klarifikasi, ini true story atau ilustrasi (kisah melodrama sinetron) mas
Feri ..??
krn bgmn pun kedua orgtuanya adalah sangat berpendidikan dan tahu menentukan
sikap

> -----Original Message-----
> From: Feri herizal [SMTP:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Monday, August 30, 2004 4:11 PM
> To:   [EMAIL PROTECTED]
> Subject:      [balita-anda] OOT: Mandikan Aku, Bunda...
> 
> Mandikan Aku, Bunda...
> Semasa kuliah ia tergolong berotak cemerlang dan memiliki idealisme yang
> tinggi. Sejak awal, sikap dan konsep dirinya sudah jelas : meraih yang
> terbaik, baik itu dalam bidang akademis maupun bidang profesi yang akan
> digelutinya. Ketika Universitas mengirim kami untuk mempelajari Hukum
> Internasional di University Utrecht, di negerinya bunga tulip, beruntung
> Rani terus melangkah. Sementara saya, lebih memilih menuntaskan pendidikan
> kedokteran dan berpisah dengan seluk beluk hukum dan perundangan.
> Beruntung pula, Rani mendapat pendamping yang "setara " dengan dirinya,
> sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi.
> 
> Alifya, buah cinta mereka lahir ketika Rani baru saja diangkat sebagai
> Staf Diplomat bertepatan dengan tuntasnya suami Rani meraih PhD. Konon
> nama putera mereka itu diambil dari huruf pertama hijaiyah "alif" dan
> huruf terakhir "ya", jadilah nama yang enak didengar : Alifya. Tentunya
> filosofi yang mendasari pemilihan nama ini seindah namanya pula.Ketika
> Alif, panggilan untuk puteranya itu berusia 6 bulan, kesibukan Rani
> semakin menggila saja. Frekuensi terbang dari satu kota ke kota lain dan
> dari satu negara ke negara lain makin meninggi.
> 
> Saya pernah bertanya , " Tidakkah si Alif terlalu kecil untuk ditinggal ?"
> Dengan sigap Rani menjawab : " Saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya.
> Everything is ok." Dan itu betul-betul ia buktikan. Perawatan dan
> perhatian anaknya walaupun lebih banyak dilimpahkan ke baby sitter
> betul-betul mengagumkan. Alif tumbuh menjadi anak yang lincah, cerdas dan
> pengertian. Kakek neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata
> wayang itu tentang ibu-bapaknya.
> 
> "Contohlah ayah-bunda Alif kalau Alif besar nanti." Begitu selalu nenek
> Alif, ibunya Rani bertutur disela-sela dongeng menjelang tidurnya. Tidak
> salah memang. Siapa yang tidak ingin memiliki anak atau cucu yang berhasil
> dalam bidang akademis dan pekerjaannya. Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani
> bercerita kalau Alif minta adik. Waktu itu Ia dan suaminya menjelaskan
> dengan penuh kasih-sayang bahwa kesibukan mereka belum memungkinkan untuk
> menghadirkan seorang adik buat Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini "dapat
> memahami" orang tuanya.
> 
> Mengagumkan memang. Alif bukan tipe anak yang suka merengek. Kalau kedua
> orang tuanya pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Kisah Rani, Alif
> selalu menyambutnya dengan penuh kebahagiaan. Rani bahkan menyebutnya
> malaikat kecil. Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua
> orang tua sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam hati kecil saya
> menginginkan anak seperti Alif.
> 
> Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak
> dimandikan baby-sitternya. " Alif ingin bunda mandikan." Ujarnya. Karuan
> saja Rani yang dari detik ke detik waktunya sangat diperhitungkan, menjadi
> gusar. Tak urung suaminya turut membujuk agar Alif mau mandi dengan tante
> Mien, baby-sitternya. Persitiwa ini berulang sampai hampir sepekan,"
> Bunda, mandikan Alif?" begitu setiap pagi. Rani dan suaminya berpikir,
> mungkin karena Alif sedang dalam masa peralihan ke masa sekolah jadinya
> agak minta perhatian.Suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby
> sitter. " Bu dokter, Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency".
> Setengah terbang, saya pun ngebut ke UGD. But it was too late. Alloh SWT
> sudah punya rencana lain. Alif, si Malaikat kecil keburu dipanggil
> pemiliknya.Rani, bundanya tercinta, yang ketika diberi tahu sedang
> meresmikan kantor barunya,shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya
> keinginan dia adalah memandikan anaknya. Dan itu memang ia lakukan, meski
> setelah tubuh si kecil terbaring kaku. " Ini bunda, Lif. Bunda mandikan
> Alif." Ucapnya lirih, namun teramat pedih.
> 
> Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kami masih berdiri
> mematung. Berkali-kali Rani, sahabatku yang tegar itu berkata, "Ini sudah
> takdir, iya kan ? Aku disebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah
> saatnya, dia pergi juga kan ? ". Saya diam saja mendengarkan. "Ini
> konsekuensi dari sebuah pilihan." lanjutnya lagi, tetap tegar dan kuat.
> Hening sejenak. Angin senja berbaur aroma kamboja. Tiba-tiba Rani
> tertunduk. " Aku ibunya !" serunya kemudian, " Bangunlah Lif. Bunda mau
> mandikan Alif. Beri kesempatan bunda sekali lagi saja, Lif". Rintihan itu
> begitu menyayat. Detik berikutnya ia bersimpuh sambil mengais-kais tanah
> merah ?..
>  
> 
> 
The information contained in this e-mail is intended only for the individual
or entity to whom it is addressed.  Its contents (including any attachments)
are confidential and may contain privileged information.

If you are not an intended recipient you must not use, disclose,
disseminate, copy or print its contents.  If you receive this e-mail in
error, please delete and destroy the message and notify the sender by reply
e-mail.


---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke