Membebaskan Istri dari "Baby Blues"

Jakarta, Rabu

Perempuan mana yang tak bahagia diberi kesempatan melahirkan dan merawat 
anak?

Namun, ternyata tak selamanya kehidupan pasca melahirkan itu menyenangkan. 
Ada episode yang membuat si ibu uring-uringan. Baby blues istilah 
kerennya.

Masih ingat Brooke Shields? 

Bintang film cantik berusia 39 tahun itu kini telah mempunyai seorang 
anak, buah cintanya dengan Chris Henchy. Sayangnya, kelahiran si buah hati 
ternyata menyisakan derita bagi dirinya. Ia mengalami depresi pasca 
melahirkan (DPM). Saking senewennya, sampai-sampai ia merasa perlu 
menuliskan pengalamannya lewat buku Down Came the Rain yang dijadwalkan 
terbit 2005 nanti.
 
"Saya berharap, dengan blak-blakan tentang rasa takut, kaget, dan malu 
yang saya rasakan bisa menghindarkan wanita lain dari gangguan ini. 
Masyarakat pun lebih memberi perhatian," bilang Broke.

Bicara soal DPM, sejumlah literatur kesehatan membedakan antara postpartum 
depression, postpartum syndrome, postnatal depression. Padahal sebenarnya, 
"Prinsipnya sama. Ketiganya nama generik. Baby blues istilah populernya," 
tegas psikolog A. Kasandravati.

Walaupun baru sekitar 50 tahun terakhir ini menjadi perhatian khusus, DPM 
telah disinggung oleh Hippocrates (Bapak Kedokteran) sejak abad ke-4 SM. 
Ia bilang, seorang wanita yang baru saja melahirkan kadang suka berlaku 
sedikit aneh. 

Mengapa ibu yang mestinya berbahagia ini justru dirundung masalah?

Mimpi ibu sempurna

"Saya sudah menyusuinya sampai kenyang. Kemudian dia menangis  karena 
mengompol. Lalu saya ganti popoknya. Belum lagi menukar baju saya yang 
basah kena ompol, tiba-tiba dia menangis lagi. Ngompol lagi! Saya letih 
dan sedih sekali. Apakah hidup saya hanya untuk mengurusi bayi? Padahal 
sebelumnya saya punya karier," kenang Sophie Navita, pemandu acara hiburan 
di sejumlah televisi swasta nasional.
 
Di sisi lain, "Saya sendirian di rumah, membayangkan Pongki yang sedang 
konser di luar kota dikelilingi gadis-gadis dengan tubuh segini," kata 
istri musisi kelompok Jikustik ini sambil menunjukkan kelingkingnya. 
"Sementara, bobot dan bentuk tubuh saya belum kembali seperti dulu," 
sambungnya. Ucapan Sophie pada jumpa pers pemberian ASI eksklusif ini 
cukup menggambarkan penyebab dari gejala baby blues.

"Keluar keringat dingin, sesak napas, sulit tidur, gelisah, tegang, 
bingung, terasing, sedih, sakit, marah, merasa bersalah, dan tak berharga, 
punya pikiran negatif tentang suami adalah gejala umum," papar 
Kasandravati yang juga aktif di Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta. 
Semuanya berhulu pada empat faktor pencetus: kondisi psikologis, fisik, 
kimia, dan sosial.
 
Secara psikologis, saat hamil, semua perhatian tumpah ke si ibu, termasuk 
dipenuhinya semua keinginan yang terkadang aneh atas nama orok. Namun, 
begitu melahirkan,semua perhatian beralih ke si jabang hayi. Tak 
terkecuali sikap suami, yang sedang bangga-bangganya jadi ayah. Sementara 
si ibu yang lelah dan sakit pasca melahirkan merasa lebih butuh perhatian.
 
Secara fisik, aktivitas mengasuh bayi - menyusui, memandikan, mengganti 
popok, menimang - sepanjang hari bahkan tak jarang di malam buta, memang 
menguras tenaga. ?Saya sendiri merasakannya. Apalagi jika jarak kelahiran 
sangat dekat. Anak pertama baru empat bulan, saya sudah hamil lagi,? kisah 
Kasandravati, finalis None Jakarta 1989 ini buka kartu.
 
Padahal, sebagai istri dan ibu, bukan cuma si bayi yang harus diurusi. Ada 
begitu banyak daftar tugas rumah tangga dan pekerjaan lain yang harus 
dibereskan pada saat bersamaan. Masih beruntung wanita di Indonesia 
relatif mudah mendapat bantuan dengan cara memiliki pembantu rumah tangga, 
pengasuh bayi, atau keluarga besar - ibu, mertua, kakak, kerabat lain. Di 
Barat, dengan budaya, keluarga batih (inti) serta mahalnya gaji pembantu 
dan pengasuh bayi, ibu dan kalangan biasa mau tak mau harus mengatasi 
semuanya sendirian.
 
Wajar kalan DPM dikeluhkan 10 - 20% wanita Amerika maupun Afrika. Depresi 
itu biasanya berlangsung sejak 24 jam, atau 4 - 5 hari usai melahirkan, 
sampai beberapa hari, minggu atau bulan kemudian. Di Indonesia, seperti 
biasa, tak ada data pasti. Terlebih, ?Berkonsultasi dengan psikolog belum 
dirasakan kebutuhan mendesak. Jadi, tak banyak data yang bisa tercatat," 
ungkap Kasandravati.
 
Pencetus lain adalah reaksi kimia dalam tubuh. Selama hamil dan melahirkan 
terjadi perubahan susunan hormon, termasuk pada estrogen yang bertanggung 
jawab atas suasana hati dan kesadaran. Usai bersalin, Jumlah hormon 
kortisol, yang menaikkan kadar gula darah dan menjaga tekanan darah, 
menurun mendekati tingkat orang yang sedang terganggu depresi.
 
Pada masa itu juga, hormon laktogen dan prolaktin dihasilkan kelenjar 
bawah otak untuk merangsang payudara menghasilkan susu, yang repotnya, 
bila hertemu dengan tingkat hormon progesteron dan estradiol yang rendah, 
akan menimbulkan keletihan dan bermuara pada depresi.

Rawat tuntas

Namun, pencetus terparah adalah faktor sosial, yakni banyaknya tuntutan 
menjadi ibu yang baik dan sempurna. Terutama yang datang dari diri sendiri 
dan dirangsang oleh iklan produk keperluan bayi yang mau tak mau akhirnya 
menjadi "standar masyarakat?.
Iklan itu selalu menampilkan ibu berwajah lembut dan bahagia bersama si 
bayi yang segar habis mandi. Tak ada iklan yang mempertunjukkan wanita 
lesu dalam daster, berkeringat, serta berjuang menahan letih dan kantuk 
untuk menyusui. Jurang antara harapan dan kenyataan ini dengan mudah 
memicu rasa putus asa, tak berdaya, dan khawatir akan gagal sebagai ibu.
 
Bantuan dari orang-orang terdekat yang berbeda generasi dan pandangan juga 
bisa mencetuskan konflik. Ibu dan mertua bersikeras untuk membedong si 
bayi, sementara panduan perawatan bayi kini justru melarangnya. "Tapi 
adanya orang-orang terdekat yang lebih berpengalaman, siap membantu, 
bergiliran mengasuh si kecil walau kadang tak sepaham, jauh lebih baik 
daripada kita berjuang sendiri," Kasandravati mengingatkan. ?Jangan sampai 
kita memusuhi ibu dan mertua,? tambahnya.

Wanita karier yang jadi ibu punya tantangan sendiri. Biasanya ingin segera 
kembali ke pekerjaan usai melahirkan. Karena biasa sigap dan disiplin 
menangani pekerjaan, mereka pun berharap hal yang sama bisa diterapkan 
pada si bayi. Padahal, kenyataannya sering berbeda. Bayinya ternyata 
sangat merepotkan dengan menangis terus-menerus tanpa sebab, jadwal lapar 
dan bangun tak teratur pun memaksanya kurang tidur.
 
Walau terasa kuno, kebiasaan pulang ke rumah orangtua atau mertua, atau 
ditemani ibu atau mertua saat-saat masa kelahiran mendekat dan bersedia 
tinggal minimal sampai 40 hari setelah kelahiran, bisa meminimalkan 
kemungkinan depresi. Ibu dan ayah baru pun lebih tenang karena
merasa ada tangan berpengalaman yang membantu menangani si kecil.

Pada beberapa suku tertentu, Jawa dan Orang Rimba di Jambi misalnya, 
terdapat budaya untuk lebih memanjakan ibu menjelang dan 40 hari setelah 
melahirkan. 

Di Jawa misalnya, adalah hal biasa menyediakan jamu perawatan lengkap 
habis bersalin, termasuk untuk luluran. Sementara dalam komunitas Orang 
Rimba, ada kebiasaan menyediakan pondok bersalin khusus di areal tanah 
gembur yang nyaman dan dekat aliran sungai, ditemani dukun bayi.

Pada literatur kedokteran modern sendiri, masa-masa itu memang dianggap 
masa paling kritis bagi ibu dan bayi. Pasangan muda modern dapat melirik 
buku, majalah, atau info yang mudah didapat dari internet tentang 
persiapan selama kehamilan dan sesudah kelahiran sebagai pengganti 
kehadiran orangtua dan kerabat. Dengan kata lain, pasangan orangtua baru 
ini mesti menyadari dan mengatasi sendiri keadaan mereka.
 
Ibu yang baru melahirkan juga harus mau menurunkan standar ibu dan bayi 
sempurnanya. Misalnya, si bayi kerap menangis, kalau dihitung-hitung 
sampai dua jam sehari itu wajar saja. Konsultasikan dengan dokter, bila Si 
bayi sangat rewel hingga mengganggu waktu istirahat siang dan malam. 
Apakah perlu memberikan terapi pijat bayi yang biasanya ampuh untuk 
membuat Si bayi lebih nyaman dan sehat. Ibu pun bisa melakukan senam nifas 
untuk mempercepat kepulihannya.

Rencanakan dari awal penanganan kebutuhan rutin rumah tangga, terutama 
bila tak memungkinkan atau tak suka ada orang lain di rumah. Bila terlalu 
repot menyiapkan sarapan, makan siang, dan makan malam sendiri, maka susu 
sereal, hidangan beku cepat saji yang hanya perlu dipanaskan di microwave 
atan oven bisa jadi pilihan. Atau, manfaatkan jasa boga.

Mengelus punggung

Pada enam minggu pertama, tak ada salahnya merogoh kantung lebih dalam 
untuk binatu yang akan membereskan tumpukan seprai, selimut, dan baju 
kotor bila mesin cuci dengan pengering pun masih terasa tak cukup 
memhantu. 
Turunkan standar perawatan rumah untuk sementara waktu. Misalnya, jika 
biasanya mengepel dan menyapu rumah tiap hari, renggangkan jadi dua atau 
tiga hari sekali. Sediakan gelas, piring, mangkuk, sendok garpu plastik 
sekali pakai saat menjamu tamu.
 
Kalau istri telanjur depresi sehingga tak bisa mengurus diri sendiri 
dengan baik, suami harus memberi perhatian lebih besar. Pongki sadar, saya 
mengalami baby blues. Jadi, kalau saya terlihat sedih sekali, dia akan 
mengelus-elus punggung saya. Biasanya, saya langsung tenang lagi,? kenang 
Sophie. ?Kalau dia sedang ke luar kota, begitu sempat, dia akan menelepon 
saya, sekadar menanyakan keadaan saya dan si kecil. Saya jadi tenang dan 
tak berpikir macam-macam tentang dia.?

Bila suami sedang tak di rumah, sahabat bisa jadi pengganti terbaik. ?Indy 
Barends (juga pemandu acara radio dan teve - Red.) pernah bilang ke saya. 
Kalau saat itu tak ada manajer yang kerap menemaninya, mungkin ia sudah 
bunuh diri. Kami sering berhubungan untuk berbagi pengalaman dan saling 
menguatkan,? kisah Sophie tentang sahahatnya yang juga melahirkan hampir 
bersamaan dan sama mengalami baby blues.
 
Ada atau tak ada pembantu, suami sewajarnya mengambil alih beberapa tugas 
istri pada enam minggu pertama atau 40 hari pasca melahirkan. Itulah 
kesempatan bagi sang istri untuk memulihkan fisiknya, terutama otot-otot 
perut, apalagi kalau ia melahirkan melalui bedah caesar. Juga, untuk 
memberi kesempatan pada si ibu baru untuk berdandan, misalnya.

Kalau kesehatan istri memungkinkan, suami dianjurkan mengajaknya 
berbelanja keperluan bulanan agar bisa sejenak lari dari ?penjara? rumah. 
Atau, kalau terlalu merepotkan membawa Si kecil dan perlengkapannya, suami 
bisa mengambil alih tugas berbelanja. Bila istri kehilangan nafsu makan, 
makanan dan minuman praktis yang cukup mengenyangkan, tapi tetap memenuhi 
syarat gizi, bisa disuguhkan untuknya. Contohnya, biskuit, keju, susu, 
yoghurt, sari buah, roti, buah segar. 

Bila bekerja atau sedang di luar kota, suami sebaiknya memastikan istri 
makan teratur, atau meneleponnya.

Yang sangat diidamkan ibu baru adalah tidur dan tidur. Lebih hanyak 
istirahat di minggu-minggu dan bulan-bulan pertama setelah melahirkan, 
bisa mencegah depresi dan memulihkan tenaganya yang seolah terkuras habis.

Bahkan, setelah masa nifas berakhir, istri masih kehilangan keinginan 
untuk berhubungan intim. Kedekatan fisik dengan berbaring diam di 
dekatnya, memahami keadaannya, akan lebih menenteramkan sang istri 
daripada mengoceh dengan segudang nasihat.
 
Ya, suami memang harus punya stok sabar dan perhatian segudang pasca 
istrinya melahirkan. (intisari)






    
----------------------------------------------------
EMAIL DISCLAIMER
    
This email and any files transmitted with it is 
confidential and intended solely for the use of
the individual or entity to whom it is addressed.
Any personal views or opinions stated are solely 
those of the author and do not necessarily 
represent those of the company.
   
If you have received this email in error 
please notify the sender immediately. 
Please also delete this message and 
attachments if any from your computer.

Reply via email to