Jika si Kecil Berlidah Tajam, Harus Bagaimana? 

Hampir sebagian besar anak mengomentari orang lain di tempat umum  

"Lihat Ma! Orang gendut itu menuju ke sini!," kata Anto 
 (3 tahun) mengomentari seorang anak laki-laki usia 
 belasan yang menuju ke restoran tempatnya makan. Lina 
 (29 tahun), sang ibu yang juga berprofesi sebagai 
 pengacara, serta-merta menutup mulut Anto dengan tangan 
 sebelum bocah itu mengoceh lebih lanjut. "Gila nggak 
sih. Bocah yang dikomentari Anto itu anak yang punya 
 resto!" ujar Lina gemas.

Untungnya si anak yang dijuluki gendut oleh Anto itu 
 tidak dengar. Namun demikian Lina tetap ingin lari 
 sekencang-kencangnya dari resto itu, atau tepatnya, 
 kabur! "Hampir semua anak-anak mengomentari orang lain 
 di tempat umum," kata Barbara Polland, seorang 
 psikoterapi di Los Angeles.
Tentu saja orangtua merasa malu dengan perilaku 
 anak, apalagi kalau komentar pedas si anak sampai 
 didengar orang lain. "Tapi ingat, anak Anda itu 
 tak bermaksud menyakiti perasaan orang lain lho," 
 ujar Polland. "Bahkan anak usia balita atau batita 
 tak sadar kalau mereka berlaku kasar."

Mereka ini, kata Polland, hanya berusaha menggambarkan 
 orang lain yang pernah dia lihat, namun tak cukup punya 
 kosakata untuk mengungkapkannya secara tepat. Sebaiknya, sebagai orangtua, Anda mulai 
mengajarkan si kecil menggunakan kata-kata 'halus' namun mengena di benak si anak. 
"Jika orang yang dikomentari pedas oleh anak Anda mendengar, jangan paksa si anak 
minta maaf. Dia malah akan bingung mana yang salah," kata Polland. Sebagai gantinya, 
Andalah yang memintakan maaf.
Ajarkan si anak memahami bahwa menggunakan 
 kata-kata 'gendut atau gemuk' dapat menyakiti 
 perasaan orang lain. "Hati-hati menyampaikan. 
 Anak-anak sering salah mengerti dengan maksud 
 Anda. sabar saja, soalnya daya tangkap setiap anak 
 berbeda," pesan Polland.

Nah, jangan langsung menghakiminya ya jika anak 
 Anda 'salah kata' di muka umum!

M. Tri Agus

Kirim email ke