Mbak, dulu saya juga pernah punya pembantu yang model gini sebelum pakai BS. Dia yang ngurus anak saya sejak cuti saya habis. Orang juga cantik, kulitnya bersih. Apa yang saya ajarkan semuanya dilakukan dengan benar. Malah setiap pagi, begitu dengar anak saya nangis, dia langsung ke kamar saya dan mengambil anak saya. Diberi susu, dimandikan dan dijemur setiap pagi.
Tapi ternyata dibalik kerajinannya menjemur anak saya, merupakan kesempatan juga buat dia untuk mejeng dengan kuli2 bangunan yang kebetulan sedang bekerja di rumah sekitar. Pernah satu-dua kali sepulang saya pergi sebentar, ia sedang memberi susu anak saya di teras rumah dan diatas. Padahal saat itu hari panas. Saya bahkan menegurnya, bahwa saya nggak suka anak saya dibawa2 keluar rumah kecuali pagi hari. Dan alasan dia cukup tidak masuk akal, bahwa anak saya kegerahan (haaa..??? bukannya diluar malah lebih panas). Apalagi dikamar ada AC dan saya tidak pernah melarang untuk menggunakan AC. Usut punya usut ternyata dari tempat dia berdiri itu, bisa keliatan si tukang yang sedang bekerja. Begitupun dari teras atas. Ternyata si pembantu ini sudah berkenalan dengan si tukang pada waktu menjemur pagi anak saya. Tapi pada saat saya tanyakan dia nggak ngaku. Malah dia bilang tukang itu adalah temannya satu kampung. Dan di rumah sudah mulai ada laki2 yang suka telp2 dia. Suatu hari dia dapat telp dari Bapaknya yang mengabarkan ibunya terserang stroke. Karena kebetulan yang mengangkat adalah pembantu saya yang satu lagi (yang kebetulan satu kampung dengan dia dan masuknya pun barengan, kira2 baru 1 bulan) nah pembantu saya ini bilang ke saya, nggak mungkin itu bapaknya, karena kalau bapaknya pasti bilangnya bukan santi, tetapi nak' santi. Tapi karena setelah menerima telp itu pembantu saya si santi nangis berguling2an di kamarnya karena ibunya yang terserang stroke, ya otomatis saya percaya. Trus langsung dia minta ijin pulang sebentar. Besok paginya diantar oleh ibu saya ke terminal. Sempat sebelumnya dia menolak dengan alasan bisa sendiri. Tapi karena saya dan ibu saya takut dia salah bis, tetap kami antarkan. Ternyata di terminal itu sudah ada si tukang yang biasa kami liat di dekat rumah kami. Akhirnya setelah melarang dan tidak bisa, kami putuskan melepas si santi ini dengan sebelumnya tanda tangan di atas materai bahwa jikalau terjadi apa2 bukan tgg jawab kami lagi. Setibanya di rumah, barulah pembantu saya yang satu lagi (yang sekampung dg santi itu) bilang jangan2 si santi bohong. Dan lagi si tukang itu tidak satu kampung dengannya dan itupun juga baru kenal. Akhirnya kami coba cross check ke bapaknya santi (yang kebetulan kerjanya juga di Jakarta). Ternyata bukan dia yang telp, dan ibunya juga baik2 saja. Ya ampun... Dan pada saat itu juga pembantu saya yang satu lagi itu mengaku dan minta maaf, bahwa selama ini dia juga belom pernah bekerja. Apa yang disebutkan dulu bahwa dia pernah bekerja di Palembang itu hanya Santi yang mengarang agar dia dapat bekerja bareng. Tapi semuanya sudah kami maafkan. Karena yang satu ini terlihat kemauannya keras dalam bekerja, akhirnya dia tetap kami perbolehkan kerja dengan ibu saya. Jadi menurut saya Mbak, kalau memang sudah begitu lebih baik nggak usah dipakai, apalagi kalau Mbak bisa dapat ganti. Daripada makan ati, kalau kita tidak percaya sama seseorang karena dia tukang bo'ong kan juga nggak enak, Mbak. Maaf ya Mbak kalau jadi ngelantur kemana2. Regards, -Vita- ----- Original Message ----- From: "hilma astuti" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Monday, July 12, 2004 1:58 PM Subject: [balita-anda] Pembantu bohong anaknya meninggal > Kalau pembantu berbohong kalau anaknya meninggal demi untuk dibolehkan pulang kampung, apakah masih layak untuk terus dipekerjakan? > Sebelumnya dia juga udah membohongi saya dengan menelpon dari wartel, mengaku sebagai kakaknya prt saya dan bilang prt harus pulang karna anaknya sakit. tapi karna saya tau itu dia yg ngomong, saya nggak peduliin . cuma saya saranin, telpon ke yayasan aja kalau emang ada keluarga yg sakit.bisa pulang atau enggak, itu terserah yayasan. > Kemaren dia nangis nangis, katanya dapat telpon anaknya meninggal. cuma saya herannya, nangisnya nggak kayak nangis orang yg kehilangan anak. kayak nangis sandiwwara gitu. terus tsaya telpon yayasan, dan ternyata bohong, karna orang dari kampungnya barusan nelpon dan nggak ada berita gitu. > Sekarang dia saya bolehin pulang, pokoknya kalau memang anaknya meninggal, saya nggak dosa udah nahanin dia. > dia baru kerja 2 .5 bulan dan sebulan kerja dia uda pulang 3 hari dengan alasan anaknya sakit. > gimana baiknya ya apa tetap makai dia atau minta ganti aja. > > > --------------------------------- > Do you Yahoo!? > New and Improved Yahoo! Mail - Send 10MB messages! --- Outgoing mail is certified Virus Free. Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com). Version: 6.0.707 / Virus Database: 463 - Release Date: 6/15/04 --------------------------------------------------------------------- >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]