Mama Domi...

Hmmm kurasa si gak pa-pa ya...
Kan tadi aku sempet singgung sedikit :

"Paling tidak komunikasi ibu dengan anak, mbaknya terutama guru-gurunya
tetap diutamakan."
Kekhawatiran ibu terhadap anak dengan kejadian itu kurasa wajar, jadi jangan
takut untuk tetap komunikasikan dengan 
Gurunya untuk segala masalah dan problem yg Mama Domi rasa, baik itu
pelajaran, maupun lingkungan tknya.
Kurasa bukan protes ya... Mungkin bisa dibilang masukan dan inputan untuk
kenyamanan dilingkungan tk, bukan begitu bu?

Dan kurasa juga guru-guru cukup mengerti ko, apalagi kalo Mama Domi gak Cuma
sendiri ya.. Ajaklah, 1-2 ibu ibu lainnya 
Untuk membicarakan ini (maksudnya bukan demo lho bu.. Hehee...) kan ini
semua demi anak-anak kita juga.

Tapi kalo pilihan Mama Domi tetap ingin memindahkan anak ke sekolah lain,
silahkan, tapi bukan menutup kemungkinan
akan ada kejadian seperti ini lagi di tk yg lain?

Ini sekedar masukan ya... Kalo tdak berkenan ya abaikan aja

Salam
Mama Hazna & Naila



-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: 27 Juli 2004 17:19
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [balita-anda] Peraturan Taman Kanak-Kanak. (please sharringnya)


Mbak, aku pun sudah ngomong seperti yang  mbak katakam  ke Domi, aku bilang
kalau naik prosotan terus di dorong temen jatuh , kepala bisa berdarah dan
harus pakai betadine (Domi paling takut dengan bethadine) jadinya setengah
mengancam tapi mau gimana lagi ?, kalau Domi deket ayunan terus ayunannya
didorong kenceng-kenceng, Domi bisa kena terus jatuh terus yach harus pakai
betadine. Saat ini Domi ampuh dengan kata-kataku ini tapi apakah bisa
seterusnya ?, rasa ingin anak aku rasa berkembang terus, sewaktu-waktu dia
pasti ingin juga main seperti anak lain ....

Karena ada kejadian kemarin, teman sekelas Domi bocor kepalanya sampai harus
dijahit (aku belum tahu kelanjutan ceritanya) bikin aku stress berat,
makanya tadi pagi aku ke gurunya, aku pikir kalau aku langsung ke Kep Sek
kok ngelompatin gurunya seperti waktu Domi Playgroup dulu dan tadi gurunya
pun mengatakan kepadaku cukup sulit mengawasi anak sedemikian banyak dalam
satu arena bermain, aku ambil kesimpulan artinya gurunya sendiri sudah tidak
sanggup, seperti yang dikatakan oleh guru playgroupnya tahun lalu. Makanya
aku niat banget kalau sampai jam istirahat anak tidak boleh ditunggu
mbaknya, aku mau bicara dengan Kep Seknya langsung, kalau akhirnya tidak
berhasil apa boleh buat, aku harus cari TK yang lebih aman lingkungan
bermainnya mesekipun jauh dari rumah.

Kalau sudah kejadian, apakah sekolah bisa bertanggung jawab mengembalikan
otak anak yang geger otak karena jatuh dari prosotan tinggi ?

Aku rasa sich selama istirahat yang cuma sekitar 15 menit anak ditunggui
mbaknya tidak mengurangi kemandirian anak malah membantu untuk mengawasi
karena anak TK itu masih cukup sulit untuk diatur, apalagi kalau ada yang
hyperaktif yang main seruduk, main dorong. guru-guru aku lihat cuma 2 orang
yang mengawasi sekian banyak anak.

Kadang aku berpikir, apakah peraturan dibuat tanpa dasar yang dipikirkan
masak-masak, kalau gurunya saja merasa kesulitan artinya sama saja dengan
tidak ada jaminan untuk keaman anak bermain ?, itu yang akan aku utarakan ke
Kep Seknya nanti. Yang aku masih pikirkan benar enggak yach aku protes
demikian ?


Thanks yach mbak sharringnya.....

Salam,
Rita.-




> Mama Domi,
>
> Aku dulu juga pernah mengalami hal yang sama seperti yg Mama Domi 
> rasakan. Kebetulan aku sendiri sebagai ibunya yang mengantar (aku 
> bela-belain lho minta ijin untuk dateng siang kekantor demi anak). 
> Hari 1-3 masih diperbolehkan masuk tapi diluar kelas, begitu waktunya 
> istirahat aku selalu membuntuti anakku ketika bermain-main. Rupaya 
> guru-guru mungkin membaca pikiranku dgn berkata "Ibu jgn khawatir 
> anak-anak tetap kita awasi kok". Wah
> sempet kecut juga waktu guru-gurunya ngomong begitu.
>
> Ternyata pada hari ke 4 semua pengantar tidak diperbolehkan masuk oleh 
> kepala sekolah dengan alasan "ini semua demi anak-anak untuk 
> bersosialisasi dengan keadaan sekitar". Sebenarnya aku tidak tega 
> dengan keadaan tsb Melihat taman bermainnya (menurut aku agak rawan). 
> Ada ayunan berdempetan, perosotan yg agak tinggi, jungkang jungking,
> Ada panjatan berbentuk 1/2 lingkaran, dan mainan yg seperti komidi putar,
> hanya dengan beralaskan pelur semen.
>
> Melihat taman bermain seperti itu ada rasa takut sekali apabila anakku 
> jatuh, tapi mau gimana lagi? Akhirnya aku hanya melihat Dari luar 
> pintu gerbang dengan perasaan khawatir yg amat sangat. Untuk protes ke 
> kepala sekolah rasanya tak mungkin, peraturan tetap peraturan.
>
> Aku putar pikiranku gimana neh caranya ya? Akhirnya aku berinisiatif 
> dan ambil keputusan dengan "pemberikan pengertian kepada anak kita 
> sendiri". Contohnya : Nak, jangan terlalu tinggi mainan ayunannya 
> ya... Karena kalo tinggi2 nanti jatuh, kalo jatuh kepala bisa 
> berdarah, dan kita mesti kedokter, kalo kedokter nanti diobati, kan 
> sakit, makanya jangan tinggi2 ya...
>
> Ato...
>               Nak, kalo bermain jangan berebutan ya... Nanti kalo
berebutan sama 
> temen2 nanti jatuh dan bla bla....
>
> Dan alhamdullilah, dengan dikasih pengertian seperti itu, anakku cukup 
> bisa mengerti,
>
> Tapi tentunya masih tetap diawasi oleh kita dan mbaknya lho, 
> kontrollah setiap dia pulang sekolah, tadi belajar apa aja, main apa, 
> trus dgn teman2 gimana, dsb Paling tidak komunikasi ibu dengan anak, 
> mbaknya terutama guru-gurunya tetap
> diutamakan.
>
> Ok. Semoga sharingnya bisa bermanfaat, tapi kalo tdk sreg aku minta 
> maaf ya .....
>
>
>
> -----Original Message-----
> From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: 27 Juli 2004 16:18
> To: [EMAIL PROTECTED]
> Subject: [balita-anda] Peraturan Taman Kanak-Kanak. (please 
> sharringnya)
>
>
> Moms & Dads,
>
> Hari ini aku lagi stress nich, anakku Domi usia 3 tahun 9 bulan saat 
> ini sekolah di TK A yang dikelolah oleh yayasan Universitas Negeri 
> Jakarta (UNJ), kebetulan lokasinya dekat dengan rumah. Domi di sekolah 
> tsb sejak Playgroup. Untuk sistem pelajaran di TK tsb aku nilai cukup 
> baik dan tidak komersial, guru-gurunya pun cukup oke pendekatan dengan 
> anaknya sangat baik. Di sekolah tsb ada peraturan yang mengharuskan 
> pengantar anak keluar dari lokasi sekolah, aku sebenarnya tidak 
> keberatan dengan peraturan tsb asalkan
> tempat bermain anak aman untuk anak Playgroup dan TK dimana waktu
> istirahat
> bersamaan bisa sekitar +/- 60 murid bergabung sekaligus, akan tetapi
> tempat
> bermainnya beralaskan Conblok (bukan rumput) dan mainan yang disediakan
> juga
> ada beberapa yang berbahaya dan cukup tinggi sehingga kalau misalnya anak
> jatuh dari atas mainan tsb sanat berbahaya.
>
> Waktu Domi playgroup, aku sempat protes ke Kepala Sekolahnya ketika 
> mbaknya anakku di larang masuk ke halaman sekolah, dan saat itu Kep 
> Seknya mengatakan peraturan untuk anak TK, anak Playgroup tetap boleh 
> di tunggu, keesokan harinya mbaknya anakku boleh masuk dan selanjutnya 
> aku lihat semua
> mbak-mbak yang nganter sekolah boleh masuk baik Playgroup masupun TK A/ TK
> B, sehingga aku berpikir peraturan sudah berubah, hal itu berlangsung
> sampai
> tahun ajaran 2003/2004 berakhir.
>
> Tahun ajaran baru 2004/2005 baru berlangsung 3 hari keluar peraturan 
> tsb kembali, pengantar dilarang masuk, saat ini aku berpkir anakku 
> sudah TK A, satu-satunya jalan aku tekankan pada Domi bahwa waktu jam 
> istirahat jangan main di arena bermain aku suruh Domi lari-lari saja 
> di rumput, dengan asumsi kalaupun jatuh tidak akan geger otak seperti 
> jatuh dari ketinggian karena mbaknya tidak boleh masuk ke area sekolah 
> lagi, memang aku sadari dari segi
> psykologi tidak baik karena aku menakut-nakuti dan setengah mengancam
> anak,
> sampai Domi bilang, 'Kalau main di TK Domi enggak aman, pindahin aja
> sekolah
> Domi yang ada mainan aman...' Dari mbaknya aku dapat laporan Domi menuruti
> kemauanku, dia hanya lari-lari di rumput dan menjauhi tempat bermain tsb.
> Kendalanya ketika giliran masuk siang, udara cukup panas, sehingga Domi
> enggak tertarik lari-larian di rumput, dan bertepatan dengan itu ada
> kejadian, teman sekelasnya jatuh dari ketinggian mainan tsb dan kepalanya
> bocor berlumuran darah, Domi menyaksikan sendiri temannya yang bocor tsb,
> sehingga membuat heboh sekolah. Mendapat laporan kejadian tsb dari
> pembantuku, ternyata ketakutanku selama ini menjadi kenyataan meskipun
> bukan
> terjadi pada anakku.
>
> Pagi tadi aku ke sekolah Domi, kebetulan hari ini Domi demam jadi 
> tidak sekolah, aku temui ibu guru kelasnya dan aku ceritakan 
> keberatanku dengan peraturan sekolah tsb, ibu gurunya yang super 
> stress kemarin juga mengatakan bahwa cukup sulit untuk menjaga anak 
> sekian banyak dalam areal bermain akan
> tetapi itu peraturan sekolah dan dia berjanji akan menyampaikan ke Kepala
> Sekolah minimal selama istirahat mbak-mbaknya anak-anak bisa masuk area
> bermain untuk membantu mengawasi. Aku pikir kalau peraturan itu tetap
> berlaku, aku akan coba sekali lagi bicara dengan Kepala Sekolahnya kalau
> tiadk berhasil juga mau enggak mau aku harus mencari TK baru untuk Domi
> Cuma
> konsekwensinya jauh dari rumah dan memakan waktu lama untuk pulang pergi
> dari rumah yang mana mungkin membuat Domi tidak nyaman pada usianya yang
> belum genap 4 tahun itu. Suamiku bilang aku mengada-ngada dan terlalu
> memprotek anak, aku hanya berpikir dari kemungkinan terjelek saja dan
> sudah
> benar-benar terjadi bahwa pengawasan yang kuran di areal bermain yang
> tidak
> begitu aman telah menimbulkan korban, apalagi Domi anakku semata wayang
> otomatis harus aku lindungi dan mbaknya pun ikutan stress karena tidak
> bias
> menjaga Domi maksimal, dia harus dari luar lokasi sekolah mengawasi Domi,
> Domi hilang dari pandangannya dia jadi stress sendiri, kebetulan mbaknya
> Domi sudah ikut aku lama dan sudah seperti saudara sendiri jadi dia pun
> ikutan pusing.
>
> Moms and Dads, aku harusnya gimana yach ?, apa tindakanku protes 
> peraturan sekolah tsb salah ?
>
> Thanks sebelumnya atas sharringnya.
>
> Salam,
> Rita.-
>
>
> ---------------------------------------------------------------------
>>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ 
>>> Info balita, http://www.balita-anda.com Stop berlangganan, e-mail 
>>> ke: [EMAIL PROTECTED]
>
> ---------------------------------------------------------------------
>>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ 
>>> Info balita, http://www.balita-anda.com Stop berlangganan, e-mail 
>>> ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>


---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ 
>> Info balita, http://www.balita-anda.com Stop berlangganan, e-mail ke: 
>> [EMAIL PROTECTED]

---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke