezeki. Dosis Aman Mengenai thiomersal, menurut Dra. Retno Tyas Utami dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM), zat itu sudah digunakan sejak tahun 1930 sebagai stabilisator dan pengawet dari kontaminasi mikroorganisme pada sediaan farmasi multidosis seperti vaksin dan tetes mata. Thiomersal mengandung merkuri 49,6 persen dari beratnya. Hasil metabolit thiomersal adalah etil merkuri dan tiosalisilat. Gejala toksisitas thiomersal dosis rendah adalah rekasi hipersensitif lokal, pada dosis tinggi terjadi keracunan pada saraf dan ginjal. Hal yang dikhawatirkan dalam penggunaan vaksin yang mengandung thiomersal adalah akumulasi etil merkuri pada bayi di bawah enam bulan. Tetapi, sejauh ini belum ada data yang pasti tentang bahaya yang diakibatkan oleh dosis yang terdapat dalam vaksin. Kandungan thiomersal dalam pelbagai vaksin yang beredar di Indonesia masih dalam batas aman, 0,005-0,01 persen. Karenanya Badan POM memberikan izin edar. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), manfaat vaksinasi jauh lebih besar dari pada risiko penanggulangan penyakit bila tidak dilakukan vaksinasi. Selain itu, laporan Kejadian Ikutan Pasca - Imunisasi(KIPI) yang berhubungan dengan toksisitas merkuri belum dapat dibuktikan.f g s --------------------------------------------------------------------- >> Rayakan Natal, klik,http://www.indokado.com/christmasflowers.html >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]