Jangan katakan apa-apa. Tidak ada yang perlu Bunda jelaskan tentang masa
lalu. Bunda tetaplah Bunda. Perempuan yang dicipta dari seribu kuntum
bunga!" 
 
Bunda manusia biasa. Mungkin pernah khilaf di masa lalunya. Tapi bagiku
Bunda adalah anugerah Allah terbesar dalam hidup ini. 
 
------------------------
 Anak sepasang bintang

"Bunda ..., jadah itu artinya apa?" Bunda tersentak waktu itu. Tak menyangka
pertanyaan itu akan keluar dari sela bibir mungilku, gadis kecilnya yang
baru berumur lima tahun. "Kenapa Sayang?" Bunda bertanya sambil mendekapku
di dadanya.

"Orang-orang menyebutku seperti itu," jawabku dengan sangat polos. Aku
memeluk Bunda semakin erat dan merasakan perlindungannya. Di waktu lainnya
aku ajukan pertanyaan lain padanya.

"Bunda ..., apa saya punya Ayah? Orang-orang itu bilang saya tak punya
Ayah," tanyaku. Bunda baru saja selesai mendongeng padaku waktu itu. Bunda
tertegun begitu lama. 

"Ada!" tegas Bunda meyakinkanku. "Di mana? Kenapa aku tak bisa menemuinya?"

Bunda membimbingku bangkit dari tempat tidur kayu berkepinding. Berjalan ke
halaman tanpa penerangan. "Kau lihat langit di atas sana?" Bunda bertanya
tanpa melepas genggamannya. Aku mengangguk mengiyakan. "Ayahmu ada di sana!"
jawab Bunda meyakinkan.

Aku tidak melihat apa-apa. Selain langit hitam dan taburan berjuta bintang
tidak ada gambar wajah manusia terlihat di sana. Tapi aku tidak ingin
bertanya lagi. Barangkali ayahku adalah satu di antara kerlip
bintang-bintang itu. Besok jika anak-anak itu menggodaku lagi dan mengatakan
aku tidak punya ayah aku sudah punya jawabannya.
* * *
Sejak kecil aku cuma punya Bunda. Perempuan yang miskin tanpa harta tapi
penuh cinta. Yang selalu menyediakan dadanya untuk menyerap luka-luka.
Dengan upah seadanya sebagai tukang cuci pakaian pada beberapa keluarga,
Bunda selalu menabung. Katanya aku harus sekolah setinggi mungkin dan jadi
orang pandai. Agar tidak bodoh dan melarat seperti dirinya.

Bunda lewati seluruh kehidupan berat sendiri. Mengasuh anak yang terus
tumbuh tanpa pendamping di sisi. Tidak mudah memang. Tapi tidak sekalipun
aku melihatnya berduka. Kecuali sekali pada suatu malam aku terbangun dan
melihatnya mengisak di atas sehelai sajadah. Setiap kali aku menanyakan hal
itu pada Bunda, cuma air matalah yang kemudian menjadi jawabannya. Seperti
menguak luka yang tak pernah kering sama sekali. Lalu aku jadi tak pernah
tega memaksa Bunda untuk menjawabnya. Sebab Bunda terlalu mulia untuk
terluka. 

Aku tidak ingin mengecewakan Bunda. Perjuangannya tidak boleh sia-sia.
Keinginannya melihatku sekolah setinggi mungkin memacu semangatku untuk
belajar dengan giat. Aku selalu berhasil mencapai gelar juara sejak duduk di
bangku SD hingga SMU. Lalu kemudian aku terpaksa berpisah dengan Bunda. 

Aku diterima masuk tanpa test di salah satu perguruan tinggi terkemuka di
kota Pontianak. Sekarang aku bahkan telah diterima bekerja di salah satu
Bank Syariah terkemuka yang baru berdiri. Aku ingin menjemput Bunda untuk
mengajaknya pindah ke kota ini. Tapi Bunda menolak.
* * *
Kukira dengan meninggalkan tempat kelahiran, aku akan bisa hidup dengan
tenang. Semua mimpi buruk masa kecil tentang siapa ayahku tidak akan
memburuku sampai ke kota ini. Tapi tidak. Sepertinya ia menjelma jadi
kutukan yang mengikuti kemana aku pergi. Aku telah dewasa kini. Telah siap
untuk menikah dan berkeluarga. Sudah tiga orang lelaki shaleh yang datang
mengajukan lamaran padaku. Tapi sudah tiga kali pula aku terpaksa
menolaknya. Aku takut menceritakan keluargaku. Aku tak mungkin mengatakan
bahwa aku anak sebuah bintang. 

"Rabbi ..., aku hanya ingin tahu siapa lelaki yang menjadi ayahku. Hanya
itu. Apa aku durhaka pada Bunda?"

"Kau beruntung masih mempunyai Bunda. Aku dibesarkan di panti asuhan, tak
tahu siapa keluargaku." Asti, teman satu kamarku mencoba menghiburku. Aku
insyaf kini. Aku masih sangat beruntung mempunyai Bunda. Dalam sujudku malam
itu aku menangis. Mohon kesempatan pada Allah untuk membahagiakan Bunda.
Perempuan yang dicipta dari seribu kuntum bunga. 
* * *
Berita itu sampai lewat seorang tamu. Salah seorang tetangga kami di kampung
dulu. Sengaja datang untuk mengunjungiku. Padaku ia cerita Bunda sedang
sakit. "Sebenarnya ia sakit sejak lama. Tapi tak mau cerita. Bunda bilang
tak mau kalau pekerjaanmu terganggu. Tapi aku pikir kau memang perlu tahu!" 

Di rumah aku lihat Bunda terbaring di tempat tidurnya. Tempat tidur yang
sama seperti masa kecilku dulu. Tempat Bunda biasa mendekap, mendongeng dan
berdoa sebelum lelap menyergapku. 

"Kenapa Bunda tidak memberitahuku?" tanyaku setelah mencium tangannya.

"Bunda tak mau pikiranmu terganggu," jawabnya sambil tetap mengukir senyum
di wajahnya. Tapi aku melihatnya semakin lemah saja. "Bunda ingin mengatakan
sesuatu tentang ayahmu, ia ...," 

"Tidak perlu, Bunda," potongku cepat. "Jangan katakan apa-apa. Tidak ada
yang perlu Bunda jelaskan tentang masa lalu. Bunda tetaplah Bunda. Perempuan
yang dicipta dari seribu kuntum bunga!" 

Aku memang sudah tidak lagi perduli. Bunda manusia biasa. Mungkin pernah
khilaf di masa lalunya. Tapi bagiku kini Bunda adalah anugerah Allah
terbesar dalam hidup ini. Dua hari kemudian Bunda berpulang ke Rahmatullah.

Malam itu kembali aku menatap langit. Seperti waktu kecil dulu saat aku
bertanya pada Bunda di mana ayahku. Bunda akan menunjuk ke arah
langit.Tempat kegelapan malam dihiasi pendar jutaan bintang. Bunda kini
telah pergi. Menyusul ayahku di tempat yang abadi. Dan aku tahu kini. Jika
seorang lelaki shaleh datang untuk melamar dan bertanya tentang keluargaku,
aku akan mengatakan bahwa aku adalah anak sepasang bintang!

--------------------------------------------------------

Sahabat, apa pun yang kehidupan berikan kepada kita, syukuri dan nikmatilah.
Karena sesungguhnya, dalam tiap kesukaran ada kemudahan, dalam tiap
kepahitan selalu terselip berkah, sepanjang mata hati kita selalu terasah.
(CN02)

---------------------------------------------------------
Dede Maulana
- Anda memerlukan Royal Jelly? hubungi email ini:
   mailto:[EMAIL PROTECTED]
   Gratis ebook kehamilan dan balsem Balita
   
- Anda memerlukan buku, Novel, Kamus, Nakita dll?
  hubungi email ini: mailto:[EMAIL PROTECTED]

- Join bisnis bersama MLM milik Aa gym? hubungi email ini:
  mailto:[EMAIL PROTECTED]


---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke