CHILD ABUSE = Penganiayaan Anak (Kisah KEZIA) Sebetulnya saya enggan menceritakan kejadian Kezia karena kisah gadis kecil ini sangat mengoyak perasaan saya. Selama pelayanan belasan tahun baru kali ini ada kisah yang sangat membekas di hati..... Namun hari ini, ketika buku "A Child Called 'It'" (terbitan Gramedia) - kisah nyata kehidupan pengarangnya Dave Pelzer ini selesai saya baca, wajah Kezia menar-nari di benak saya. Buku ini adalah bagian pertama dari trilogi kehidupan Pelzer, bagian kedua "The Lost Boy" dan ketiga "A Boy Named Dave" mengisahkan pengalaman kehidupan Dave yang penuh kebrutalan dan menyisakan kebencian yang sangat dalam. Namun, karena keinginan untuk "hidup" akhirnya membuat Dave yang lepas dari cengkraman ibu kandungnya menjadi seorang 'Outstanding Young Persons of the World = Orang yang Mandiri' (salah satu penghargaan yang diterimanya di Kobe, Jepang) atas upayanya meningkatkan kewaspadaan akan perlakuan kasar terhadap anak-anak dan pencegahannya. Dan, saya berdoa agar ketika Kezia besar nanti, ia juga bisa menjadi 'an outstanding Young woman'....
------------- Wanita ini dibawa ibu angkat saya ke rumah, namanya Kia, seorang janda muda sekitar 30 tahunan dengan anaknya Kezia, 6 tahun. Kia langsung dengan berani mengutarakan agar minta dikenalkan pria baik-baik karena merasa sulit hidup di Jakarta tanpa pekerjaan, sedangkan tabungannya mulai terkuras untuk biaya hidup. Jujur, saya tidak bersimpatik - mana ada pria baik-baik mau langsung menikah dalam waktu 1 bulan ? Ibu angkat saya akhirnya bercerita bahwa perkenalan mereka dimulai ketika Kia sedang memaki-maki Kezia sehingga menarik perhatian tetangga. Karena iba, ibu angkat saya sering mengajak Kezia ke rumahnya yang cuma terpisah 20 meter (beberapa rumah). Anak itu tidak pernah sarapan pagi, ia hanya diberi uang Rp 1000,- seitap hari untuk makan siangnya, terserah Kezia mau membeli apa sewaktu pulang sekolah, itulah jatahnya setiap siang. Malamnya paling-paling ibunya hanya membelikan sebuah roti dari abang tukang roti yang setiap sore lewat di depan gang mereka. Sampai suatu ketika Kezia berteriak-teriak hebat karena ibunya memaksa dia memakan belerang ! Sejak itu Kezia 'dipelihara' ibu angkat saya, anak itu dijemput setiap pagi untuk dimandikan, diberi sarapan dan diantar ke sekolah. Siang hari pembantu ibu angkat saya menjemput Kezia, makan siang dan makan malam di rumah mereka sebelum dikembalikan kepada ibunya... Singkat cerita, Kia yang bertetangga dengan ibu angkatku ini akhirnya memilih "Biro Jodoh" dan berhasil menggaet seorang pria. Belum genap perkenalan 1 bulan, pria ini, Boy sudah hidup bersama di rumah kontrakan Kia. Ternyata Boy seorang masih berstatus 'suami orang', dan kerjanya hanya berburu. Modal Boy adalah bodynya yang atletis dan rayuan yang gombal ( Sejak Boy tinggal bersama Kia, maka Kezia pun dilarang bermain ke rumah ibu angkat saya lagi, anak itu semakin hari semakin kurus... Beberapa tetangga sering mendengar Kezia menangis malam hari, namun tak seorangpun berani menolongnya. Suatu pagi ibu angkat saya menelpon, kedengaran sangat letih. Beliau bercerita bahwa kemarin seharian meladeni Kia yang sedang stressed berat, kecewa dan menyesal hidup bersama Boy, dan minta tolong ibu angkatku mengusirnya... Seharian Kia menangis dan menjelang malam tiba-tiba dia lebih histeris !! Dia berteriak-teriak dan mulai menyerang dan mencoba memukul beberapa orang di rumah ibu angkat saya, sehingga mereka berkali-kali mendoakannya. Jam 11 malam Kia pulang ke rumahnya, tetapi jam 2 subuh ia kembali menggedor-gedor rumah ibu angkatku sehingga mereka ikut tertekan dan tidak bisa tidur... Saya menyarankan ibu angkatku tidur saja di rumahku, dan merekapun suami istri mencoba beristirahat di rumah pada siang harinya. Namun sorenya dalam perjalanan pulang, hape saya berdering, ada suara jeritan, tangis dan panik dari keponakan ibu angkat saya ,"Oma suruh cepetan deh langsung aja ke sini, penting !!! Aduh, kasihan Kezia..." Di tol yang macet saya menduga-duga, entah apa yang terjadi, jadi saya menelpon ke rumah. Pembantu menceritakan bahwa jam 5 sore tadi ibu angkat saya (yang biasa dipanggil "Oma") ditelpon untuk segera pulang, karena ada kejadian penganiayaan terhadap Kezia... hanya dikatakan 'berdarah' ! Turun dari tol saya langsung ke rumah Oma, sudah hampir jam 7 malam saat itu, dan langsung beliau keluar sambil menggendong Kezia. Aah... gadis kecil itu semakin kurus, kecil dan pucat dengan senyum 'ompong'nya yang khas ;-) Kami langsung membawanya ke Medikarya karena ada bercak darah di celana dalamnya, dan dokter hanya memberikan 3 butir antibiotik, jika pendarahan tidak berhenti besok siang agar dibawa kembali. Keziapun di bawa ke rumah, dibaringkan di kamar anak saya Gaby. Mereka sepantaran, Gaby 1 th lebih besar, tapi berat badan Kezia hanya 16 kg, sedangkan Gaby 25kg, alangkah kontrasnya. Matanya kosong, dan ibu angkat saya mengajak saya keluar, sambil menangis beliau bercerita : "Kia ngamuk lagi, dia marah-marah terus sampai sore. Pas Boy lagi masak, Kia malah keluar dari kamar dalam keadaan telanjang, tapi Boy diam aja. Merasa dicuwekin, Kia nyamperin Kezia yang lagi main diluar, langsung ditarik anak yang kurus ini dan ngak tau setan dari mana yang lewat, tangannya dimasukin ke kelaminnya Kezia.... " Ibu angkatku berhenti di situ, dan mulai menangis lagi... "Tetangga pada datang, karena pagar dikunci, terpaksa hansip lompat masuk dan bawa Kezia keluar, tapi kasihan tu anak gak ada yang berani nolong. Akhirnya dibawa kerumah kami..." Mendengar itu rasanya seluruh tubuh saya tambah letih.. tapi saya ada tugas lagi malam ini karena besok ada pesta ulang tahun dan beberapa hal harus saya kerjakan, jadi saya pamit sebentar ke Goro sekaligus membeli pampers untuk Kezia. Belum selesai berbelanja, ibu angkat saya menelpon lagi, "Ai, cepat pulang - anak ini harus dibawa ke rumah sakit !" Saya langsung membayar belanjaan yang ada dan segera pulang lagi, ternyata Kezia mulai mengalami pendarahan... Ketika ingin 'pipis' Kezia digendong Oma, dan mereka berdua terkejut karena beberapa potong darah keluar bersama pipisnya, Kezia panik ! "Omaaa.. banyak daraaahh !!!" anak itu menjerit dan menangis, shock sekali melihat darahnya sendiri. Begitu dibaringkan, sebentar saja pakaiannya sudah tembus darah... Segera saya pakaikan pampers dan bawa ke Ongko Mulyo. Tiba di bagian Gawat Darurat sudah jam hampir jam 10 saat itu, dokter jaga kelihatan sangat terkejut begitu membuka pampers, darah dan potongan-potongan darah sudah penuh... Aduuh... saya langsung keluar sebentar, berdoa, gak tahan... "Omaaa.. banyak daraaahh !!!" anak itu menjerit dan menangis, shock sekali melihat darahnya sendiri. Begitu dibaringkan, sebentar saja pakaiannya sudah tembus darah... Segera saya pakaikan pampers dan bawa ke Ongko Mulyo. Tiba di bagian Gawat Darurat sudah jam hampir jam 10 saat itu, dokter jaga kelihatan sangat terkejut begitu membuka pampers, darah dan potongan-potongan darah sudah penuh... Aduuh... saya langsung keluar sebentar, berdoa, gak tahan... Begitu saya masuk, dokter jaga juga ikut bingung mau dibawa ke mana, dokter anak, dokter kandungan atau dokter bedah ?? (Saat itu saya berusaha kontak BuLe & Om Djok minta no tel tempat praktek Mbah Eddy, terima kasih buat perhatiannya, sangat berarti apalagi sedang panik ;-)) Akhirnya kami disuruh naik ke Ruang Bersalin, ada 2 orang suster di sana. Jam 11 malam seorang dokter kandungan datang, ketika beliau memeriksa Kezia wajahnya terkejut dan meringis. Pampers yang kedua ini dibuka, sudah mulai 'memerah' lagi... Dokter tersebut menggeleng-gelengkan kepala sambil beberapa kali menarik nafas dengan apa yang dia lihat, kemudian berusaha membersihkan kemaluan Kezia. Kami berdua berdoa, jangan sampai anak ini pingsan, darah yang keluar sudah sangat banyak.... Kezia yang 'ceriwis' terus memperingatkan dokter, "Hati-hati ya Om Dokter, sakit !! Aduh, jangan sebelah situ, di situ banyak darahnya... !" sambil beberapa kali meronta. "Iya.. iyaaa.... Om Dokter pelan-pelan aja ya, kalau sakit gak apa-apa Kezia ingetin Om, ya..", Dokter tersebut pun dibuat 'lemas' dengan kondisi Kezia. Akhirnya dokter memanggil kami, lalu kami menceritakan peristiwa yang terjadi dan beliau minta saya menanda-tangani surat persetujuan operasi karena anak ini harus dioperasi malam ini juga !! Jam 11.30 Kezia dibius dan anak ini masuk ruang operasi, ditangani dokter kandungan, seorang dokter bedah dan ke 2 suster. Selama sekitar 45 menit kami menunggu dan berdoa dengan cemas, kami sadar telah 'lancang' membiarkan anak 'orang lain' dioperasi namun nyawanya perlu diselamatkan. Tuhan Yesus tolong campur tangan, kami percaya Tuhan yang sudah memberikan Kezia kekuatan, jika tidak pasti sudah pingsan. Sebab kami pernah menangani seorang ibu yang pendarahan dan jatuh pingsan. Jadi kami percaya penyertaan Tuhan sungguh luar biasa atas Kezia... Dokter keluar dan berkata, "Sudah selesai, sudah bagus, sebentar lagi Kezia keluar. Besok pagi saya kesini kontrol lagi." Sepuluh menit kemudian seorang suster memapah Kezia keluar dan membaringkan ke ranjang semula. Anak itu masih belum sadar... Suster berkata, "Lima puluh dua jahitan, Bu - luka nya cukup dalam, jari-jari maminya pasti panjang-panjang". Aduuh... saya langsung menangis sesenggukkan.. Kezia yang malang.... Kami berdua terus terisak sambil menatap Kezia, dan suster mulai memanggil namanya dan menekan ruas jempolnya agar Kezia bangun. Begitu Kezia merintih, suster berkata 'dia sudah mulai sadar'. Menjelang pukul 2 subuh, sebelum saya pulang, kami berdoa... Tapi berat sekali memulainya, saya langsung peluk anak itu dan menangis lagi... "Tuhan Yesus, ubahkan keburukan ini menjadi kebaikkan untuk masa depan Kezia. Berikan pertolongan dan kekuatan agar Kezia mampu melewati masa sulit ini, jadikan dia kelak seorang gadis yang takut akan Tuhan dan mengampuni orang tuanya...." Keesokan harinya, Puji Tuhan sesudah kontrol dokter, jam 11 siang Kezia sudah diijinkan pulang, Kezia yang 'kenes' mencium suster satu persatu, mata merekapun berkaca-kaca. Kezia dengan manis mengucapkan terima kasih pada Om dokter yang sangat terkesan dan berpesan pada kami, jika anak ini tidak dikembalikan pada ibunya, ia bersedia mengangkat Kezia sebagai anaknya.... Bon yang tertera untuk jasa dokter dan operasi adalah "O" - kami hanya membayar sewa kamar dan obat-obatan. Luar biasa, terima kasih Tuhan Yesus atas pertolonganMu. Kezia langsung dibawa ke rumahku agar tidak bertemu dengan maminya. Gaby suka cita sekali karena ada teman sekamar dan teman bermain dan "berantem" ;-) Selama 1 minggu penuh Kezia di rumah, setiap malam kami bercerita dan saya mendapati anak ini luar biasa, banyak pertanyaan-pertanyaannya yang "jarang" ditanya oleh anak seusia dia. Misalnya Kezia bertanya tentang "Pohon Kehidupan", tentang "Akhir Zaman"... Tapi ada kalimat yang tidak pernah saya lupa ketika dia berkata, "Tante, aku ini malang banget ya ! Aku ngak tau papa ku ke mana. Masa' punya mama malah aku dicekoki belerang terus, apalagi sekarang aku dibikin begini... Kan aku anak yang dilahirin mami sendiri ?! Aku gak mau ketemu mami lagi ya, Tante... " Saya memeluknya dan berkata, "Mami Kezia lagi stress, jadi iblis yang menguasai dia. Pokoknya Kezia gak perlu ketemu mami dulu, tapi Kezia juga harus doain mami biar cepat sembuh ya !" Hhhhhh....... Kami menghubungi orang tua Kia di Ja-Tim, ketika mereka tiba di Jakarta, langsung menghubungi RS Gatot Subroto yang dengan beberapa petugasnya segera menyergap Kia, memberikan suntikan penenang lalu membawanya kebagian 'jiwa'. Mereka juga menghubungi beberapa hamba Tuhan tempat di mana Kia bergereja. Kami sama sekali tidak berhubungan dengan Kia yang ditangani oleh keluarganya. Kami cuma minta agar Kezia tidak tinggal bersama maminya lagi. Ketika mereka membezoek Kezia di rumahku, tak urung om dan tantenya menangis ketika melihat betapa kecil dan kurusnya anak itu... apalagi mendengar peristiwa yang menimpanya ;-( Begitu tau keluarga maminya datang, tubuh Kezia langsung bergetar dan berteriak "Aku gak mau balik sama mami!! Aku gak mau balik sama mamiii !! Oma tolong Kezia, Tante tolong Kezia... " Traumanya sangat dalam... 2 hari pertama Kezia sempat mengigau dan berteriak-teriak... Namun, kami menenangkan Kezia dan berjanji bahwa dia tidak akan dipertemukan dengan ibunya. Bahkan kami sempat "mengancam" kepada keluarga Kia jika mereka mempersatukan Kia dengan Kezia lagi, maka kami akan membawa kasus ini ke pihak yang berwajib. Di rumah kami Kezia selalu makan dengan lahap, apa saja di'sikat' tanpa bekas karena sejak "papa Boy" di rumahnya, Kezia mulai makan roti sepotong lagi setiap harinya. Kalau papa Boy sedang baik, baru "masakin supermi" ;-(( Kezia mendapatkan perhatian khusus ibu gurunya, karena anak itu selalu datang terlambat, tak pernah sarapan, tidak sempat mandi, karena mama & papa Boy selalu bangun kesiangan. Minumpun terpaksa meminta, bekalnya hanya Rp. 1000,- untuk makan siangnya. Untuk sekolah di wilayah Kelapa Gading uang itu hanya dapat membayar sepotong kue yang 'sangat' kecil... Oleh sebab itu saya sempat emosional ketika Om dan Tantenya keberatan merawat Kezia, mungkin yang kemarin itu airmata buaya ! Mereka akhirnya menceritakan kondisi Kia & mantan suaminya, kasus cerai keluarga ini berbuntut panjang dan melibatkan seluruh keluarga di pengadilan, sehingga mereka tidak pihak mantan suami menemukan Kezia ada di Ja-Tim. Kezia sempat 'terombang-ambing' selama 1 bulan, kami sudah mendapatkan orang tua asuh untuk Kezia sebetulnya - namun akhirnya Nenek Kezia turun tangan dan minta agar cucunya disekolahkan di sebuah asrama di Ja-Tim, sehingga mereka tetap bisa mengawasi Kezia. Ketika Kezia dijemput tantenya, ibu angkat saya dan pembantu di rumah meneteskan airmata, berpesan agar Kezia menjadi anak yang baik dan tetap rajin berdoa. Saya membelikannya sebuah kitab Suci Anak-anak yang sangat dia sukai dan sebuah kaset rohani yang sering dinyanyikan berdua Gaby. Kami juga merasa kehilangan Kezia, tapi bersyukur karena anak itu mempunyai kesempatan lebih baik jika dipisahkan dengan ibu kandungnya.... Peristiwa ini sudah berlalu 9 bulan. Cerita child abuse mungkin bisa kita temui di banyak sudut-sudut kehidupan. Keluarga yang miskin, kemelut ekonomi, tingkat stress tinggi, terlalu banyak anak, perceraian, dlsbg alasan bisa diangkat. Namun, seorang anak memiliki hak nya untuk hidup. Ia tidak pernah tau mengapa harus dilahirkan dalam "kemalangan" ? Jika anak itu boleh memilih, tentu dia ingin ada di tengah keluarga yang bahagia, yang membuatnya mampu bersyukur dan bertumbuh dengan wajar, serta tidak "mengutuk hari jadinya"... ------------------ Sebagai penutup, saya kutip lagi tulisan di bawah ini untuk kita renungkan bersama : Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikiran Dorothy Law Nolte ," DISCLAIMER : “The information contained in this communication (including any attachments) is privileged and confidential, and may be legally exempt from disclosure under applicable law. It is intended only for the specific purpose of being used by the individual or entity to whom it is addressed. If you are not the addressee indicated in this message (or are responsible for delivery of the message to such person), you must not disclose, disseminate, distribute, deliver, copy, circulate, rely on or use any of the information contained in this transmission. we apologize if you have received this communication in error; kindly inform the sender accordingly. Please also ensure that this original message and any record of it is permanently deleted from your computer system. We do not give or endorse any opinions, conclusions and other information in this message that do not relate to our official business. “ --------------------------------------------------------------------- >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]