SURAT DARI BAGHDAD

 


Asslamu'alakum Wr. Wb.

Salam sejahtera buat sahabat-sahabat semua di mana pun antum berada, semoga
antum berada dalam keadaan sehat wal'afiat dalam lindungan Allah SWT. 

Selanjutnya perkenankanlah saya santri alumni Lirboyo yang sekarang sedang
berada di negara dalam penjajahan AS dan para sekutunya, ingin menyampaikan
beberepa Informasi yang berkenaan dengan suasana “setahun Iraq dalam
Cengkraman penjajah” dan kisah nyata tentang pembantaian saudara-saudara
kita yang berada di kota Falujah. 

Seperti kita ketahui setahun sudah Iraq jatuh kedalam kekuasaan AS dan
sekutunya dan setahun itu pula rakyat Iraq semakin bertambah penderitaannya
setelah 13 tahun dalam himpitan embargo,dengan alasan tuduhan sebagai negara
berbahaya yang mengembangkan Ashlihah Damar 
Assyamil (senjata pemusnah masal) dengan pemeran utama “SADDAM HUSAIN”.

Kini semua tuduhan itu belum juga terjawab kendatipun Iraq telah jatuh dan
Saddam telah tertangkap, bahkan AS dan sekutunya semakin kerasan dan enggan
untuk hengkang dari negara peradaban tertua Dunia ini. 

Sudah barang tentu siapapun yang negaranya dijajah, kekayaan alam dan
sejarahnya dikuras habis tidak akan tinggal diam, maka kemudian munculah
berbagai gerakan (muqowwamah) perlawanan untuk mengusir para penjajah,
seperti yang kini terjadi di kota-kota besar di penjuru Iraq. Baghdad
terkenal dengan gerakan “Anshorul Mujahidin”, Bashrah dengan gerakan “Jaes
Altahrir”, dan Najef dengan gerakan Muqtada Sadr dengan julukan “Jaes Al 
Mahdi”.

Perlu diingat bahwa gerakan gerkan perlawanan ini bukan karena pengikut
Saddam dan kader-kader partai Baath melainkan mereka adalah patriot bangsa
yang ingin merebut negaranya dari tangan penjajah. Memunculkan berbagai
perlawan dengan jalan gerilya. 

Pergolakan demi pergolakan ini muncul akibat siasat politik AS yang semakin
sewenang-wenang mengatur dan membikin undang-undang sesuai kebutuhan mereka.
Iraq yang mayoritas penduduknya beragama Islam merasa diinjak-injak
kedaulatannya. Di samping itu AS sangat diktator sekali dalam mengatur
kebebasan dalam menyampaikan ungkapan di muka umum padahal katanya misi AS
datang ke Iraq ingin membebaskan rakyat dari pemimpin diktator namun apa
dinyana demokrasi yang di tawarkan AS adalah demokrasi untuk bebas membunuh,
merusak moral dan menghancurkan negara. Seiring dengan itu sudah tidak
terhitung para Ulama dan Khotib masjid yang di tangkap akibat penyampaianya
kepada para jamaah yang berkaitan tentang “Jihad”. 

Kemudian pada saat 10 hari terakhir ini muncul tragedi banjir darah di kota
Falujah, 50 Km dari ibu kota Baghdad. Tragedi itu bermula saat seorang Syech
masjid “Abdurrahman Bin Abdul Aziz “ di kota Falujah, menyampaikan seruan
jihad dalam Khutbahnya, dan berakhir dengan penangkapan beliau dan seluruh
para anggota keluarganya. Hingga membuat marah segenap warga kota itu.
Disusul dengan berbagai aksi serangan oleh para pejuang Iraq yang banyak
menewaskan pasukan AS dan diiringi peristiwa pembunuhan terhadap 4 warga
sipil AS yang sedang berada di kota itu. Mereka berempat diarak rame-rame,
kemudian digantung di sebuah jembatan dan dibakar, bangkainnya dibuang
begitu saja. Kejadian ini sebagai pelajaran pahit bagi pasukan AS yang
sangat sewenang-wenang terhadap rakyat sipil.

Namun aksi perlakuan para penduduk kota yang mayoritas bemadzhab Sunni itu
dibalas dengan dengan pembantaian paling keji pada awal-awal perang di abad
modern ini. Luncuran roket yang berhamburan dari pesawat F 16 bak hujan api
membumi hanguskan kota itu. Bayangkan …. tidak kurang dari satu minggu dalam
serangan itu sudah menewaskan 700 lebih para Syuhada bahkan ada kisah kisah
yang sangat memilukan dari pembantain itu menurut cacatan dari dokter rumah
sakit setempat sekitar 170 wanita, 200 lebih anak-anak, dan para lanjut usia
yang syahid. Mereka tidak sempat mengamankan diri saat serangan itu
berlangsung. Serangan itu juga melukai sekitar 1250 orang lebih, seperti
yang dituturkan seorang teman di kampus yang berasal dari kota itu. Di
antara korban tragedi Falujah itu terdapat seorang ibu yang hamil tua
perutnya hancur tertembus roket, dan yang paling menyedihkan kebanyakan di
antara korban Falujah itu anak-anak yang masih balita.

Banyak mayat para syuhada sampai belum sempat dikuburkan 3 hari 3 malam,
saking banyaknya korban atas serangan itu. Di masjid Abdurrahman Bin Abdul
Aziz sekitar 40 orang tewas, ketika mereka melaksanakan Sholat Dzuhur.
Menurut pihak pasukan AS ada seorang bersenjata yang masuk ke Masjid itu.

Sementara sampai informasi ini saya sampaikan keadaan masih dalam suasana
perang, hissor terhadap kota Falujah membuat masyarakat kota itu semakin
menderita karena segala fasilitas bahan makanan dan obat-obatan semakin
susah didapat. Bahkan hanya untuk mendapat kan sepotong roti dalam sehari
saja sangat sulit ditemukan. Karena posisi kota itu terpisah dari kota yang
lainnya seperti Romadi, Ba'qubah dengan padang pasir, maka dengan sangat
mudah pasukan AS dan sekutunya dapat mengepung kawasan kota itu.

Perang pun masih berlangsung bukan hanya di kota Falujah saja, kini meluas
ke berbagai penjuru kota di Iraq, seperti di Baghdad sendiri di kawasan
A’dhamiya (wilayah yamg berbasis Sunni tempat para mahasiswa Indonesia
tinggal) setiap hari terdengar tidak kurang dari 20 kali ledakan bom. Aksi
perlawanan terus belangsung seperti terlihat kemaren AS mengobrak abrik
tempat asrama kuliah Da'wah di masjid “Jami’ Imam Abu Hanifah”. Mereka
menghancurkan dinding halaman masjid itu dengan sebuah tank. Mereka berdalih
mencari para Mujahidin dan senjata-senjata yang disimpan .

Di kota Najef, kota suci bagi orang-orang Syiah muncul aksi perlawanan yang
di pimpin langsung oleh Muqtada Sadr seorang Imam yang sangat disegani bagi
orang Syiah yang terkenal dengan pasukan Al-Mahdi-nya.

Aksi perlawanan yang di lakukan oleh para pejuang ini sudah barang tentu
membuat pasukan AS dan sekutunya semakin kewalahan dan banyak menelan
kerugian baik harta maupun nyawa. sungguh di luar dugaan apa yang kita lihat
di berita media TV atau pun koran, kerugian AS dan sekutunya hanya beberapa
orang saja. Berita itu sungguh jauh dari kenyataan yang ada di lapangan.

Mujahidin melalui selebaran yang dibagikan rutin seusai sholat Jum'at
sebagai laporan terhadap masyarakat, bahwa setiap minggunya mereka berhasil
menjatuhkan tidak kurang dari 10 helikopter 20 tank dan menewaskan 50
pasukan AS. Tapi yang ada dalam berita yang tewas hanya satu atau dua saja
dari pasukan AS. Apalagi sekarang setelah berkobarnya perlawanan
besar-besaran, tak terhitung tank AS dan mobil trailer yang membawa
senjata-senjata berat yang hancur di pinggir-pinggir jalan. Itu sudah barang
tentu kerugian harta bagi pasukan AS dan koalisi sangat banyak, hingga kini
AS terus meminta bantuan pasukan-pasukan baru yang di datangkan dari
Amerika. Namun yang membuat ngeri bagi para mujahidin adalah munculnya para
sniper AS, yang disebar di kota-kota yang sedang berkecambuk.

Keadaan Iraq sendiri samapai saat sekarang masih dalam keadaan mencekam
sekolah-sekolah masih diliburkan walapun kegiatan hidup sehari hari masih
berjalan seperti biasa dan terkendali.

Sampai kapan keadaan seperti ini terus akan berlangsung? Tuduhan apalagi
yang digunakan AS? Setelah Iraq jatuh dan Saddam Husain tertangkap serta
senjata Damar Syamil tidak bisa di buktikan? Apakah semua ini awal dari
penjajahan baru dalam abad modern, dan harapan bagi orang Yahudi untuk
kembali pada tanah Babil “minan Niil ilaa furaat” untuk menciptakan negara
Yahudi Raya.

Dan Pemimpin Arab, mereka hanya bungkam sejuta kata dan diam seribu bahasa.
“Aenaa Anntum Ru'asa Al Arab wa Muslimin????!!!!!!!!!!!!!!!!!…….

Akhirnya saya hanya bisa memohon pada sahabat-sahabat, sumbangkan do’a antum
semua buat saudara kita yang ada di Iraq. Allahumma unsurr mujahidiina fil
Iraq wa fii kulli makan, Allahumma tsabbit aqdaamahum wasyaddid romyahum wa
dammir a’daahum war ham syuhadaahum wasyfii jariihahum. Amiiin.

Wassalamu'alaikum wr. wb.

Ahmad Fauzan, Lc.
(Mahasiswa Univ. Baghdad)

 

 

Kirim email ke