Ketika saya membaca cerita ini rasanya mo nangis .........kok ada ya seorang ibu tega berbuat sedemikian rupa ?????????
Rifa wrote: > aduh..... saya langsung mual pas baca apa yg dilakukan sang ibu thd anaknya > ini.... > ----- Original Message ----- > From: <[EMAIL PROTECTED]> > To: <[EMAIL PROTECTED]> > Sent: Wednesday, April 07, 2004 3:51 PM > Subject: Re: [balita-anda] Child Abuse (2) > > > > > CHILD ABUSE = Penganiayaan Anak > > (Kisah KEZIA) > > > > Sebetulnya saya enggan menceritakan kejadian Kezia karena kisah gadis > > kecil ini sangat mengoyak perasaan saya. Selama pelayanan belasan tahun > > baru kali ini ada kisah yang sangat membekas di hati..... > > Namun hari ini, ketika buku "A Child Called 'It'" (terbitan > Gramedia) - > > kisah nyata kehidupan pengarangnya Dave Pelzer ini selesai saya baca, > wajah > > Kezia menar-nari di benak saya. Buku ini adalah bagian pertama dari > > trilogi > > kehidupan Pelzer, bagian kedua "The Lost Boy" dan ketiga "A Boy Named > Dave" > > mengisahkan pengalaman kehidupan Dave yang penuh kebrutalan dan menyisakan > > kebencian yang sangat dalam. Namun, karena keinginan untuk "hidup" > > akhirnya > > membuat Dave yang lepas dari cengkraman ibu kandungnya menjadi seorang > > 'Outstanding Young Persons of the World = Orang yang Mandiri' > > (salah satu penghargaan yang diterimanya di Kobe, Jepang) atas upayanya > > meningkatkan kewaspadaan akan perlakuan kasar terhadap anak-anak dan > > pencegahannya. > > Dan, saya berdoa agar ketika Kezia besar nanti, ia juga bisa menjadi 'an > > outstanding Young woman'.... > > > > ------------- > > Wanita ini dibawa ibu angkat saya ke rumah, namanya Kia, seorang janda > > muda sekitar 30 tahunan dengan anaknya Kezia, 6 tahun. Kia langsung > dengan > > berani mengutarakan agar minta dikenalkan pria baik-baik karena merasa > > sulit > > hidup di Jakarta tanpa pekerjaan, sedangkan tabungannya mulai terkuras > > untuk > > biaya hidup. Jujur, saya tidak bersimpatik - mana ada pria baik-baik mau > > langsung menikah dalam waktu 1 bulan ? Ibu angkat saya akhirnya bercerita > > bahwa perkenalan mereka dimulai ketika Kia sedang memaki-maki Kezia > > sehingga > > menarik perhatian tetangga. Karena iba, ibu angkat saya sering mengajak > > Kezia ke rumahnya yang cuma terpisah 20 meter (beberapa rumah). Anak itu > > tidak pernah sarapan pagi, ia hanya diberi uang Rp 1000,- seitap hari > untuk > > makan siangnya, terserah Kezia mau membeli apa sewaktu pulang sekolah, > > itulah jatahnya setiap siang. Malamnya paling-paling ibunya hanya > > membelikan sebuah roti dari abang tukang roti yang setiap sore lewat di > > depan gang mereka. Sampai suatu ketika Kezia berteriak-teriak hebat > karena > > ibunya memaksa dia memakan belerang ! Sejak itu Kezia 'dipelihara' ibu > > angkat saya, anak itu dijemput setiap pagi untuk dimandikan, diberi > sarapan > > dan diantar ke sekolah. Siang hari pembantu ibu angkat saya menjemput > > Kezia, makan siang dan makan malam di rumah mereka sebelum dikembalikan > > kepada ibunya... > > Singkat cerita, Kia yang bertetangga dengan ibu angkatku ini akhirnya > > memilih "Biro Jodoh" dan berhasil menggaet seorang pria. Belum genap > > perkenalan 1 bulan, pria ini, Boy sudah hidup bersama di rumah kontrakan > > Kia. Ternyata Boy seorang masih berstatus 'suami orang', dan kerjanya > > hanya > > berburu. Modal Boy adalah bodynya yang atletis dan rayuan yang gombal > > ( Sejak Boy tinggal bersama Kia, maka Kezia pun dilarang bermain ke > rumah > > ibu angkat saya lagi, anak itu semakin hari semakin kurus... Beberapa > > tetangga sering mendengar Kezia menangis malam hari, namun tak seorangpun > > berani menolongnya. > > > > Suatu pagi ibu angkat saya menelpon, kedengaran sangat letih. Beliau > > bercerita bahwa kemarin seharian meladeni Kia yang sedang stressed berat, > > kecewa dan menyesal hidup bersama Boy, dan minta tolong ibu angkatku > > mengusirnya... Seharian Kia menangis dan menjelang malam tiba-tiba dia > > lebih histeris !! Dia berteriak-teriak dan mulai menyerang dan mencoba > > memukul beberapa orang di rumah ibu angkat saya, sehingga mereka > > berkali-kali mendoakannya. Jam 11 malam Kia pulang ke rumahnya, tetapi > jam > > 2 subuh ia kembali menggedor-gedor rumah ibu angkatku sehingga mereka ikut > > tertekan dan tidak bisa tidur... Saya menyarankan ibu angkatku tidur saja > > di rumahku, dan merekapun suami istri mencoba beristirahat di rumah pada > > siang harinya. > > Namun sorenya dalam perjalanan pulang, hape saya berdering, ada suara > > jeritan, tangis dan panik dari keponakan ibu angkat saya ,"Oma suruh > > cepetan > > deh langsung aja ke sini, penting !!! Aduh, kasihan Kezia..." Di tol > yang > > macet saya menduga-duga, entah apa yang terjadi, jadi saya menelpon ke > > rumah. Pembantu menceritakan bahwa jam 5 sore tadi ibu angkat saya (yang > > biasa dipanggil "Oma") ditelpon untuk segera pulang, karena ada kejadian > > penganiayaan terhadap Kezia... hanya dikatakan 'berdarah' ! > > Turun dari tol saya langsung ke rumah Oma, sudah hampir jam 7 malam > > saat > > itu, dan langsung beliau keluar sambil menggendong Kezia. Aah... gadis > > kecil itu semakin kurus, kecil dan pucat dengan senyum 'ompong'nya yang > > khas > > ;-) Kami langsung membawanya ke Medikarya karena ada bercak darah di > > celana > > dalamnya, dan dokter hanya memberikan 3 butir antibiotik, jika pendarahan > > tidak berhenti besok siang agar dibawa kembali. > > > > Keziapun di bawa ke rumah, dibaringkan di kamar anak saya Gaby. > Mereka > > sepantaran, Gaby 1 th lebih besar, tapi berat badan Kezia hanya 16 kg, > > sedangkan Gaby 25kg, alangkah kontrasnya. Matanya kosong, dan ibu angkat > > saya mengajak saya keluar, sambil menangis beliau bercerita : > > "Kia ngamuk lagi, dia marah-marah terus sampai sore. Pas Boy lagi > > masak, Kia malah keluar dari kamar dalam keadaan telanjang, tapi Boy diam > > aja. Merasa dicuwekin, Kia nyamperin Kezia yang lagi main diluar, > langsung > > ditarik anak yang kurus ini dan ngak tau setan dari mana yang lewat, > > tangannya dimasukin ke kelaminnya Kezia.... " Ibu angkatku berhenti di > > situ, > > dan mulai menangis lagi... "Tetangga pada datang, karena pagar dikunci, > > terpaksa hansip lompat masuk dan bawa Kezia keluar, tapi kasihan tu anak > > gak > > ada yang berani nolong. Akhirnya dibawa kerumah kami..." Mendengar itu > > rasanya seluruh tubuh saya tambah letih.. tapi saya ada tugas lagi malam > > ini karena besok ada pesta ulang tahun dan beberapa hal harus saya > > kerjakan, > > jadi saya pamit sebentar ke Goro sekaligus membeli pampers untuk Kezia. > > Belum selesai berbelanja, ibu angkat saya menelpon lagi, "Ai, cepat > > pulang - anak ini harus dibawa ke rumah sakit !" Saya langsung membayar > > belanjaan yang ada dan segera pulang lagi, ternyata Kezia mulai mengalami > > pendarahan... Ketika ingin 'pipis' Kezia digendong Oma, dan mereka berdua > > terkejut karena beberapa potong darah keluar bersama pipisnya, Kezia panik > > ! > > "Omaaa.. banyak daraaahh !!!" anak itu menjerit dan menangis, shock sekali > > melihat darahnya sendiri. Begitu dibaringkan, sebentar saja pakaiannya > > sudah tembus darah... Segera saya pakaikan pampers dan bawa ke Ongko > > Mulyo. > > > > Tiba di bagian Gawat Darurat sudah jam hampir jam 10 saat itu, dokter > > jaga kelihatan sangat terkejut begitu membuka pampers, darah dan > > potongan-potongan darah sudah penuh... Aduuh... saya langsung keluar > > sebentar, berdoa, gak tahan... > > > > > > "Omaaa.. banyak daraaahh !!!" anak itu menjerit dan menangis, shock sekali > > melihat darahnya sendiri. Begitu dibaringkan, sebentar saja pakaiannya > > sudah tembus darah... Segera saya pakaikan pampers dan bawa ke Ongko > > Mulyo. > > > > Tiba di bagian Gawat Darurat sudah jam hampir jam 10 saat itu, dokter > > jaga kelihatan sangat terkejut begitu membuka pampers, darah dan > > potongan-potongan darah sudah penuh... Aduuh... saya langsung keluar > > sebentar, berdoa, gak tahan... Begitu saya masuk, dokter jaga juga ikut > > bingung mau dibawa ke mana, dokter anak, dokter kandungan atau dokter > bedah > > ?? (Saat itu saya berusaha kontak BuLe & Om Djok minta no tel tempat > > praktek Mbah Eddy, terima kasih buat perhatiannya, sangat berarti apalagi > > sedang panik ;-)) > > Akhirnya kami disuruh naik ke Ruang Bersalin, ada 2 orang suster di > > sana. > > Jam 11 malam seorang dokter kandungan datang, ketika beliau memeriksa > Kezia > > wajahnya terkejut dan meringis. Pampers yang kedua ini dibuka, sudah > mulai > > 'memerah' lagi... Dokter tersebut menggeleng-gelengkan kepala sambil > > beberapa kali menarik nafas dengan apa yang dia lihat, kemudian berusaha > > membersihkan kemaluan Kezia. Kami berdua berdoa, jangan sampai anak ini > > pingsan, darah yang keluar sudah sangat banyak.... Kezia yang 'ceriwis' > > terus memperingatkan dokter, "Hati-hati ya Om Dokter, sakit !! Aduh, > > jangan > > sebelah situ, di situ banyak darahnya... !" sambil beberapa kali meronta. > > "Iya.. iyaaa.... Om Dokter pelan-pelan aja ya, kalau sakit gak apa-apa > > Kezia ingetin Om, ya..", Dokter tersebut pun dibuat 'lemas' dengan > kondisi > > Kezia. Akhirnya dokter memanggil kami, lalu kami menceritakan peristiwa > > yang terjadi dan beliau minta saya menanda-tangani surat persetujuan > > operasi > > karena anak ini harus dioperasi malam ini juga !! > > Jam 11.30 Kezia dibius dan anak ini masuk ruang operasi, ditangani > > dokter kandungan, seorang dokter bedah dan ke 2 suster. Selama sekitar 45 > > menit kami menunggu dan berdoa dengan cemas, kami sadar telah 'lancang' > > membiarkan anak 'orang lain' dioperasi namun nyawanya perlu diselamatkan. > > Tuhan Yesus tolong campur tangan, kami percaya Tuhan yang sudah memberikan > > Kezia kekuatan, jika tidak pasti sudah pingsan. Sebab kami pernah > menangani > > seorang ibu yang pendarahan dan jatuh pingsan. Jadi kami percaya > > penyertaan > > Tuhan sungguh luar biasa atas Kezia... Dokter keluar dan berkata, "Sudah > > selesai, sudah bagus, sebentar lagi Kezia keluar. Besok pagi saya kesini > > kontrol lagi." > > Sepuluh menit kemudian seorang suster memapah Kezia keluar dan > membaringkan > > ke ranjang semula. Anak itu masih belum sadar... Suster berkata, "Lima > > puluh dua jahitan, Bu - luka nya cukup dalam, jari-jari maminya pasti > > panjang-panjang". Aduuh... saya langsung menangis sesenggukkan.. Kezia > > yang malang.... Kami berdua terus terisak sambil menatap Kezia, dan > suster > > mulai > > memanggil namanya dan menekan ruas jempolnya agar Kezia bangun. Begitu > > Kezia merintih, suster berkata 'dia sudah mulai sadar'. Menjelang pukul 2 > > subuh, sebelum saya pulang, kami berdoa... Tapi berat sekali memulainya, > > saya langsung peluk anak itu dan menangis lagi... "Tuhan Yesus, ubahkan > > keburukan ini menjadi kebaikkan untuk masa depan Kezia. Berikan > > pertolongan > > dan kekuatan agar Kezia mampu melewati masa sulit ini, jadikan dia kelak > > seorang gadis yang takut akan Tuhan dan mengampuni orang tuanya...." > > Keesokan harinya, Puji Tuhan sesudah kontrol dokter, jam 11 siang > Kezia > > sudah diijinkan pulang, Kezia yang 'kenes' mencium suster satu persatu, > > mata > > merekapun berkaca-kaca. Kezia dengan manis mengucapkan terima kasih pada > > Om > > dokter yang sangat terkesan dan berpesan pada kami, jika anak ini tidak > > dikembalikan pada ibunya, ia bersedia mengangkat Kezia sebagai anaknya.... > > Bon yang tertera untuk jasa dokter dan operasi adalah "O" - kami hanya > > membayar sewa kamar dan obat-obatan. Luar biasa, terima kasih Tuhan Yesus > > atas pertolonganMu. > > Kezia langsung dibawa ke rumahku agar tidak bertemu dengan maminya. > > Gaby suka cita sekali karena ada teman sekamar dan teman bermain dan > > "berantem" ;-) Selama 1 minggu penuh Kezia di rumah, setiap malam kami > > bercerita dan saya mendapati anak ini luar biasa, banyak > > pertanyaan-pertanyaannya yang "jarang" ditanya oleh anak > > seusia dia. Misalnya Kezia bertanya tentang "Pohon Kehidupan", tentang > > "Akhir Zaman"... Tapi ada kalimat yang tidak pernah saya lupa ketika dia > > berkata, "Tante, aku ini malang banget ya ! Aku ngak tau papa ku ke mana. > > Masa' punya mama malah aku dicekoki belerang terus, apalagi sekarang > > aku dibikin begini... Kan aku anak yang dilahirin mami sendiri ?! Aku gak > > mau ketemu mami lagi ya, Tante... " Saya memeluknya dan berkata, "Mami > > Kezia lagi stress, jadi iblis yang menguasai dia. Pokoknya Kezia gak > perlu > > ketemu mami dulu, tapi Kezia juga harus doain mami biar cepat sembuh ya !" > > Hhhhhh....... > > Kami menghubungi orang tua Kia di Ja-Tim, ketika mereka tiba di > > Jakarta, > > langsung menghubungi RS Gatot Subroto yang dengan beberapa petugasnya > > segera > > menyergap Kia, memberikan suntikan penenang lalu membawanya kebagian > > 'jiwa'. > > Mereka juga menghubungi beberapa hamba Tuhan tempat di mana Kia bergereja. > > Kami sama sekali tidak berhubungan dengan Kia yang ditangani oleh > > keluarganya. Kami cuma minta agar Kezia tidak tinggal bersama maminya > > lagi. > > Ketika mereka membezoek Kezia di rumahku, tak urung om dan tantenya > > menangis > > ketika melihat betapa kecil dan kurusnya anak itu... apalagi mendengar > > peristiwa yang menimpanya ;-( Begitu tau keluarga maminya datang, tubuh > > Kezia langsung bergetar dan berteriak "Aku gak mau balik sama mami!! Aku > > gak mau balik sama mamiii !! Oma tolong Kezia, Tante tolong Kezia... " > > Traumanya sangat dalam... 2 hari pertama Kezia sempat mengigau dan > > berteriak-teriak... Namun, kami menenangkan Kezia dan berjanji bahwa dia > > tidak akan dipertemukan dengan ibunya. Bahkan kami sempat "mengancam" > > kepada keluarga Kia jika mereka mempersatukan Kia dengan Kezia lagi, maka > > kami akan membawa kasus ini ke pihak yang berwajib. > > > > Di rumah kami Kezia selalu makan dengan lahap, apa saja di'sikat' > tanpa > > bekas karena sejak "papa Boy" di rumahnya, Kezia mulai makan roti sepotong > > lagi setiap harinya. Kalau papa Boy sedang baik, baru "masakin supermi" > > ;-(( Kezia > > mendapatkan perhatian khusus ibu gurunya, karena anak itu selalu datang > > terlambat, tak pernah sarapan, tidak sempat mandi, karena mama & papa Boy > > selalu bangun kesiangan. Minumpun terpaksa meminta, bekalnya hanya Rp. > > 1000,- untuk makan siangnya. Untuk sekolah di wilayah Kelapa Gading uang > > itu hanya dapat membayar sepotong kue yang 'sangat' kecil... > > Oleh sebab itu saya sempat emosional ketika Om dan Tantenya keberatan > > merawat Kezia, mungkin yang kemarin itu airmata buaya ! Mereka akhirnya > > menceritakan kondisi Kia & mantan suaminya, kasus cerai keluarga ini > > berbuntut panjang dan melibatkan seluruh keluarga di pengadilan, sehingga > > mereka tidak pihak mantan suami menemukan Kezia ada di Ja-Tim. Kezia > > sempat > > 'terombang-ambing' selama 1 bulan, kami sudah mendapatkan orang tua asuh > > untuk Kezia sebetulnya - namun akhirnya Nenek Kezia turun > > tangan dan minta agar cucunya disekolahkan di sebuah asrama di Ja-Tim, > > sehingga mereka tetap bisa mengawasi Kezia. > > > > Ketika Kezia dijemput tantenya, ibu angkat saya dan pembantu di rumah > > meneteskan airmata, berpesan agar Kezia menjadi anak yang baik dan tetap > > rajin berdoa. Saya membelikannya sebuah kitab Suci Anak-anak yang sangat > > dia sukai dan sebuah kaset rohani yang sering dinyanyikan berdua Gaby. > > Kami > > juga merasa kehilangan Kezia, tapi bersyukur karena anak itu mempunyai > > kesempatan lebih baik jika dipisahkan dengan ibu kandungnya.... > > > > Peristiwa ini sudah berlalu 9 bulan. Cerita child abuse mungkin bisa > > kita temui di banyak sudut-sudut kehidupan. Keluarga yang miskin, kemelut > > ekonomi, tingkat stress tinggi, terlalu banyak anak, perceraian, dlsbg > > alasan bisa diangkat. Namun, seorang anak memiliki hak nya untuk hidup. > > Ia > > tidak pernah tau mengapa harus dilahirkan dalam "kemalangan" ? Jika anak > > itu boleh memilih, tentu dia ingin ada di tengah keluarga yang bahagia, > > yang > > > > membuatnya mampu bersyukur dan bertumbuh dengan wajar, serta tidak > > "mengutuk > > hari jadinya"... > > ------------------ > > > > Sebagai penutup, saya kutip lagi tulisan di bawah ini untuk kita renungkan > > bersama : > > > > Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki > > Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi > > Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah > > Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri > > Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri > > Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian > > Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah > > > > Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri > > Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri > > Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai > > Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai > > Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri > > Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan > > Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan > > Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar > kebenaran > > dan keadilan > > Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan > > Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam > > kehidupan > > Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan > pikiran > > > > Dorothy Law Nolte > > > > > > ," > > DISCLAIMER : > > > > "The information contained in this communication (including any > attachments) is privileged > > and confidential, and may be legally exempt from disclosure under > applicable law. It is > > intended only for the specific purpose of being used by the individual or > entity to whom it is > > addressed. If you are not the addressee indicated in this message (or are > responsible for > > delivery of the message to such person), you must not disclose, > disseminate, distribute, > > deliver, copy, circulate, rely on or use any of the information contained > in this transmission. > > > > we apologize if you have received this communication in error; kindly > inform the sender > > accordingly. Please also ensure that this original message and any record > of it is permanently > > deleted from your computer system. We do not give or endorse any opinions, > conclusions and > > other information in this message that do not relate to our official > business. " > > > > > > > > --------------------------------------------------------------------- > > >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ > > >> Info balita, http://www.balita-anda.com > > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > > > > > > --------------------------------------------------------------------- > >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ > >> Info balita, http://www.balita-anda.com > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
--------------------------------------------------------------------- >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]