About Love, Episode: Energi Kecupan
Publikasi: 04/08/2003 09:03 WIB

eramuslim - Hari belum dimulai. Jarum pendek pada jam dinding mengarah ke
angka 2. Masih terlalu gelap. Tiba-tiba aku terbelalak kaget. Istriku, Ryan,
tengah menahan rasa sakit di perutnya. Geriginya saling beradu, sesekali
gigi atasnya menangkap bibir bawah untuk mencoba menghilangkan sakit yang
takkan pernah aku mengerti kadarnya. Sementara aku menyiapkan mobil,
kudengar erangan Ryan semakin keras, si kecil di dalam perutnya mungkin
sudah tak sabar hendak melihat dunia. Nakalnya aku, masih sempatnya sedikit
nyengir karena senang akan segera menjadi seorang ayah. Terbayang tak lama
lagi akan terdengar suara mungil memanggil, "Ayah..." 
Kupacu mobilku secepat mungkin. Masih 2 kilometer lagi rumah sakit bersalin
tempat biasa istriku memeriksakan kandungannya setiap bulan. Semakin cepat
roda berputar semakin cemas perasaanku, terlebih melihat istriku yang mulai
melemah. Tak lagi terdengar erangan dari mulutnya, yang ada hanya desahan
buangan nafas dengan sedikit tersengal. Kuyakinkan dia untuk sedikit
bersabar, "Tinggal dua kelok lagi dik..." 
Sesaat sebelum turun, diluar halaman depan rumah sakit, kubopong Ryan menuju
ruang tengah rumah sakit. Beberapa detik sebelum para suster menyodorkan
tempat tidur beroda untuk istriku, sempat Ryan membisikkan sesuatu .... Tak
terasa sebulir air mata mengalir dari sudut mataku ... 
Bagaimana mungkin, disaat kritis dan tengah menahan sakit yang teramat
seperti itu ia masih sempat memikirkan kebahagiaan suaminya jika Tuhan
berkehendak lain atas sebuah ajal. Memang yang kutahu, saat-saat seperti ini
adalah saat mempertaruhkan hidup dan mati bagi seorang ibu. Tapi bagaimana
mungkin Ryan masih bisa membagi ruang dalam pikirannya untukku disaat
genting seperti saat ini. 
Detik demi detik, menit pun berlalu. Tapi masih saja terngiang kata-kata
istriku, "Mas harus menikah lagi, jika Allah menghendaki ajalku berakhir
hari ini...". 
Hhhhhh ... kuhela nafasku panjang. Aku mengutuk-ngutuk diri ini sendirian.
Sementara di dalam sana istriku tengah berjuang antara hidup dan mati demi
memberikan kebahagiaan berupa sesosok malaikat kecil yang sebentar lagi
hadir bersama dalam kehidupan kami, tapi aku masih saja berdiri di sini, di
ruang tunggu ditemani tembok putih yang membisu. 
Kududuk sejenak, tak sengaja pikiranku melayang. Terbayang wajah istriku
yang cantik. 2 tahun menikah, tak terasa sebentar lagi aku akan menjadi
seorang ayah. Berarti juga, bukan hanya satu kecupan yang akan
menyemangatiku sebelum berangkat kerja, tapi akan ada lagi satu kecupan dari
bibir mungil malaikat kecilku. Kecupan... ya, satu kecupan di pagi hari yang
memberikan energi luar biasa setiap kali memulai hari dengan rutinitas
kantor. Dan satu kecupan hangat menyambutku di depan pintu sepulang bekerja,
yang membasuh semua peluh, yang menghilangkan segala letih dan kepenatan.
Kecupan ...
Sedetik kemudian ... 
Aku berlari, membuka pintu ruang persalinan, kulihat istriku masih terus
berusaha mengatur nafasnya. Tak percaya aku seberani ini, padahal sebelumnya
sudah kuyakini aku takkan sanggup menemaninya bersalin. Aku tak kuasa
melihat istriku menderita, bahkan sudah terbayang dalam benakku sejak
bulan-bulan terakhir menjelang persalinan ini, sesuatu yang terpahit yang
aku tak ingin terjadi pada istriku, termasuk anakku. 
Tetapi di menjelang pagi ini, 
Kudekati Ryan, kugenggam tangannya erat. Kurasakan jemarinya seperti baru
saja menemukan pegangan kuat setelah sebelumnya menggapai-gapai hampir
terlelap dalam lautan peluh. Dan sesaat kemudian, kecupan hangat dariku
mendarat di keningnya, menyingkirkan semua peluhnya. Mataku terpejam
sementara bibirku terus bertengger di kening basahnya. Terlintas energi
dahsyat yang selama ini dialirkan oleh Ryan sebelum aku berangkat kerja.
Kali ini aku berharap, energi itu bisa diperolehnya dari hangat bibirku di
keningnya ... 
Akhirnya, diiringi segurat do'a ... 
Sebuah tangis yang kurindu sekian bulan lamanya terdengar. Yang pasti,
kulihat juga senyum Ryan menyambut kehadiran malaikat kecil kami itu. Terima
kasih Allah. Kupercaya, Engkau turut andil sewaktu energi kecupan itu
kualiri kepadanya. Karena juga, aku masih ingin selalu mendapatkan energi
itu esok hari, bukan cuma dari satu kecupan, ditambah kecupan mungil itu.
(Bayu Gaw) 
----------------------------------------------

Semoga bermanfaat
Dede Maulana
- Mau gabung sama bisnis MLM mlik AA Gym?
  hubungi saya via email, sebuah eBook Gratis
  tentang bisnis ini akan kami berikan untuk anda.
  klik disini mailto:namuraHotpop.com?subject=MQnet

---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke