Moms & Dads, Thanks atas sharingnya. Saya jadi lebih tahu tentang pentingnya vaksin ini, apalagi setelah membaca artikel Hib dan Ancaman Kematian. Ngeri juga. Engga akan saya tunda lagi deh karena schedule-nya memang pertengahan bulan ini. Oh ya anak saya saat ini berumur 8 bulan kurang seminggu.
----- Original Message ----- From: "Luluk Lely S. I. Dh." <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, February 19, 2004 8:24 AM Subject: Re: [balita-anda] Vaksin HIB Hib dan Ancaman Kematian Bayi Oleh SATRIO WIDIANTO KENDATI teknologi dan berbagai penemuan sudah demikian banyak, penyakit-penyakit infeksi masih menjadi salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada bayi dan balita. Upaya pencegahan telah dilakukan dengan cara memperbaiki sanitasi, perbaikan gizi, dan kondisi kehidupan masyarakat. Akan tetapi, upaya ini ternyata belum cukup. Imunisasi masih menjadi tindakan pencegahan paling efektif karena terbukti paling ampuh mencegah penyakit infeksi. Imunisasi bagi bayi dan balita bukan saja sangat menguntungkan secara individu, sebagai pelindung dari penyakit, kecacatan, bahkan kematian. Imunisasi juga bermanfaat bagi masyarakat secara luas untuk mencegah penularan penyakit infeksi di antara masyarakat, terutama bagi penyakit infeksi yang ditularkan melalui kontak langsung dengan penderitanya. Melalui imunisasi, bayi dan balita akan menjadi kebal terhadap penyakit infeksi tertentu. Sementara itu, melalui program imunisasi massal, akan dicapai tujuan akhir yaitu eradikasi penyakit dari suatu negara bahkan dunia. Penyakit yang berbahaya kadang-kadang pada awalnya sulit diketahui karena tidak punya gejala spesifik sehingga sangat sulit untuk mendeteksinya. Akibatnya fatal jika tidak tertangani dengan segera dan tepat. Hal ini tentu sangat mencemaskan, apalagi jika penyakit tersebut menyerang balita yang belum dapat mengungkapkan rasa tak enak pada tubuhnya. Salah satu penyakit infeksi yang berbahaya dan tidak memiliki gejala spesifik adalah penyakit Hib (Haemophillus Influenzae tipe b). Ini bukanlah penyakit sejenis influenza yang disebabkan oleh virus influenza, tapi disebabkan oleh bakteri gram negatif, yang bernama Haemophillus influenzae yang terbagi atas jenis yang berkapsul dan tidak berkapsul. Tipe yang tidak berkapsul umumnya tidak ganas dan hanya menyebabkan infeksi ringan, sedangkan tipe yang berkapsul terbagi atas 6 serotipe dari a sampai f. Di antara jenis yang berkapsul, tipe b merupakan tipe yang paling ganas dan 95% penyebab dari semua infeksi akibat Haemophyllus influenzae. Selain itu, tipe ini juga menjadi salah satu penyebab tersering dari kesakitan dan kematian pada bayi dan anak berumur kurang dari 5 tahun. Infeksi Haemophyllus influenzae tipe b atau lebih dikenal sebagai Hib adalah infeksi yang paling sering menyebabkan meningitis (radang selaput otak). Penyakit lain akibat infeksi Hib adalah pneumonia (radang paru) dan epiglotitis (radang tulang rawan tenggorokan). Prof. Dr. dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, Sp.A.(K), Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengakui, penyakit ini berisiko tinggi, menimbulkan kematian pada bayi. Kalaupun sembuh, meningitis Hib dapat menyebabkan gangguan pendengaran, mental, dan otak. Penyakit akibat Hib yang telah dikenal sejak 50 tahun terakhir ini diketahui sebagai salah satu gangguan kesehatan serta penyebab kesakitan dan kematian, terutama bagi balita. "Anak-anak di bawah usia 5 tahun merupakan kelompok anak yang paling rentan terinfeksi Hib, sedangkan usia yang paling berisiko adalah antara 2 bulan hingga 18 bulan. Sekira 5-10% dari mereka yang terinfeksi akan meninggal. Infeksi akut Hib juga menyerang bayi berusia di bawah 6 bulan, dengan tingkat kematian mencapai 40%," kata Prof. Sri Rezeki. Di negara Barat, Hib menyebabkan penyakit pada 20-200 per 100.000 penduduk. Perbedaan angka kejadian tersebut disebabkan perbedaan teknis pemantauan, teknik pengambilan materi pemeriksaan, teknis pemeriksaan laboratorium, dan pola penggunaan antibiotik. Beberapa laporan dari negara di Asia menunjukkan bahwa Hib menjadi penyebab utama dan terbanyak yang menimbulkan penyakit meningitis. Sementara itu, di Indonesia, Hib menjadi penyebab 33% dari kasus meningitis. Hasil riset lanjutan melaporkan bahwa Hib merupakan 38% penyebab meningitis pada bayi dan anak berumur kurang dari 5 tahun. Penyebabnya adalah bakteri Hib yang ditularkan melalui udara dan kontak langsung dengan penderita. Meningitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri, tapi lebih sering akibat infeksi bakteri Hib. Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak pada usia lima tahun, diawali dengan gejala sakit tenggorokan. Akan tetapi, gejala tersebut kemudian membuat kondisi kesehatan pasien semakin parah disertai dengan kaku leher, photofobia (takut melihat cahaya), demam, sakit kepala akut, nyeri sendi, muntah, mengantuk, gelisah, dan delirium (mengigau). Pada beberapa pasien anak-anak, serangan meningitis bisa datang secara mendadak dan beberapa jam setelah muncul gejala, kemudian pasien meninggal. Secara keseluruhan, tingkat kematian penyakit meningitis akibat bakteri Hib mencapai sekira 5%. Meskipun dapat disembuhkan, sering pasien menderita kecacatan, terutama gangguan pendengaran. Selain itu, Haemophyllus influenzae juga menjadi penyebab pneumonia atau radang paru. Penelitian membuktikan bahwa pneumonia disebabkan oleh virus pada 25-75% kasus, sedangkan bakteri biasanya ditemukan pada kasus yang berat. Kematian umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Pada penderita pneumonia, kantung udara di dalam paru-paru dipenuhi banyak cairan lain sehingga mengganggu fungsi paru-paru. Akibatnya, oksigen sulit mencapai aliran arah. Bila oksigen di dalam darah sedikit, sel-sel tubuh tidak dapat bekerja dengan baik sehingga bisa menimbulkan kematian. Sebelum diperkenalkan vaksin, Hib merupakan bakteri penyebab pneumonia dan diduga bertanggung jawab terhadap 5-18% kejadian pneumonia. Radang paru atau pneumonia lebih sering terjadi di negara-negara berkembang dengan prevalensi 5-15%. Anak-anak di bawah 4 tahun termasuk kelompok paling rentan menderita penyakit ini. Gejalanya demam, menggigil/gemetar, napas pendek, batuk, dan sakit dada. Di negara maju, imunisasi telah menurunkan kejadian infeksi Hib hingga lebih dari 95%, termasuk pneumonia. Penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri Hib ini adalah Epiglotitis, yaitu penyakit radang tulang rawan tenggorokan akibat infeksi penutup tulang rawan pangkal tenggorokan. Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak usia 2-4 tahun. Penyakit ini dengan cepat menyerang tubuh, diawali dengan sakit tenggorokan dan demam. Kemudian, Epiglotis menjadi merah terang, bengkak dan sakit, merusak/mengganggu jalan napas dan menyebabkan penderitanya mengalami sulit bernapas dan menelan. Anak jadi resah dan gelisah serta cenderung duduk tegak dengan leher menengadah dan dagu menonjol sebagai upaya untuk mengurangi gangguan jalan napas. Pasien bisa meninggal dalam waktu beberapa jam kemudian akibat mati lemas karena kekurangan napas atau septisemia. Sangat disayangkan, Hib tidak memiliki gejala yang spesifik dan hanya dapat diketahui setelah terjadi kerusakan pada selaput saluran pernapasan. Gejala umum yang muncul adalah demam, rinitis, sakit tenggorokan, batuk, lelah, nyeri otot dan kepala, muntah, dan diare. Haemophyllus influenzae hanya ditemukan pada manusia. Penularan terjadi melalui udara dan kontak langsung dengan penderita. Sebagian besar orang yang mengalami infeksi tidak menjadi sakit, tapi menjadi pembawa kuman (karier) karena Hib menetap di tenggorokan. Prevalensi karier yang lebih dari 3% menunjukkan angka cukup tinggi. Penelitian pendahuluan di Lombok menunjukkan prevalensi pembawa kuman sebesar 4,6%, suatu angka yang cukup tinggi. Bila prevalensi pembawa kuman cukup banyak, kemungkinan kejadian meningitis dan pneumonia akibat Hib biasanya juga tinggi. Data yang ada menunjukkan bahwa Hib memang merupakan penyebab meningitis yang terbanyak. ** MENGENAI pengobatan yang perlu dilakukan, di masa lalu pengobatan penyakit akibat infeksi Hib dengan memberikan obat antibiotik sesegera mungkin untuk menyelamatkan penderita. Akan tetapi, sekarang pengobatan dengan antibiotik saja ternyata tidak cukup ampuh, mengingat bakteri Hib dewasa ini sudah banyak yang kebal terhadap pengobatan antibiotik. Di Amerika diperkirakan 40% bakteri Hib resisten terhadap obat antibiotik ampisilin. Kenyataan ini menyebabkan para ilmuwan kesehatan kemudian memusatkan perhatian pada upaya pencegahan penyakit Hib. Mereka akhirnya memutuskan bahwa imunisasi Hib adalah satu-satunya cara paling praktis dan efektif untuk mencegah terjadinya penyakit akibat bakteri Hib. Sekarang ini vaksin Hib umumnya sudah tersedia di banyak negara, termasuk Indonesia. Bahkan, beberapa negara di antaranya telah memasukkan vaksinasi Hib ke dalam jadwal imunisasi wajib untuk bayi dan balitanya. Di negara yang telah berkembang, imunisasi menurunkan kejadian infeksi Hib hingga lebih dari 95%, termasuk untuk kasus pneumonia. Pemberian vaksin Hib sedini mungkin akan melindungi bayi dan balita dari terserang penyakit meningitis atau radang selaput otak, pneumonia, dan epiglotitis. Salah satu Vaksin Hib yang diproduksi GlaxoSmithKline (GSK) memuat komponen PRP-T (konjugasi polyribosyl-ribitol phosphate dengan tetanus toxoid) yang terbukti memberikan kekebalan tubuh yang paling optimal dibandingkan dengan vaksin konjugasi Hib dengan bakteri lainnya. Vaksin Hib ini dikenal dengan nama Hiberix. "Vaksin Hiberix dapat digunakan sebagai vaksin tersendiri atau dikombinasikan secara praktis dengan vaksin lain seperti dengan vaksin Infanrix, yaitu vaksin untuk penyakit-penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus (DPT) dengan efek samping seperti demam, merah, dan bengkak di sekitar suntikan yang sangat minimal," kata dr. Fransiscus Chandra, Direktur Medikal GaxoSmithKline. "Memang awalnya, vaksin Hib terbuat dari kapsul Polyribosyribitol phosphate (PRP), namun ternyata vaksin yang terbuat dari PRP murni ini kurang efektif. Jadi vaksin yang digunakan adalah konjugasi PRP dengan berbagai komponen bakteri lain. Yang beredar di Indonesia saat ini adalah vaksin konjugasi dengan membran protein luar dari Neisseria menigitidis (PRP-OPM) dan konjugasi dengan toksoid tetanus (PRP-T)," jelasnya. Pada suntikan pertama, vaksin Hib PRP-OPM dapat menghasilkan level proteksi yang lebih cepat dibandingkan dengan PRP-T. Namun secara keseluruhan, setelah suntikan ke 3 maka vaksin Hib PRP-T dapat menghasilkan level proteksi yang jauh lebih tinggi. Pemberian vaksin Hib saat ini telah direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia, WHO/PAHO dan GAVI. Untuk bayi usia 2-6 bulan diberikan imunisasi Hib sebanyak 3 dosis dengan interval satu bulan. Bayi berusia 7-12 bulan diberikan vaksinasi Hib sebanyak 2 dosis dengan interval waktu satu bulan. Sementara itu, anak berumur 1-5 tahun cukup diberikan imunisasi Hib sebanyak 1 dosis, dengan dosis ulangan pada umur 15 bulan. Mengingat Hib lebih sering menyerang bayi kecil (26% terjadi pada bayi berumur 2-6 bulan dan 25% pada bayi berumur 7-11 bulan), vaksin Hib sebaiknya telah diberikan sejak usia 2 bulan. Vaksin Hib tidak dianjurkan diberikan sebelum bayi berumur 2 bulan karena bayi tersebut belum dapat membentuk antibodi. Setelah pemberian vaksin, efek samping yang mungkin timbul adalah demam, nyeri, atau bengkak pada tepat bekas suntikan. Namun, ada produk vaksin yang efek sampingnya dapat ditekan lebih rendah lagi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Fransiscus, vaksin Hib ini terbukti memiliki reaksi lokal yang rendah sehingga mengurangi rasa tak nyaman pada anak. Meski demikian, manfaat imunisasi masih jauh lebih besar, mengingat sebagian penyakit masih belum ada obatnya. Dalam hal ini, vaksin merupakan salah satu bentuk obat yang paling aman, efektif, dan dapat menurunkan biaya kesehatan. Orang tua diharapkan lebih memahami berbagai jenis imunisasi yang dibutuhkan oleh bayi karena pencegahan lebih baik daripada mengobati. Orang tua juga berhak menanyakan vaksin yang akan diberikan kepada bayinya, termasuk efek samping akibatnya. Orang tua atau siapa pun yang ingin mengetahui tentang vaksin dan penyakitnya kini bisa mendapat akses lebih mudah dengan membuka situs di www.worldwidevaccine.com. Dengan memahami segala sesuatu sejak dini, niscaya tingkat kesakitan dan kematian pada bayi akan bisa berkurang secara signifikan.*** Penulis wartawan "Pikiran Rakyat" --------------------------------------------------------------------- >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]