Seminar Nasional Autisme Indonesia, Jakarta 3 - 4 Mei 2003
( 5 Mei 2003 ) 

 Menurut Ketua Panitia Seminar Nasional Autisme Indonesia, dr Rudy Sutadi SpA, MARS,
 ada sekitar 2.800 peserta yang berkumpul pada acara yang dilaksanakan selama dua hari
 di Hotel Sahid Jaya, Jakarta. Seribu sembilan ratus di antaranya adalah dokter baik
 dokter umum maupun spesialis lainnya seperti dokter anak, kebidanan, penyakit syaraf,
 psikiatri, mikrobiologi, farmakologi, dll.). Selain itu Seminar ini juga diikuti oleh
 dokter gigi, psikolog, terapis (dari pelbagai bidang terapi), orangtua dari penyandang
 autisme, guru, pemerhati, dlsbnya. Selain seminar diadakan juga simposium (untuk 
awam).
 Keseluruhan acara tersebut membawakan kurang lebih 60 makalah yang dipresentasikan
 secara simultan dan paralel sekaligus pada 5 ruangan di Hotel Sahid Jaya Jakarta
 selama 2 hari (3 - 4 Mei 2003).

Perilaku penyandang Autisme
Menurut dr Rudy Sutadi dalam keterangannya kepada media massa di sela-sela 
Kongres/Konferensi
Nasional Autisme Indonesia, secara sederhana, masalah yang sering terdapat pada 
penyandang autisme
adalah sebagai berikut:


Kurangnya kemampuan untuk berkomunikasi seperti bicara dan berbahasa
Pada anak yang autisme, terjadi (a) keterlambatan bicara, (b) tidak bisa bicara, (c) 
ketrampilan
berbicara bisa terhenti atau hilang. Anak autisme jika berbicara hanya mengeluarkan 
suara-suara/
suku-suku kata yang tidak mempunyai arti (babling/bahasa "planet"). Untuk 
berkomunikasi dengan
orangtuanya, misalnya menginginkan sesuatu, anak tersebut hanya menarik-narik tangan 
orang dewasa.
Pada yang mulai bisa bicara, mungkin hanya sekedar mengulangi kata-kata orang lain 
(membeo/echoing/echolaly)
atau pada usia 18-24 bulan tiba-tiba bicaranya menghilang (berhenti bicara). 


Terjadi ketidaknormalan dan hal menerima rangsang melalui panca indera (pendengaran, 
penglihatan, perabaan, dll.)
Penyandang autisme mengalami sensasi yang abnormal pada mulut dan tungkai. Juga 
menjadi kurang sensitif terhadap
suara sehingga bisa menjadi kurang pendengaran dari ringan sampai hilang (tak bisa 
mendengar sama sekali, tuli).
Juga terjadi sangat sensitif terhadap cahaya atau penglihatannya menjadi kabur. Begitu 
juga dalam hal perabaan. 


Masalah gerak/motorik
Penyandang autisme seringkali berulang-ulang menggerakan suatu gerakan tertentu. Bisa 
terjadi ketidakserasian
koordinasi mata-tangan, langkah dan postur tubuh menjadi tidak normal serta kesulitan 
duduk/merangkak/berjalan.
Masalah ini bisa juga terdeteksi pada awal kehidupan yaitu semasa janin (dalam 
kandungan). Menurut dr Rudy,
ada seorang pakar USG (ultrasonografi) yang menceritakan bagaimana seorang janin 
terdeteksi via USG begitu
sangat aktif bergerak (abnormal). Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata bayi yang 
dilahirkan tersebut
mengalami autisme di kemudian harinya. 


Kelemahan Kognitif
Penyandang autisme sukar untuk berkonsentrasi (mudah / cepat mengalihkan perhatian), 
sukar untuk menghayal,
merencanakan dan mengorganisasikan. Hasil akhirnya adalah sukar untuk melakukan 
instruksi yang kompleks,
misalnya mengerjakan sesuatu yang terdiri dari beberapa gerak. Itulah sebabnya, 
meskipun penyakit ini tidak
mengenal status sosial (siapapun bisa terkena) tetapi tidak ada/mungkin penyandang 
autisme bisa menjadi
pengemis aktif, tegas dr Rudi. Karena perilaku mengemis aktif memerlukan suatu 
perencanaan dan pengorganisasian
tingkah laku. 


Perilaku yang tidak biasa
Penyandang autisme mempunyai kecenderungan untuk bertingkah laku yang tidak biasanya, 
misalnya membentur-benturkan
kepala (melukai diri sendiri, sangat aktif sehingga cenderung merusak (agitasi), 
menangis tanpa sebab, menyeringai,
bengong dan sukar tidur. 


Gangguan "psikiatrik"
Pada bidang interaksi sosial, penyandang autis berperilaku menghindar atau tidak mau 
bertatap mata (kontak mata),
tidak mau bermain dengan anak sebaya (malu dan menarik diri). Akibatnya penyandang 
autisme menjadi berkurang
hubungan sosial dan emosional yang timbal-balik. Penyandang juga menjadi kurang bisa 
berempati (merasa apa yang
dirasakan orang lain). Peminatannya menjadi terbatas dan berulang-ulang, misalnya 
minat berlebihan pada suatu benda,
tidak mau dirubah rutinitasnya, terpukau/terpaku pada bagian-bagian benda, stimulasi 
diri seperti jalan berjinjit,
berputar-putar, memutar-mutar benda, senang melihat benda berputar, mengepak-ngepakkan 
kedua tangan,dll. 


Masalah fisik
Dalam hal fisik, mengunyah maupun menelan makanan menjadi persoalan yang rumit bagi 
penyandang. Penyandang sering
mengalami gatal-gatal (eksim), mencret/diare, sembelit, susah makan, dll. 
Secara sederhana dikatakan bahwa penyandang autisme memiliki gangguan/masalah pada 
bidang komunikasi, interaksi sosial,
serta aktifitas dan minat yang terbatas serta berulang-ulang (repetitif). Mungkin juga 
terdapat masalah pada bidang
sensasi (hiper/hiposensitif pada panca indera), dan fungsi adaptif (bantu-diri). 
Hal-hal tersebut menyebabkan tingkat
perkembangan/kemampuan penyandang autisme semakin lama semakin jauh tertinggal dari 
anak sebayanya. 


---------------------------------------------------------------------
>> Rayakan Natal, klik,http://www.indokado.com/christmasflowers.html
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke