Anakku pernah disuntik DPT Polio Hib.....(sekali suntik lgs DPT dan Hib) dan kemudian 
ditetesin vaksn Polio....
Duh, mudah2an tidak apa2 yah..........
Bingung nih jadinya.................


Frieza Diane Gabriel
PT Datascrip
Kawasan Niaga Selatan Blok B-15
Bandar Kemayoran - Jakarta 10610
I N D O N E S I A
Telp.: +62-21-6544515
Fax. : +62-21-6544811-13

 -----Original Message-----
From:   Angina's Mom [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent:   Monday, December 22, 2003 11:57 AM
To:     Balita anda
Subject:        [balita-anda] IMUNISASI MMR

Dear all,

Artikel dibawah ini saya dapatkan dari milis tetangga.
Just FYI..

> >   Imunisasi MMR -
> >
> >   Penulis adalah dokter spesialis anak, wakil ketua
> >   Yayasan Autisme Indonesia, dan Yayasan Peduli Autisme.
> >   Ini kutipan yang paling penting
> >
> >   "penulis sendiri memilih untuk tidak memberikan vaksin
> >   MMR kepada anak kedua penulis yang saat ini berusia 14
> >   bulan. Sedangkan anak pertama hampir berusia 7 tahun,
> >   karena ketidaktahuan penulis waktu itu, pernah
> >   mendapat MMR. Kemudian, anak pertama penulis itu
> >   mengalami regresi autistik. "
> >
> >
> >   Silahkan membaca dan semoga ini membantu anda
> >   mengambil keputusan bagi anak anda.
> >
> >
> >   Artikel ini diambil dari surat kabar Republika online.
> >
> >   Minggu, 11 Maret 2001
> >   Hubungan Vaksin MMR dengan Autisme
> >   Oleh: Dr Rudy Sutadi, SpA
> >
> >
> >   Sebenarnya, tidak diragukan lagi bahwa vaksinasi telah
> >   menurunkan angka kesakitan maupun kematian oleh
> >   berbagai penyakit infeksi. Dimulai sejak Edward Jenner
> >   pada tahun 1796 melakukan vaksinasi cacar, kemudian
> >   dari waktu ke waktu ditemukan berbagai vaksin yang
> >   ditujukan untuk melawan berbagai penyakit infeksi.
> >
> >   Saat ini, sebelum anak mencapai usia dua tahun telah
> >   diberondong dengan berbagai jenis vaksinasi, sehingga
> >   paling tidak telah mendapat vaksin sebanyak 13-18
> >   kali. Yaitu BCG, DPT, polio, campak, dan hepatitis B.
> >   Juga, vaksinasi meningitis (HIB) dan MMR.
> >
> >   Hingga kini orangtua hanya percaya begitu saja akan
> >   keamanan pemberian vaksin. Dalam sejarah pemberian
> >   vaksin, terbukti bahwa telah banyak terjadi reaksi
> >   buruk (adverse reaction) setelah anak mendapat
> >   vaksinasi.
> >
> >   Salah satunya yang diketahui akhir-akhir ini adalah
> >   hubungan antara pemberian vaksin MMR dengan terjadinya
> >   autisme.
> >
> >
> >   Wabah Autisme
> >   Lama sekali, pada suatu kuliah di Fakultas Kedokteran
> >   di Harvard University, dikatakan bahwa bila Anda
> >   menemukan satu orang saja penyandang autisme dalam
> >   praktek, itu sudah terlalu banyak. Namun ternyata,
> >   dari tahun ke tahun angka kejadian penyandang baru
> >   autisme semakin lama semakin meningkat.
> >
> >   Dari berbagai kepustakaan beberapa tahun yang lalu,
> >   jumlah penyandang autisme diperkirakan hanya sekitar
> >   2-5 per 10.000 kelahiran. Namun kemudian meningkat
> >   menjadi 15-20 per 10.000 kelahiran. Data terakhir
> >   bahkan menunjukkan peningkatan lagi, yaitu sekitar 60
> >   per 10.000 kelahiran atau 1:250 anak, bahkan pada
> >   beberapa daerah di Amerika angka ini bisa mencapai 1
> >   dari sekitar 100 anak. Angka sebesar ini sudah dapat
> >   dikatakan sebagai wabah!
> >
> >   Di Indonesia, secara kasar kemungkinan besar terdapat
> >   ribuan kasus baru penyandang autisme di seluruh
> >   Indonesia. Dari penelitian diperkirakan dasar kelainan
> >   autisme adalah faktor genetik. Namun sampai saat ini
> >   belum pernah diketahui adanya wabah (epidemi) penyakit
> >   genetik. Di samping itu, berbagai penyakit genetik
> >   lain yang telah diketahui, tidak ditemukan peningkatan
> >   yang dramatis seperti autisme ini.
> >
> >   Peningkatan angka autisme juga bukan karena
> >   meningkatnya kewaspadaan masyarakat (awam maupun
> >   profesional) serta diagnosis yang lebih baik, sebab
> >   hal yang sama tidak terjadi pada penyakit-penyakit
> >   genetik lainnya walaupun juga mengalami publikasi luas
> >   serta cara/perangkat diagnosis yang lebih baik. Oleh
> >   karena itu, dapat disimpulkan bahwa tentunya terdapat
> >   faktor lingkungan yang berperan meningkatkan angka
> >   kejadian autisme ini, yang diduga kuat adalah vaksin
> >   MMR.
> >
> >   Autisme dapat terlihat sejak usia bayi, tetapi dapat
> >   juga gejala-gejala baru terlihat saat usia 18-24 bulan
> >   (late onset autism). Yaitu terjadi kemunduran pada
> >   perkembangannya, bahkan kemampuan yang sudah dimiliki
> >   hilang begitu saja. Ternyata banyak orangtua yang
> >   menyadari bahwa late onset autism atau regresi
> >   autistik pada anak mereka terjadi tidak lama setelah
> >   divaksinasi MMR.
> >
> >
> >   Fakta dan Penelitian
> >   Sejak diperkenalkannya vaksin MMR, maka terlihat bahwa
> >   angka kejadian penyandang baru autisme sangat
> >   meningkat. Kejadian ini bukan hanya berkebetulan
> >   (koinsidens), namun benar-benar merupakan hal yang
> >   nyata. Di California misalnya, sejak vaksin MMR
> >   diperkenalkan pada tahun 1978, jumlah penyandang
> >   autisme semakin meningkat setiap tahunnya. Yaitu yang
> >   biasanya ditemukan kurang dari 200 pasien baru per
> >   tahun, meningkat menjadi hampir 600 orang per tahunnya
> >   pada tahun 1990-an.
> >
> >   Begitu juga di Inggris, vaksinasi MMR mulai dilakukan
> >   pada tahun 1988, sejak itu terjadi peningkatan jumlah
> >   penyandang baru autisme. Yaitu yang biasanya kurang
> >   dari 250 per tahunnya, terus meningkat sampai hampir
> >   400-an per tahun pada awal tahun 1990-an, dan hampir
> >   600 pada tahun 1995-1996.
> >
> >   Prof Dr Andrew Wakefield, MD, dari Rumah Sakit
> >   Pendidikan Royal Free di London, pada tahun 1995
> >   menerbitkan hasil penelitiannya mengenai hubungan
> >   antara virus campak (measles) dengan penyakit Crohn
> >   yaitu suatu peradangan usus yang menyebabkan diare
> >   kronis. Setelah itu, banyak orangtua penyandang
> >   autisme yang menghubungi Wakefield dan mengemukakan
> >   bahwa anak-anak mereka juga mengalami masalah
> >   pencernaan serta perburukan perilaku dan menghilangnya
> >   kemampuan yang sebelumnya telah ada (misalnya bicara)
> >   tidak lama setelah anak-anak tersebut mendapat
> >   vaksinasi MMR.
> >
> >   Oleh karena itu Wakefield melakukan penelitian pada 12
> >   anak yang kemudian dipublikasi di Lancet tahun 1998.
> >   Kemudian penelitian dilanjutkan pada 160 anak,
> >   terdapat keadaan serta hasil yang sama, yaitu adanya
> >   virus campak pada usus anak-anak penyandang autisme
> >   yang sebelumnya tidak mempunyai masalah sebelum
> >   vaksinasi MMR. Penelitian lain di
> >   laboratorium-laboratorium Jepang juga menunjukkan
> >   hasil yang sama dengan penelitian Wakefield.
> >
> >   Wakefield menyimpulkan bahwa enterokolitis autistik
> >   tampaknya merupakan bagian terpenting pada wabah
> >   autisme. Gambaran histologi dan imunologi hasil biopsi
> >   pada enterokolitis autistik ternyata khas dan berbeda
> >   dengan penyebab peradangan usus yang lain.
> >
> >   Dari hasil penelitian Wakefield di atas, diketahui
> >   hubungan antara vaksin MMR dengan autisme yaitu
> >   kemudian kaitannya lebih lanjut dengan terjadinya
> >   hiperpermeabilitas (peningkatan permeabilitas) usus,
> >   suatu keadaan yang disebut leaky gut syndrome. Ini
> >   merupakan kemungkinan pertama di mana autisme
> >   merupakan akibat tidak langsung dari vaksin MMR.
> >
> >   Sedangkan akibat langsung dari MMR yang menyebabkan
> >   autisme diketahui dari hasil penelitian Dr Vijendra
> >   Singh. Singh menemukan bahwa sampai 80% (dari 400
> >   kasus dan kontrol) anak-anak autistik memiliki
> >   otoantibodi terhadap myelin basic protein (MBP) yaitu
> >   jaket yang menyelimuti serabut syaraf, sehingga
> >   serabut syaraf bersangkutan tidak lagi berfungsi
> >   karena tidak dapat menghantarkan sinyal. Dan, semakin
> >   banyak jumlah antibodi terhadap virus campak, semakin
> >   banyak pula anti-MBP, sehingga semakin luaslah
> >   kerusakan di otak.
> >
> >   Antibodi tersebut jarang ditemukan pada anak
> >   normal/kontrol (0-5%). Singh menyimpulkan bahwa
> >   autisme disebabkan oleh respons otoimun spesifik
> >   terhadap MBP yang menyebabkan kerusakan myelin pada
> >   otak yang sedang berkembang. Akhirnya, dengan adanya
> >   kerusakan 'perkabelan' otak maka terjadilah autisme.
> >
> >   Kebingungan Orangtua
> >   Adanya kontroversi tentunya menimbulkan kebingungan di
> >   kalangan orangtua. Yaitu pihak mana yang akan mereka
> >   pilih sebagai pegangan, serta akankah mereka
> >   memberikan vaksinasi MMR pada anak mereka. Lembaga
> >   resmi milik pemerintah, tentunya berpikir dengan skala
> >   nasional. Sehingga mungkin terjadinya beberapa kasus
> >   autisme pasca MMR dari sekian ribu anak, bagi mereka
> >   mungkin tidak berarti apa-apa. Tetapi lain halnya bila
> >   kita berbicara tentang suatu keluarga. Satu anak saja
> >   yang autisme dalam satu keluarga akan merupakan beban
> >   yang sangat berat bagi kedua orangtuanya.
> >
> >   Selain itu, berbagai advocacy groups di Amerika dan
> >   Inggris telah menggugat pemerintah mereka untuk
> >   memisahkan fungsi pengawasan/penelitian keamanan
> >   vaksin dari departemen kesehatan, karena adanya
> >   perbenturan kepentingan (conflict of interest) bila
> >   badan/orang-orang yang sama harus mempromosikan
> >   vaksin, tetapi juga sekaligus bertugas menyelidiki
> >   kemungkinan hubungan antara vaksin dengan masalah
> >   kesehatan. Terbukti dengan adanya manipulasi data pada
> >   penelitian tahun 1999 mengenai hubungan autisme dengan
> >   MMR.
> >
> >   Jepang yang merupakan negara maju, telah melarang
> >   penggunaan vaksin MMR sejak tahun 1993. Pada tahun
> >   1999, dipertimbangkan kembali pemberian MMR, tetapi
> >   diputuskan bahwa lebih aman untuk tetap melarang MMR,
> >   dan tetap melanjutkan penggunaan vaksinasi yang
> >   terpisah waktu pemberiannya antara measles tersendiri,
> >   mumps tersendiri, dan rubella tersendiri, seperti juga
> >   yang dianjurkan oleh Prof Wakefield.
> >
> >   Memang tidak semua anak yang mendapat MMR akan menjadi
> >   autisme. Hal ini berhubungan dengan ada/tidaknya
> >   faktor predisposisi. Faktor predisposisi yang
> >   sementara ini telah diketahui adalah bila kemungkinan
> >   adanya faktor genetik (keturunan), yaitu bila di
> >   keluarga ada juga yang autistik. Namun, banyak faktor
> >   predisposisi lain yang belum jelas, misalnya ada
> >   keluarga yang retardasi mental, kesulitan/masalah
> >   belajar, terlambat bicara, dan lain sebagainya.
> >
> >   Sedangkan faktor predisposisi yang masih memerlukan
> >   penelitian, misalnya riwayat imunisasi dan reimunisasi
> >   ibu dan anak (serokonversi dan kenaikan titer
> >   antibodi), riwayat kesehatan/penyakit ibu dan anak,
> >   riwayat gizi anak, riwayat kehamilan/kelahiran serta
> >   perkembangan anak, dan lain sebagainya. Dan bukan
> >   tidak mungkin masih banyak kemungkinan faktor
> >   predisposisi yang belum terdeteksi saat ini. Dokter
> >   sepatutnyalah memberikan informasi yang berimbang akan
> >   bahaya dan manfaat vaksinasi MMR ini. Orangtualah yang
> >   harus memutuskan apakah anak mereka akan diberikan
> >   vaksinasi MMR atau tidak, setelah mendapat penerangan
> >   yang cukup dan mempertimbangkan risiko serta
> >   manfaatnya.
> >
> >   Adalah sangat mengherankan jika seorang dokter
> >   spesialis anak senior yang dengan lantangnya
> >   mengatakan bahwa anaknya diberi vaksinasi MMR tetapi
> >   tidak menjadi autisme. Rupanya dokter yang juga
> >   ilmuwan tersebut lupa akan teori probabilitas dan
> >   risiko relatif (relative risk). Bahwa hanya sekian
> >   persen anak yang terpapar oleh vaksin MMR yang akan
> >   menjadi autisme.
> >
> >   Keadaan ini sama halnya dengan bahwa tidak semua
> >   perokok berat akan mengalami kanker paru. Hanya orang
> >   yang awam sama sekalilah yang boleh dengan bangga,
> >   berani, dan secara lantang mengatakan bahwa dia adalah
> >   perokok berat tetapi tidak terkena kanker paru.
> >
> >   Penutup/Kesimpulan
> >   Adalah terlalu dini dan terlalu berani bila saat ini
> >   mengatakan bahwa vaksin MMR adalah seratus persen
> >   aman. Tidak dapat dikesampingkan begitu saja adanya
> >   fakta bahwa banyak anak yang sebelumnya normal, sehat
> >   wal afiat, tidak ada masalah, dan perkembangan
> >   sebelumnya normal, tetapi emudian mengalami regresi
> >   autistik (yaitu kemunduran dalam kemampuannya serta
> >   hilangnya kemampuan yang sebelumnya sudah dimiliki,
> >   serta menunjukkan gejala-gejala autisme).
> >
> >   Oleh karena hal ini masih kontroversi, maka
> >   seharusnyalah bersikap waspada, berhati-hati, dan
> >   dilakukan penelitian lebih jauh oleh badan-badan yang
> >   independen, sampai kemudian memang terbukti tidak ada
> >   keraguan lagi benar/tidaknya bahwa memang vaksin MMR
> >   menyebabkan autisme.
> >
> >   Wakefield maupun penulis dan berbagai pihak lainnya,
> >   tidaklah anti terhadap vaksinasi. Tetapi vaksinasilah
> >   secara aman. Oleh karena di Indonesia tidak tersedia
> >   vaksin terhadap mumps dan rubella yang terpisah, maka
> >   penulis sendiri memilih untuk tidak memberikan vaksin
> >   MMR kepada anak kedua penulis yang saat ini berusia 14
> >   bulan. Sedangkan anak pertama hampir berusia 7 tahun,
> >   karena ketidaktahuan penulis waktu itu, pernah
> >   mendapat MMR. Kemudian, anak pertama penulis itu
> >   mengalami regresi autistik.
> >
> >   Jika, setelah penelitian ilmiah independen yang
> >   seksama, menunjukkan bahwa regresi autistik merupakan
> >   akibat dari vaksinasi MMR, maka dengan penggunaan
> >   vaksin secara bijaksana, kita mempunyai satu cara
> >   untuk mencegah autisme, penyakit yang mengerikan ini.
> >   Pemberian vaksin tunggal sendiri-sendiri dengan waktu
> >   terpisah (measles saja tersendiri, mumps saja
> >   tersendiri, rubella saja tersendiri) akan menghindari
> >   kemungkinan terjadinya autisme. Sedangkan bila
> >   diberikan bersamaan akan menimbulkan risiko autisme
> >   yang sebenarnya bisa kita cegah.
> >
> >   Pemisahan pemberian vaksinasi tersebut berdasarkan
> >   fenomena yang disebut compound effect (efek gabungan).
> >   Di mana dua atau lebih infeksi penyakit
> >   (measles/campak, mumps/gondongan,
> >   rubella/campak-Jerman, dan chickenpox/cacar-air) telah
> >   diketahui berhubungan dengan autisme dan regresi
> >   autistik, baik peningkatan risiko maupun beratnya
> >   autisme. Secara alamiah, infeksi/efek gabungan sangat
> >   jarang terjadi. Tetapi lain halnya dengan pemberian
> >   polyvalent MMR yang memaparkan 'infeksi' ketiga
> >   penyakit tersebut sekaligus dalam satu saat dengan
> >   satu injeksi. Oleh karena itu, sebaiknya
> >   'infeksi-buatan' yang sekaligus tiga ini perlu
> >   dicegah.
> >
> >   Dari hasil penelitian Dr Singh, diketahui bahwa titer
> >   anti-MBP meningkat pada 85% anak autistik. Sehingga
> >   bila memang vaksin MMR menyebabkan autisme, maka bila
> >   vaksin MMR tidak diberikan dalam sekali suntikan,
> >   menurut Dr Singh bukan tidak mungkin dapat
> >   menyelamatkan sekitar 325.000 anak di Amerika saja!
> >   Berapa juta anak (dan keluarganya) seluruhnya yang
> >   mungkin dapat diselamatkan dari autisme di Indonesia
> >   dan seluruh dunia?
> >
> >   Mari kita tanya pada rumput yang bergoyang!
> >
> >   Penulis adalah dokter spesialis anak, wakil ketua
> >   Yayasan Autisme Indonesia, dan Yayasan Peduli Autisme..
_______________________________________________


---------------------------------------------------------------------
>> Rayakan Natal, klik,http://www.indokado.com/christmasflowers.html
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]



---------------------------------------------------------------------
>> Rayakan Natal, klik,http://www.indokado.com/christmasflowers.html
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke