Ok deh..maaf kalo pendapat pribadi saya jadi menimbulkan pro dan kontra.
Mungkin, tergantung dari sisi mana kita kita mencerna nya kali ya? Atau
mungkin, karena saya ikut di beberapa milis, dimana cerita ini sudah
sangat sangat sering saya terima dan baca, jadi 'bosan', karena sesudah
itu, biasanya akan muncul pendapat, 'makanya..jadi ibu mending di rumah
aja..'.. kira- kira begitu. Maaf kalo ada yang tidak berkenan dengan
pendapat saya. Sekali lagi, itu hanya pendapat pribadi saya. Pesan yang
disampaikan sih lumayan bagus, supaya Ibu (dan Ayah juga dong..?) slalu
inget anak, jangan sepelein anak, anak adalah segalanya, nomor satu buat
kita..

Jadi, maaf, saya tidak bermaksud menyinggung siapa2, atau membuat kesal
orang lain. Clear ya?


Warm Regards,
Ayu Samantha

-----Original Message-----
From: Fridayanti, Melly [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, August 30, 2004 4:56 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [balita-anda] OOT: Mandikan Aku, Bunda...


Setuju,itu sepertinya malah akan memancing opini yang pro or kontra
lho.....cerita itu baik sekali buat saya dan kita semua buat mawas diri
agar kita bagaimanapun tetap menomorsatukan keluarga diatas segalanya
terutama kita sebagai istri yang berbakti terhadap keluarga dan anak
kita .Diambil hikmahnya saja ......most important!

-----Original Message-----
From: Shinta [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, August 31, 2004 4:54 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [balita-anda] OOT: Mandikan Aku, Bunda...


dear mbak Ayu...
saya sangat setuju sekali dengan mbak Ayu... tp mbak,
klo mbak ga mau di perpanjang, apakah lebih baik tidak usah dibahas atau
diberi opini sama sekali di milis BA?? menurut saya pendapat mbak malah
memancing org buat memperpanjangnya..... it's just a story.. just a
story, kalau saya melihatnya ini bukan suatu cerita hinaan untuk ibu2
bekerja kok...

maaf, bila tidak berkenan...

salam,
-shinta-

----- Original Message -----
From: "Ayu_Samantha" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Monday, August 30, 2004 4:33 PM
Subject: RE: [balita-anda] OOT: Mandikan Aku, Bunda...


> Konsekwensi dari sebuah pilihan? Hmm.., apakah bila Ibu nya bekerja, 
> sukses, mesti dibayar seperti itu? Tidak juga. Meski bekerja, toh Ibu 
> tetap cinta, tetap punya waktu yang berkualitas buat anaknya.Tante 
> saya sukses, anak2nya pun sukses, dan baik2 saja.Dua sepupu saya 
> (wanita, tidak bekerja) harus kehilangan anaknya ketika ditinggal 
> pipis (anaknya, 2 tahun, meninggal di kolam ikan dalam rumah.Kolam yg 
> sangat dangkal untuk tenggelam). Yang satu lagi, selesai mandi, 
> anaknya disuapi BS nya (umur hampir 3 th)dan pamit ke luar sebentar, 
> main bersama temannya. Tak lama, teman2nya berteriak bahwa anaknya 
> jatuh di selokan. Ternyata, anaknya jatuh di septic tank tetangga. 
> Meninggal saat dibawa RS.
>
> Artinya, bukan pada masalah Ibu bekerja atau  tidak bekerja kan?
>
> Jadi, jangan pernah memojokkan Ibu bekerja dengan cerita2 seperti 
> ini.., jangan membuat Ibu bekerja menjadi merasa bersalah dan paling 
> bertanggungjawab apabila terjadi sesuatu pada anaknya.., adanya Ibu 
> bekerja pun untuk keluarga.., setuju? Maaf bila ada yang tidak 
> berkenan, karena ini hanya pendapat pribadi saya. Mohon tidak 
> diperpanjang :)
>
> Saya tidak menyalahkan atau tidak suka pada yang posting cerita ini 
> lho... :)
>
>
> Peace,
> Ayu Samantha
>
> -----Original Message-----
> From: Feri herizal [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Monday, August 30, 2004 4:11 PM
> To: [EMAIL PROTECTED]
> Subject: [balita-anda] OOT: Mandikan Aku, Bunda...
>
>
> Mandikan Aku, Bunda...
> Semasa kuliah ia tergolong berotak cemerlang dan memiliki idealisme 
> yang tinggi. Sejak awal, sikap dan konsep dirinya sudah jelas : meraih

> yang terbaik, baik itu dalam bidang akademis maupun bidang profesi 
> yang akan digelutinya. Ketika Universitas mengirim kami untuk 
> mempelajari Hukum Internasional di University Utrecht, di negerinya 
> bunga tulip, beruntung Rani terus melangkah. Sementara saya, lebih 
> memilih menuntaskan pendidikan kedokteran dan berpisah dengan seluk 
> beluk hukum dan perundangan. Beruntung pula, Rani mendapat pendamping 
> yang "setara " dengan dirinya, sama-sama berprestasi, meski berbeda 
> profesi.
>
> Alifya, buah cinta mereka lahir ketika Rani baru saja diangkat sebagai

> Staf Diplomat bertepatan dengan tuntasnya suami Rani meraih PhD. Konon

> nama putera mereka itu diambil dari huruf pertama hijaiyah "alif" dan 
> huruf terakhir "ya", jadilah nama yang enak didengar : Alifya. 
> Tentunya filosofi yang mendasari pemilihan nama ini seindah namanya 
> pula.Ketika Alif, panggilan untuk puteranya itu berusia 6 bulan, 
> kesibukan Rani semakin menggila saja. Frekuensi terbang dari satu kota

> ke kota lain dan dari satu negara ke negara lain makin meninggi.
>
> Saya pernah bertanya , " Tidakkah si Alif terlalu kecil untuk 
> ditinggal ?" Dengan sigap Rani menjawab : " Saya sudah mempersiapkan 
> segala sesuatunya. Everything is ok." Dan itu betul-betul ia buktikan.

> Perawatan dan perhatian anaknya walaupun lebih banyak dilimpahkan ke 
> baby sitter betul-betul mengagumkan. Alif tumbuh menjadi anak yang 
> lincah, cerdas dan pengertian. Kakek neneknya selalu memompakan 
> kebanggaan kepada cucu semata wayang itu tentang ibu-bapaknya.
>
> "Contohlah ayah-bunda Alif kalau Alif besar nanti." Begitu selalu 
> nenek Alif, ibunya Rani bertutur disela-sela dongeng menjelang 
> tidurnya. Tidak salah memang. Siapa yang tidak ingin memiliki anak 
> atau cucu yang berhasil dalam bidang akademis dan pekerjaannya. Ketika

> Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau Alif minta adik. Waktu itu 
> Ia dan suaminya menjelaskan dengan penuh kasih-sayang bahwa kesibukan 
> mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Alif. 
> Lagi-lagi bocah kecil ini "dapat memahami" orang tuanya.
>
> Mengagumkan memang. Alif bukan tipe anak yang suka merengek. Kalau 
> kedua orang tuanya pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Kisah Rani,

> Alif selalu menyambutnya dengan penuh kebahagiaan. Rani bahkan 
> menyebutnya malaikat kecil. Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya.

> Meski kedua orang tua sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam 
> hati kecil saya menginginkan anak seperti Alif.
>
> Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif 
> menolak dimandikan baby-sitternya. " Alif ingin bunda mandikan." 
> Ujarnya. Karuan saja Rani yang dari detik ke detik waktunya sangat 
> diperhitungkan, menjadi gusar. Tak urung suaminya turut membujuk agar 
> Alif mau mandi dengan tante Mien, baby-sitternya. Persitiwa ini 
> berulang sampai hampir sepekan," Bunda, mandikan Alif?" begitu setiap 
> pagi. Rani dan suaminya berpikir, mungkin karena Alif sedang dalam 
> masa peralihan ke masa sekolah jadinya agak minta perhatian.Suatu 
> sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter. " Bu dokter, 
> Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency". Setengah 
> terbang, saya pun ngebut ke UGD. But it was too late. Alloh SWT sudah 
> punya rencana lain. Alif, si Malaikat kecil keburu dipanggil 
> pemiliknya.Rani, bundanya tercinta, yang ketika diberi tahu sedang 
> meresmikan kantor barunya,shock berat. Setibanya di rumah, 
> satu-satunya keinginan dia adalah memandikan anaknya. Dan itu memang 
> ia lakukan, meski setelah tubuh si kecil terbaring kaku. " Ini bunda, 
> Lif. Bunda mandikan Alif." Ucapnya lirih, namun teramat pedih.
>
> Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kami masih berdiri 
> mematung. Berkali-kali Rani, sahabatku yang tegar itu berkata, "Ini 
> sudah takdir, iya kan ? Aku disebelahnya ataupun di seberang lautan, 
> kalau sudah saatnya, dia pergi juga kan ? ". Saya diam saja 
> mendengarkan. "Ini konsekuensi dari sebuah pilihan." lanjutnya lagi, 
> tetap tegar dan kuat. Hening sejenak. Angin senja berbaur aroma 
> kamboja. Tiba-tiba Rani tertunduk. " Aku ibunya !" serunya kemudian, "

> Bangunlah Lif. Bunda mau mandikan Alif. Beri kesempatan bunda sekali 
> lagi saja, Lif". Rintihan itu begitu menyayat. Detik berikutnya ia 
> bersimpuh sambil mengais-kais tanah merah ?..
>
>
>
> ---------------------------------------------------------------------
> >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ 
> >> Info balita, http://www.balita-anda.com Stop berlangganan, e-mail 
> >> ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>


---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ 
>> Info balita, http://www.balita-anda.com Stop berlangganan, e-mail ke:

>> [EMAIL PROTECTED]

---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ 
>> Info balita, http://www.balita-anda.com Stop berlangganan, e-mail ke:

>> [EMAIL PROTECTED]




---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke