hi mbak Imel,

Saya sendiri belum pernah ngalamin anak 'ogah' makan seharian atau sampai
berhari2, tapi yang mungkin bisa saya share, deal dengan kondisi seperti ini
memang perlu 'lebih extra' kreatif lagi :)  Lebih enak lagi kalau bisa
menemukan cara kreatif yang 'FUN' buat kedua belah pihak (anaknya jadi nggak
tambah 'ogah' and also keeps us sane! :))

Kalau mbak bekerja di luar rumah, mungkin bisa spesialkan waktu weekend
besok ini untuk mulai terapkan cara kreatif tadi (kalau di rumah, lebih
gampang lagi, bisa mulai dari sekarang :))

Tidak saja dalam hal 'meal-time', saya kadang pakai 'siasat' memanfaatkan
hobby/kesenangan/kebiasaan favorit anak2 saya di usia mereka saat saya ingin
menerapkan sesuatu dalam daily life mereka.  Saya selalu sempatkan lihat
website _www.babycentre.co.uk_ dan search tahap development yang dibuat
rinci per-minggu/bulan usia anak (pastinya banyak panduan seperti ini dari
website/buku/info lainnya) Kalau kebetulan cocok dengan 'trend' yang
dilakukan anak saya, saya pakai deh untuk jadi salah satu 'amunisi' cara
kreatif saya deal dengan dia ... mostly works very well :)

Contohnya: usia Maleakhi 18 bulanan. Di website tsb. disebutkan anak usia 18
bulanan salah satu cirinya: 'on the move' (skill motorik kasar lagi heboh
banget), kemampuan mengingat dan imajinasinya berkembang pesat, punya
favorite 'things' (mainan, buku, movie, etc.) untuk membuat dia nyaman.
Mungkin ada juga 'hobby' Maleakhi yang lain. Nah, mbak Imel coba sisipkan
'kegiatan makan' dalam agenda 'kesenangan' nya dia.
Satu lagi, mereka sudah mulai paham tentang 'reward the good behavior',
waktu ia tahu bahwa 'makan' itu kebiasaan baik dan ada reward (yang sudah
mbak cari dan sesuaikan dengan trend hoby/favorite things nya dia), mungkin
itu bisa jadi salah satu jalan keluar masalah yang ada.  Hehe ... anak2 kita
sudah cerdas pada dasarnya, tinggal kasih 'trigger' yang tepat untuk itu.

Saya pernah pakai cara 'bermain sepak bola' di ruang tengah untuk Luigi, si
'on the move' boy. Setiap kali dia membuat 'gol' dapat 1 suapan makan (saya
belajar dari respon-nya, bukan karena suapan jenis makanannya yang
sebetulnya nggak jauh beda dengan hari sebelumnya tapi karena dia merasa
'asyik' ada 'selingan' gol sebelum 'buka mulut dan mungkin happy juga main
sama papanya yang pura2 jadi the miserable goal keeper hehe)
Atau tipe 'curious' kayak Jovan, jadi saya perlu menerangkan (panjang x
lebar x tinggi) untuk issue 'kenapa kita harus makan?' (typical him,
dentist-nya pun harus menerangkan kepada dia lebih dulu 'kenapa harus
bersihkan plaque', 'kenapa gigi dicabut kalau gigi tetap sudah tumbuh' dll
sebelum beliau menjalankan tugasnya ;))
Atau tipe Aleta, yang kalau baru sembuh sakit selalu 'wanti2' bilang, 'aku
maunya makan sedikit2' dan ended up dengan emaknya harus sediakan baki di
meja makan berisi camilan sehat untuk kepeluan dia 'nibble dan harus 'sabar'
nunggu selera makannya pulih kembali :)
Atau tipe Rena .... hmm .. believe or not, dia nggak pernah lewati fase
'picky eater' dari bayi sampai mau 6 tahun sampai sekarang (phiew ... cukup
mengurangi tugas saya hehe)

Anyway,  untuk kasus-nya si kecil, kalau boleh kasih masukan:

* Memang masih batuk dan pilek?  Kalau iya, baru sekarang kah dia menolak
makan saat batuk pilek?  Kadang infeksi seperti ini memang buat nggak
nyaman, tapi kalau dia masih suka bermain dan aktif otomatis tubuhnya perlu
energi lagi untuk ganti yang sudah ke luar dan bentuknya adalah 'minta
makan/ bilang lapar'
Sudah dari dokter, kelihatannya sudah ada konfirmasi juga bahwa dia nggak
sedang sariawan atau tumbuh gigi. Artinya, nggak ada 'hambatan' di area
mulut/pencernaan yang buat dia 'ogah' makan.

* Susu dan teh manis saja sehari2 otomatis nggak mencukup untuk kebutuhan
nutrisinya.  Coba diobserve, jumlah susunya dan tehnya.  Apa 'sangat sering'
dan 'sangat banyak' (karena asumsi: daripada nggak masuk makanan apa2),
akhirnya dia tetap merasa 'kenyang' dengan stok susu dan tehnya.  Akhirnya
malah dia beranggapan nggak perlu makan yang 'merepotkan' lagi, toh susu dan
teh sudah buat dia kenyang.
Coba untuk kurangi, kasih kesempatan tubuhnya 'lapar', meanwhile terapkan
cara 'kreatif' tadi untuk menawarkan makanan ke dia :)
Please not, ukuran lambung dia tidak 'sebesar' yang kita kira (kalau nggak
salah ya seukuran kepalan tangannya sendiri), so frekuensi susu & tehnya
sudah lebih dari cukup untuk buat dia kenyang (yang menurut kita masih
takaran susu/teh yang nggak banyak sebenarnya)

* Untuk konsumsi obat, saya pribadi melihat kasusnya Maleakhi nggak perlu
lagi 'dibebani' dengan rangkaian obat2 untuk common cold seperti ini, tapi
kalau mbak masih memberikannya, dan dia 'antusias' dengan jadwal konsumsi
obatnya, bisa bilang ke dia untuk 'harus makan dulu' sebelum minum obat (dan
biasanya memang harus begitu kan, ya? :))

* Bikin janji dengan sepupu sebayanya (lebih bagus lagi yang sedang doyan
makan), ajak makan bersama di weekend ini (kalau perlu cari 'ruang makan'
baru, di rumah sepupunya atau di rumah makan, etc.) dan lihat reaksinya.

* Anak usia segini, they learn by coping us. Mungkin dia lebih suka makan
dalam suasana orang tua dan kakak/adiknya makan bersama dibandingkan hanya
berhadapan dengan kita yang hanya menunjukkan semangkuk piring makanan di
depan matanya dan memperdengarkan suara2 yang familiar sekarang2 ini, 'ayo
.. dimakan, nak' hehe  Gimana dengan menunya? Kalau masih 'berbeda' dengan
orang dewasa, mungkin saatnya ganti dan kenalkan makanan mbak (yang nggak
spicy tapinya) dan makan or saling suap sama2.

* Kalau dia senang dengan buku/gambar/dengar cerita, bisa juga cari di
majalah atau lihat di internet jenis makanan yang diusahakan sama dengan
makanan di piringnya. Bisa sambil tunjuk lauk di buku/internet samakan
dengan lauk di piring lalu mulai deh 'ngarang' cerita tentang lauk tsb.
Pasti makan waktu agak lama untuk habis, tapi kalau lihat dia tertarik untuk
menyimak atau menunjuk (lebih bagus lagi tertarik untuk buka mulut), hasil
'jerih payah' kita terbayar sudah hehe

OK, mbak ... tidak akan seterusnya Maleakhi melakukan gerakan tutup mulut
untuk makan :)  Belajar deal dengan fase ini, ya mbak.  Saya tahu akan
banyak hal yang kita bisa pelajari dari anak kita saat deal dengan kondisi
ini :)

Good luck! mbak ..
Sylvia - mum to Jovan, Rena, Aleta & Luigi




2011/8/5 imel frista <imel_mar...@yahoo.co.id>

> Dear BAers,
>
> Mungkin sudah sering di share ya beberapa kali, tapi saat ini anak saya
> sedang
> mengalaminya, dan saya bingung juga m'hadapinya.
>
> Ini hari ke 4 dia gak mau menyentuh makanan sama sekali, sudah dicoba
> berbagai
> alternatif makanan, jadi gak muluk nasi tetep aja mulutnya bungkam dan jika
> berhasil masuk, pasti dilepehin lagi.
>
> Anak saya umurnya 1,5 tahun, dan 2 hari yang lalu sudah saya bawa ke DSA
> katanya
> karena pilek dan batuknya, tapi tidak radang. Dan akhirnya diresepin obat
> anti
> virus, racikan batpil dan racikan obat napsu makan.
>
> Saya mohon banget sharingnya, apa yang harus saya lakukan? Apakah hanya
> dengan
> minum susu atau pun teh manis saja (cuma itu yang bisa masuk) gizinya
> tercukupi?
>
> Dan apakah benar hanya karena pilek dan batuknya, anak jadi sama sekali gak
> mau
> makan ya?
>
> Jika ada Mom or Dad, yang pernah ngalamin seperti saya, mohon sekali
> disharing
> pengalamannya. Japri juga gak papa kok.
>
> Terimakasih banyak sebelumnya,
> Imelda
> Mother of Maleakhi (1,5 years)

Kirim email ke