Thanks ya atas informasinya, besok saya mau ajak anak saya imunisasi...

> ----------
> From:         Nasrul[SMTP:[EMAIL PROTECTED]
> Reply To:     [EMAIL PROTECTED]
> Sent:         29 Juni 2004 12:41
> To:   '[EMAIL PROTECTED]'
> Subject:      RE: [balita-anda] Imunisasi cacar/varicella
> 
> Imunisasi ini kalo nggak salah agak mahal biayanya .... anak saya pernah
> disarankan untuk imunisasi ini tapi nggak harus ...... biayanya kalo nggak
> salah saya pernah nanya temen kantor +/- 400.000 ..... dan sampai
> sekarangpun anak saya belum pernah diimunisasi jenis ini.
> 
> > ----------
> > From:       Hestiwulan[SMTP:[EMAIL PROTECTED]
> > Reply To:   [EMAIL PROTECTED]
> > Sent:       29 Juni 2004 10:31
> > To:         [EMAIL PROTECTED]
> > Subject:    RE: [balita-anda] Imunisasi cacar/varicella
> > 
> > Moms,
> > 
> > mau tanya nih, kira2 berapa sih biaya imunisasi cacar/varicella. Soalnya
> > rencananya minggu ini anak saya mau imunisasi itu. Thanks sebelumnya
> atas
> > infonya.
> > 
> > Mamanya Gusti
> > 
> > > ----------
> > > From:     Rifa[SMTP:[EMAIL PROTECTED]
> > > Reply To:         [EMAIL PROTECTED]
> > > Sent:     29 Juni 2004 9:49
> > > To:       [EMAIL PROTECTED]
> > > Subject:  [balita-anda] PLUS-MINUS VAKSIN KOMBINASI
> > > 
> > > PLUS-MINUS VAKSIN KOMBINASI
> > > 
> > > Vaksin kombinasi sebenarnya bukan hal baru bagi kita. Kita mengenal
> ada
> > > vaksin DPT untuk menangkal penyakit difteri, pertusis, dan tetanus.
> > > Baru-baru ini, telah muncul vaksin kombinasi lain bernama
> Infanrix/HiB.
> > > Apakah vaksin kombinasi itu, dan sejauh mana plus-minusnya dijelaskan
> > > dalam tanya jawab dengan Prof. DR. dr. Sri Rezeki Hadinegoro,
> Sp.A(K).,
> > > dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta berikut ini. Beliau adalah
> Ketua
> > > Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. 
> > > 
> > >  Apa itu vaksin kombinasi? 
> > > 
> > > Vaksin kombinasi merupakan beberapa vaksin (antigen) yang digabung
> > menjadi
> > > satu. 
> > > 
> > > Negara mana saja yang sudah menerapkan vaksin kombinasi? 
> > > 
> > > Di dunia penggunaan vaksin kombinasi sudah menjadi tren global yang
> tak
> > > bisa dicegah lagi kehadirannya. Persentasi penggunaan vaksin kombinasi
> > > yang paling banyak yaitu di Eropa dan Amerika. Di Asia, seperti
> Malaysia
> > > juga sudah lama diterapkan. Sedangkan Singapura telah menggunakan
> > beberapa
> > > vaksin kombinasi seperti vaksin kombinasi DPaT/HiB, DpaT/Hepatitis
> > > B/Polio. Sedangkan di Indonesia sendiri, penggunaan vaksin kombinasi
> > baru
> > > kira-kira 25 persen. 
> > > 
> > > Mengapa vaksin-vaksin yang ada perlu dikombinasi? 
> > > 
> > > Ketimbang 40 tahun ke belakang, pada era globalisasi ini, jumlah
> > penyakit
> > > makin bertambah banyak sehingga kebutuhan akan vaksinasi pun semakin
> > > meningkat. Mau tak mau, jadwal suntikan dalam program imunisasi jadi
> > lebih
> > > banyak. Di Indonesia, pemberian imunisasi wajib adalah BCG 1 kali,
> > > DPT-Polio 3 kali, campak 1 kali, dan hepatitis B 3 kali. Sedangkan
> > vaksin
> > > anjuran antara lain MMR, tifus, cacar air, hepatitis A dan HiB.
> Berarti
> > > bayi hingga usia satu tahun perlu disuntik sebanyak 11 kali. Nah,
> untuk
> > > mempermudah atau menyederhanakan pemberian vaksin maka diciptakanlah
> > > vaksin kombinasi. 
> > > 
> > > Apa saja vaksin kombinasi yang sudah tersedia? 
> > > 
> > > Setelah ada vaksin DPT atau DPaT, MMR, DPT/Hepatitis B, vaksin
> kombinasi
> > > terbaru adalah gabungan antara vaksinasi DPaT dengan HiB yang disebut
> > > Infanrix/HiB. Vaksin kombinasi ini dapat memberikan perlindungan
> > terhadap
> > > 4 jenis penyakit berbahaya pada bayi, yaitu difteri, pertusis,
> tetanus,
> > > dan penyakit-penyakit akibat HiB. 
> > > 
> > > Vaksin Infanrix/HiB ini merupakan vaksin kombinasi yang sudah
> > mendapatkan
> > > izin dari BP-POM sejak Februari tahun 2004 dan telah ada di pasaran
> > sejak
> > > April 2004. Pemberian vaksinnya pun sesuai dengan jadwal imunisasi
> yang
> > > telah direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia. 
> > > 
> > > Apa beda DPT dan DPaT? 
> > > 
> > > Sebenarnya penyakit yang ditangkal sama yaitu difteri, pertusis dan
> > > tetanus. Hanya saja, vaksinasi DPT seringkali menimbulkan efek samping
> > > demam pada anak. Sedangkan vaksinasi DPaT, berkat kecanggihan
> teknologi
> > > kesehatan, dapat meminimalisasi risiko demam tersebut. Sampai
> sekarang,
> > > vaksin DPT tetap beredar di pasaran dan masih digunakan di sekolah,
> > > puskesmas, posyandu dan klinik praktik dokter. Sementara vaksin DPaT
> > > merupakan alternatif bagi bayi atau anak yang pernah menderita kejang
> > > demam, atau yang mempunyai penyakit saraf lainnya. 
> > > 
> > > Mengapa vaksin DPaT harus berkombinasi dengan HiB dan bukan vaksin
> > > lainnya? 
> > > 
> > > Karena vaksin DPaT mempunyai jadwal imunisasi primer yang hampir sama
> > > dengan jadwal imunisasi primer HiB. Vaksinasi DPaT pertama dilakukan
> > pada
> > > bayi usia 2-4 bulan. Suntikan ke-2 di usia 3-5 bulan dan ketiga saat
> 4-6
> > > bulan. Sedangkan jadwal imunisasi primer pertama untuk vaksin HiB
> adalah
> > > saat usia bayi 2 bulan, yang kedua di usia 3-4 bulan dan suntikan
> ketiga
> > > pada 4-6 bulan. Yang dimaksud vaksinasi primer adalah vaksinasi yang
> > > dilakukan di saat usia bayi kurang dari 12 bulan. 
> > > 
> > > Bagaimana keamanan vaksin kombinasi? 
> > > 
> > > Suatu vaksin dikatakan aman setelah melalui proses penelitian yang
> > > panjang. Begitu juga dengan vaksin kombinasi DPaT dan HiB. Penelitian
> > > tentang keamanan vaksin kombinasi sudah melalui proses selama 30 tahun
> > > lebih dan sudah terbukti aman diberikan kepada anak. 
> > > 
> > > Apakah vaksin kombinasi mengandung thimerosal yang dicurigai sebagai
> > > penyebab autisme? 
> > > 
> > > Vaksin Infanrix/HiB tidak mengandung thimerosal tapi mengandung zat
> > > pengawet 2-phenoksi-etanol agar tak terkontaminasi kuman. Sementara
> masa
> > > kedaluwarsa vaksin adalah dua tahun. Thimerosal sendiri merupakan
> suatu
> > > zat dari bahan merkuri yang dalam vaksin berfungsi mencegah
> pencemaran.
> > > Zat ini tak perlu ada pada vaksin yang dikemas untuk sekali pakai, dan
> > > juga tidak digunakan untuk jenis vaksin hidup karena cukup tahan lama.
> > > Kalau toh thimerosal digunakan pada suatu vaksin, kandungannya pun
> > sangat
> > > kecil. Jadi risiko merkurinya pada manusia sangat jauh lebih kecil
> > > ketimbang pada makanan misalnya ikan laut yang tercemar. Walaupun
> > demikian
> > > produsen vaksin tetap berupaya meniadakan thimerosal dalam vaksin atau
> > > menggantikan dengan zat lain, sesuai anjuran WHO. 
> > > 
> > > Apa saja keuntungan bila menggunakan vaksin kombinasi? 
> > > 
> > > 1. Mengurangi jumlah suntikan. Suntikan vaksin DPaT dan HiB yang
> > terpisah
> > > memerlukan 6 kali suntikan untuk imunisasi primer, nah dengan
> > Infanrix/HiB
> > > hanya perlu 3 kali. Suntikan pertama saat usia bayi 2 bulan, suntikan
> > > kedua waktu usia 3-4 bulan, dan suntikan ketiga pada umur 4-6 bulan.
> Ini
> > > berarti mengurangi trauma kesakitan pada bayi. 
> > > 
> > > 2. Hemat waktu. Tiap kali anak diimunisasi orang tua tentu perlu
> > > meluangkan waktu untuk membawa anak ke dokter. Adanya vaksin kombinasi
> > > dapat menghemat waktu dan juga tenaga untuk datang ke dokter. 
> > > 
> > > 3. Hemat biaya. Harga vaksin kombinasi yang sekitar 285.000 rupiah ini
> > > mungkin terkesan lebih mahal ketimbang vaksin-vaksin tunggal. Namun
> > kalau
> > > dihitung-hitung total biaya yang dikeluarkan untuk vaksin kombinasi
> akan
> > > lebih sedikit ketimbang vaksin DPaT dan vaksin HiB secara terpisah.
> > > Bukankah setiap kali datang untuk imunisasi ada biaya-biaya lain yang
> > > dikeluarkan. Misalnya, biaya transportasi, administrasi, dokter, dan
> > biaya
> > > vaksin itu sendiri. 
> > > 
> > > 4. Efek samping lebih kecil. Perlu digarisbawahi penggunaan vaksin
> > > kombinasi DPaT-HiB tidak menjamin seratus persen bahwa anak tak akan
> > > mengalami demam. Namun kalaupun ada efek samping demam, persentasenya
> > > sedikit sekali. Demikian pula halnya dengan reaksi lokal yang terjadi
> > > seperti bengkak, kemerahan dan rasa nyeri pada bekas suntikan. Jadi
> > secara
> > > umum, vaksin kombinasi DPaT-HiB memiliki efek samping yang jauh lebih
> > > rendah dibandingkan vaksin DPT dan HiB secara terpisah. 
> > > 
> > > 5. Risiko tertular penyakit berkurang. Pemberian imunisasi yang
> > satu-satu
> > > akan mempersering membawa anak berkunjung ke rumah sakit atau dokter.
> > > Padahal di sana terdapat pasien dengan berbagai penyakit yang membuat
> > anak
> > > berisiko tertular. Nah, dengan adanya vaksin kombinasi, kemungkinan
> itu
> > > jadi lebih kecil. 
> > > 
> > > Andaikata saat usia 2 bulan seorang bayi sudah diimunisasi DPT, lalu
> di
> > > usia selanjutnya orang tua ingin mengimunisasi anaknya dengan vaksin
> > > kombinasi, apakah ini bisa dilakukan? 
> > > 
> > > Boleh saja tak masalah. Begitupun sebaliknya. Tentunya orang tua sudah
> > > tahu mana yang lebih menguntungkan. Namun komunikasikan hal tersebut
> > > terlebih dulu dengan dokter yang ada. 
> > > 
> > > Bagaimana efektivitas vaksin kombinasi? 
> > > 
> > > Penelitian membuktikan, vaksin kombinasi DPaT-HiB menciptakan proteksi
> > > optimal terhadap difteri, pertusis, tetanus dan berbagai penyakit
> akibat
> > > bakteri HiB, yang sama baiknya dibandingkan vaksin DPaT dan HiB yang
> > > diberikan secara terpisah. 
> > > 
> > > Memang, tingkat kekebalan vaksin kombinasi DPaT/HiB lebih rendah
> > daripada
> > > vaksin DpaT dan HiB terpisah. Toh, bukan berarti tingkat kekebalan
> > vaksin
> > > kombinasi tidak bagus. Vaksin kombinasi tetap memberikan kekebalan
> atau
> > > antibodi pada tubuh dalam ambang garis kekebalan tubuh yang sudah
> > > ditentukan. Jadi, vaksinasi kombinasi DPaT dan HiB cukup untuk
> > > mempertahankan kekebalan tubuh dan melindungi tubuh sampai 5 tahun.
> > > 
> > > 4 PENYAKIT YANG DAPAT DITANGKAL VAKSIN KOMBINASI DPaT/HiB
> > > 
> > > Difteria 
> > > 
> > > Merupakan penyakit akibat infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae.
> > > Kuman tersebut masuk lewat hidung ke tenggorokan dan membuat semacam
> > > selaput yang makin lama melebar sehingga menyumbat jalan napas.
> > Bahayanya,
> > > bakteri ini juga memproduksi racun (toksin) yang dapat menyebar ke
> > seluruh
> > > organ tubuh seperti jantung dan sistem saraf. Pada kasus berat, kuman
> > ini
> > > dapat menyumbat jalan napas. Difteria sangat menular dan menyerang
> > > anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Penularannya terjadi melalui
> > percikan
> > > ludah dari udara pernapasan penderita. 
> > > 
> > > Pertusis atau Batuk Rejan 
> > > 
> > > Disebut juga batuk seratus hari atau whooping cough. Penyebabnya
> adalah
> > > bakteri Bordetella pertussis. Bakteri ini menghasilkan racun (toksin)
> > pada
> > > selaput lendir saluran napas yang merangsang pembentukan dahak yang
> > banyak
> > > dan kental. Bayi sangat sulit mengeluarkan lendir ini sehingga
> berisiko
> > > meninggal karena tak bisa bernapas. Gejalanya, bayi kecil tampak biru
> > dan
> > > kejang. 
> > > 
> > > Pertusis dapat ditemukan pada semua usia. Separuhnya pada anak di
> bawah
> > > usia 2 tahun dan terutama pada bayi-bayi di bawah 6 bulan.
> Ditularkannya
> > > melalui percikan air liur atau udara pernapasan penderita. Pada banyak
> > > kasus, pertusis anak ditularkan oleh orang tuanya yang ternyata
> seorang
> > > pengidap (karier). 
> > > 
> > > Tetanus 
> > > 
> > > Penyebabnya bakteri Clostridium tetani yang ada di alam bebas terutama
> > di
> > > tanah dan kotoran binatang. Tetanus sangat berbahaya jika mengenai
> bayi
> > > baru lahir. Biasanya terjadi saat pemotongan tali pusat dengan alat
> dan
> > > cara yang tidak steril. 
> > > 
> > > Gejala tetanus adalah kejang-kejang dan kesulitan menelan. Pada bayi
> > baru
> > > lahir tampak mulutnya yang mencucu, tidak dapat menetek, sehingga
> dapat
> > > mengakibatkan kematian. Untuk menekan angka penderita tetanus, ibu
> hamil
> > > perlu diberi vaksinasi suntikan TT dan para ibu juga perlu diajarkan
> > > bagaimana merawat tali pusat bayinya yang baru lahir dengan baik. 
> > > 
> > > Meningitis 
> > > 
> > > Penyebabnya adalah bakteri Haemophilus Influenzae tipe B yang sangat
> > > menular. Penularannya terjadi melalui udara dan kontak langsung dengan
> > > penderita. Gejalanya tidak spesifik. Penyakitnya hanya dapat diketahui
> > > setelah terjadi kerusakan pada selaput saluran pernapasan. Kerusakan
> > > tersebut ditandai dengan timbulnya demam, rinitis (peradangan selaput
> > > lendir hidung), sakit tenggorokan, batuk, lelah, nyeri otot dan
> kepala,
> > > muntah serta diare. 
> > > 
> > > Anak balita terutama bayi paling berisiko tertular penyakit ini. Meski
> > > pasien bisa disembuhkan, kemungkinan besar ia akan mengalami gangguan
> > > pendengaran, gangguan mental bahkan gangguan otak. 
> > > 
> > > Dedeh Kurniasih. Foto: Ferdi/nakita
> > > 
> > > 
> > 
> > ---------------------------------------------------------------------
> > >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
> > >> Info balita, http://www.balita-anda.com
> > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
> > 
> 
> ---------------------------------------------------------------------
> >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
> >> Info balita, http://www.balita-anda.com
> >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
> 

---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke