9 – 9 – 2004  

 

Tubuh saya hancur….

 

Pagi ini, seperti biasanya, saya berangkat kerja pagi-pagi sekali.  Kondisi
jalan yang tidak menentu, kadang macet kadang sedikit lancar.  Kami tinggal
dipinggiran kota Jakarta, sehingga menuntut kami untuk berangkat lebih awal
agar tidak terlambat sampai di kantor.  Sebelum berangkat seperti biasanya
kami menggendong anak keduaku yg baru berumur 3 tahun, sedangkan anak
pertamaku yg berumur 7 tahun sedang mandi untuk berangkat sekolah.  Istriku
yg sebagai ibu rumah tangga sedang mempersiapkan sarapan untuk saya.  Saya
pamit kepada isti dan kedua anakku.  “Bu’ saya berangkat yah..doa’in supaya
saya dapat rejeki yang halal. Mungkin pagi ini saya akan ke BTN kuningan
untuk bayar tunggakan cicilan rumah kita”.  “ya, hati2 dijalan Pak, Jangan
sampe hilang uang segitu-gitunya”  itu pesan istri saya dan terus
terngiang-ngiang selama perjalanan saya menuju kantor, agar saya hati2.

 

Jam 7 pagi aktifitas kerja di kantorku yang berada di lantai 5 belumlah
begitu ramai,  saya membersihkan meja dan menyiapkan teh manis untuk seluruh
staff dikantor kami.  Tak terasa waktu sudah menunjukan jam 9 lewat, seluruh
karyawan sudah mulai sibuk dengan aktifitasnya masing-masing.

 

Saya ijin kepada staff personalia, untuk izin sebentar ke kantor cabang BTN
kuningan.  Baru saja saya akan keluar, saya berpapasan dengan boss yang baru
datang.  Kemudian saya berbalik ke dapur untuk menyiapkan kopi hitam dan teh
cina khusus untuk boss saya.  Setelah selesai saya disuruh boss mem-photo
copy sebundel dokumen yang akan dibawa meeting pagi ini.

 

Selesai sudah tugas dadakan ini, saya lihat jam menunjukan pukul sepuluh
seperapat.  Saya keluar melalui receiptionis dan sambil bilang kepada dia
untuk ke sebrang sebentar atau barangkali dia mau nitip sesuatu.

Biasanya kalo saya kesebrang ada staff yang sering titip gorengan atau
apalah untuk sekedar sarapan, tapi kali ini ngga ada yang nitip.

 

Saya menaiki anak tangga menuju kesebrang, sambil berjalan diatas jembatan
penyebrangan, pandangan saya menuju ke depan kedutaan Aaustralia, disana
banyak polisi yang sedang ngobrol-ngobrol seperti biasanya.  Ada juga
beberapa antrian orang didepan kedutaan itu.

Sementara beberapa kendaraan sedang melewati jalur lambat dan ada yang masuk
ke jalur cepat. Banyak juga orang yang sedang menunggu bis di bawah tangga
jembatan.

 

Baru saja saya menapaki kaki di trotoar jalan, sisi kedutaan, tiba-tiba
tubuh saya melayang terbang berbarengan dengan suara dentuman keras. Saya
melihat tubuh tersayat dan darah berceceran di jalanan.  Mobil2 hancur
berantakan. Kaca-kaca gedung pecah.  Secepat kilat saya pulang kerumah, saya
menyaksikan istri dan anak keduakua sedang bermain diteras.  Saya bilang ke
mereka, “saya sudah pulang Bu’ “. Tapi istri dan anak saya tidak memberi
respon, hanya tersentak sedikit ketika gelas susu anak saya tersenggol dan
tumpah.  Mereka tidak melihat saya.

 

Oh Tuhan…saya hanya arwah yang terlepas dari jasad tubuhku yang hancur.  Oh
tuhan…bagaiman nasib istri dan kedua anakku, bagaimana cicilan rumah,
bagaimana mereka bayar listrik dan bayaran sekolah  anak kami, bagaimana
mereka bisa membeli makan. Oh Tuhan…..hidupkan saya kembali…..bagaimana
nasib mereka nanti…… hidupkan saya Tuhaaaannn…

 

( ini hanya cerita karangan, saya mencoba meresapi mereka, betapa pedihnya
mereka.  Mungkin cerita ini tidak seberapa dibanding kepedihan sebenarnya
yang mereka hadapi.  Islam, Kristen, dan Yahudi adalah jalan mereka untuk
mencapai ketaqwaan.  Hubungan kita dengan yang di Atas, sama dengan hubungan
kita dengan sesama. JANGANLAH SALING MENYAKITI DAN JANGAN SALING
MENGHIANATI).

 

Salam Damai

 

Mul

 

 

Kirim email ke