From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Sunday, January 02, 2005 11:07 PM
Subject: [Fwd: Kisah Karyawan Garuda di Aceh]

---------------------------- Original Message
----------------------------
Pada musim haji dua tahun lalu aku pernah ditugasi untuk membantu
menangani
proses pemberangkatan jemaah haji Indonesia di embarkasi Aceh. Waktu itu
kondisi politik dan keamanan cukup menghangat, tetapi tugas itu dapat
aku
laksanakan dengan baik dan aku kembali ke Jakarta dengan selamat.
Desember 2004 ini aku kembali ditugasi oleh Bos ku untuk ikut kembali ke
Aceh membantu pemberangkatan jemaah Haji dari embarksi Aceh. Rasanya
gembira
juga bisa ikut berpatisipasi dalam tugas mulia ini.
Singkat cerita di Aceh aku diinapkan di Hotel Kuala Tripa di lantai 2,
hari
itu adalah hari terakhir aku bertugas di Aceh dan aku melapor ke Manager
Aceh bahwa besok pagi aku akan kembali ke Jakarta.
"Pak Kamdo hari ini aku balik ke Jakarta, Surat Perjalanan  Dinas ku
sudah
selesai ..." lapor ku ke Pak Sukamdo Manajer Garuda di Aceh.
"Wah Pak Sanwani , jangan gitu dong ... kamu sangat dibutuhkan di
operasional haji disiini.." keluh Pak Kamdo, "kamu di extend, spj kamu
diperpanjang ya sampai dua hari ... sebulan juga boleh... oke ya ??!"
pinta
Pak Kamdo setengah memaksa.
"Enggak bisa Pak, pokoknya saya harus pulang ke Jakarta besok pagi " aku
memberanikan diri membantah Pak Kamdo. Akhirnya Pak Kamdo menyerah " Ya
sudahlah ... tapi semua kerjaan beres khan ??" "Beres semua  Bos ! ...
temen2 nanti yang gantiin saya juga sebentar lagi datang dari Jakarta"
jawab
ku, Pak Kamdo orangnya baik, semua fasilitas untuk perkerjaan ku
dilengkapinya, apa yang aku minta untuk menunjang operasional pekerjaan
langsung disediakannya, sehingga aku bekerja bisa lancar tanpa hambatan
berarti.
Malam itu aku berbenah di kamar, koper yang sudah aku pack, aku buka
lagi
kayanya ada yang lupa apa yaa ... seolah koper ini enggan ditutup. Ku
buka
lagi ku tutup lagi ... apa2an nih...pikir ku. Oleh2 yang aku siapkan
dikulkas kamar hotel aku keluarkan, tapi tak lama aku masukan lagi ke
kulkas
... kenapa nih pikiranku  koq gak konsen gini??? Sepertinya ada yang
mencegah oleh2 itu untuk aku bungkus biar kubawa ke Jakarta.
Aah ...lupakan saja , tidur aja dulu ...

Hari Minggu pagi jam setengah tujuh tanggal 26 Desember 2004  aku sudah
rapih berpakaian dan langsung menuju restoran dilantai bawah hotel
tempat ku
menginap untuk breakfast, rekan2 lain juga sudah mulai berkumpul,
agak2nya
makan pagi ini akan terasa makan yang paling nikmat karena tugas2 ku
sudah
selesai, tinggal pulang ke Jakarta ketemu anak isteri begitu
angan-anganku.
Belum lagi kami mengambil makanan ... masih dalam keadaan berdiri  ...
sejenak terasa kakiku berguncang -guncang, tidak hanya itu, kuperhatikan
sekeliling ruangan restoran dindingnya bergerak-gerak, makin lama
guncangan
itu makin kuat....
"Gempa..gempaaaa ...ada gempa !!!!  "teriak orang2 yang ada diruangan
itu,
aku masih belum tersadar,  aku masih melihat sekeliling ruangan ...
mulai
satu-satu tiang diruangan itu seperti amblas perlahan-lahan ... seperti
mau
runtuh perlahan-lahan ... aku tidak dapat menggambarkannya dengan
kata2...
"Gempaaaa ...!!!!" baru pada teriakan yang kedua aku tersadar , ini
benar2
ada gempa !!. Semua tamu berlarian keluar ruangan, sambil berlarian
sempat
aku lihat tiang2 bangunan itu mulai runtuh, sampai diluar hotel kembali
kami
harus berlari menjauh dari bangunan hotel karena kaca-kaca hotel pada
pecah
, seperti meledak ... menghamburkan potongan2 kaca kesegala arah.
Sambil merunduk kami terus berlari tambah kencang. Pada saat itu
teringat
dalam pikiranku didepan hotel ada taman agak luas, rupanya semua rekan2
bepikiran sama, kesana kami semua berlarian berhamburan dengan penuh
kepanikan. Sampai ditaman kami berhenti berlari, sambil berdiri terasa
gempa
masih mengguncang-guncang tubuh kami.
Didekat taman ternyata ada tiang antene besar terbuat dari besi,
berpikiran
tiang antene akan ambruk kami berlari lagi menjauh... gempa itu masih
terus
mengguncang tubuh kami, sampai didekat taman ada pohon asem besar seolah
ada
yang membisikan kepadaku "Pegangan pohon itu ..." tanpa pikir panjang
aku
peluk pohon asem besar itu,  pohon  itu lebih besar dari pelukkan tangan
ku
sehingga tanganku tidak dapat bertemu dengan tangan yang satunya.
Melihat
aku memeluk pohan asem itu teman2 yang  lain berlari ke pohon asem itu
dan
ikut2an berpegangan dan berpelukan seperti ku. Sehingga kami saling
berpegangan erat melingkari pohon dan yang mendapat lingkaran diluar
saling
melapisi dengan badannnya sehingga pelukan itu makin kuat. Hal ini kami
lakukan karena gempa itu demikian kuatnya dan masih terus
mengguncang-guncang kami. Kurang lebih sepuluh menit guncangan hebat itu
mereda ... kami mulai meregangkan pelukan ... dan mulai memandang
kesekeliling ... ternyata hotel tempat ku menginap sudah runtuh dua
lantai
kebawah. Tak terbayang olehku  apa jadi kalau kami masih ada diruangan
restoran tadi.
Belum lagi rasa ketakutan ku hilang, terdengar suara teriakan
"Air..Aiiir
!!!" aku pikir ada korban gempa yang sangat membutuhkan air minum
ternyata
..."Ada aiir !..Air datang, air datang !!!" Ooh ternyata ini air banjir
yang
datang ! kulihat orang berlari-larian kesana kemari  menyelamatkan diri
dari
kejaran air. Tanpa pikir panjang akupun ikut berlari, tapi kemana aku
harus
berlari, sambil berlari sekuat-kuatnya tanpa sadar aku berucap
berulang-ulang "Allohu Akbar...Allohu Akbar..Allohu Akbar" terus tak
berhenti berlari entah harus kemana dengan rasa takut yang tak
terkirakan,
pikiran kalut, kacau, yang ada hanya menyelamatkan diri. Sambil berlari
dan
mengucap Takbir  seolah ada yang memberiku ilham, tiba-tiba terlintas
dipikiran "Air itu mencari tanah yang lebih rendah ..." ku arahkan lari
ku
ketanah daerah yang lebih tinggi, "ya tapi harus lari kemana ???" buntu
pikiranku... sambil terus berTakbir, kembali seolah ada yang membisiki
ku
"lari kearah kanan" aku ikuti bisikan itu aku lari ber belok kekanan,
ternyata yang kutemui adalah tanggul yang tingginya satu setengah meter,
akupun mencoba untuk menaikinya tapi tak berhasil karena begitu lelah
setelah terus berlari, kulihat dibelakangku...rupanya teman2 ku berlari
mengikuti arah ku berlari sehingga kami berkumpul dibawah tanggul.
Sambil
bahu membahu, berpegangan tangan, yang berhasil naik keatas tanggul
membantu
mengangkat yang laiinya sampai semua berhasil naik tidak ada yang
tertinggal. Aku melihat kearah belakang lagi , ternyata sudah mulai ada
korban-korban yang tersapu oleh air yang mengerikan itu , tetapi air
masih
mengejar kami, "lari ... lari ... airnya mulai naik !!!" teriak ku.
Tanpa
sengaja aku berlari paling depan dan semua teman2 mengikuti di belakang.
Ooh
harus kemana aku ber lari , napasku tersengal-sengal "Allohu
Akbar...Allohu
Akbar..Allohu Akbar" hanya dalam hati karena tak sanggup lagi aku
mengucapkannya.
Kepalaku mulai pening kehabisan napas, mungkin sebentar lagi aku akan
pingsan dan akan tersapu oleh air  bah, pikirku. "Allohu Akbar...Allohu
Akbar..Allohu Akbar" (hanya dalam hati karena tak sanggup lagi aku
mengucapkannya) ... seolah ada bisikan lembut tapi tegas "lari kearah
trotoar jalan besar" kuikuti bisikan itu ... tetapi air sudah mulai
menerpa
kaki-kaki kami. Tubuh kami mulai basah oleh cipratan air sampai akhirnya
basah kuyup, setengah putus asa aku berlari karena akhirnya air bah itu
akan
menelan kami juga, ooh inilah ajal mungkin sudah tiba, pikirku, "Allohu
Akbar...Allohu Akbar..Allohu Akbar" (hanya dalam hati karena tak sanggup
lagi aku mengucapkannya).
"Lari terus kearah trotoar jalan besar" aah bisikan itu datang lagi ,
kuikuti lagi, sambil menoleh kebelakang, ternyata teman2n masih
mengikuti
dibelakang mengikuti arah lariku, kulihat dibelakang ku saluran-saluran
air
sudah meluap airnya, airnya mengalir deras membawa sampah,
potongan-potongan
kayu, mengerikan! Dikejauhan semakin banyak orang yang mulai terjatuh
tertelan air bah, arah lari mereka memang berlawanan dengan arah ku. Aku
tidak berani menoleh lagi, sungguh pemandangan yang menakutkan,
mengerikan.

Dalam keadaan berlari, bingung arah mana yang harus kutempuh , sejenak
kemudian terdengar lagi bisikan "lihat gorong-gorong, lari ke trotoar"
"ya
aku lari ke arah trotoar itu ... tapi apa maksudnya disuruh melihat
gorong-gorong??"  pikirku sambil terus berlari. Berlari ...terus sambil
berlari kulihat gorong-gorong yang ada  sisi-sisi jalan dimana
kuberlari, ya
betul ! digorong-gorong itu tidak ada air yang menggenang  ... tidak ada
air
yang mengalir kearah gorong-gorong itu ... ooh ini rupanya jawabannya,
air
bah itu pasti mencari saluran air dan yang ada hanya gorong-gorong itu ,
air
tidak sampai mengalir kearah gorong-gorong itu berarti, arah lariku
adalah
benar mencapai daerah yang lebih tinggi ! Oooh Yaa Alloooh ...Engkau
Yang
Maha Ghaib ... Engkau Bisikan Suara GhaibMu untuk membimbingku berlari
...
tanpa terasa air mataku berlinang, doa kupanjatkan dalam hati "Yaaa
Alloooh
tuntunlah kami, lindungilah kami..."  semangatku terpompa kembali untuk
terus berlari ... sampai kupastikan daerah itu tidak ada air yang
menjangkaunya, perlahan-lahan aku berhenti berlari dan habis sudah napas
ini, akhirnya aku berhenti dan duduk tersungkur dipinggir trotoar.
Dengan
napas yang tinggal satu-satu dan kepalaku mulai pening, berat sekali
rasanya
kepalaku ini. Sementara aku duduk ditrotoar ternyata rekan2 ku masih
mengikuti arah lari dan ikut berhenti dan ikut duduk dan tersungkur
ditrotoar tetapi rekan2 yang wanita tidak dapat duduk lagi langsung
lunglai
pingsan, kami biarkan saja karena kami sendiri juga dalam keadaan
kepayahan,
ketakutan , belum dapat bernapas dan berpikir dengan baik, setengah
hilang
kesadaran.
Hampir setengah jam kami terduduk, ada yang mulai siuman dari
pingsannya,
ada yang mulai menagis tersedu-sedu, ada yang menyeringai menahan
kakinya
yang sakit, ada yang terdiam membisu, masih terbayang-bayang kejaran air
bah
itu, masih teringat orang-orang yang berjatuhan ditelan bah, runtuhnya
hotel, Oooh Tuhan apa yang sedang terjadi??

Perlahan-lahan kesadaran kami mulai timbul, "Pak kemana lagi kita akan
berlari ???" tanya seorang rekan kepadaku, rupanya arah lariku
dijadikannya
tumpuan bagi rekan2ku.
"Tidak tahu lagi saya harus kemana, kita berhenti dulu disini ... "
jawabku
sekenanya, sambil mengenang dan mengingat-ingat akan Bisikan Ghaib itu,
hatiku menangis... bagaimana jadinya bila tidak ada yang menuntun ku
berlari, mungkin aku juga sudah terapu oleh air bah itu... terasa betapa
aku
sangat membutuhkan dan berharap-harap Bisikan itu datang lagi. Setelah
hening tidak terdengar lagi bisikan itu, tapi aku yakin sudah bahwa
Bisikan
Itu adalah petunjuk bagi keselamatan diriku dan rekan2ku. Aku bersyukur
dalam hati masih dilindungi oleh Yang Maha Ghaib.
Kehingan kami tidak berlangsung lama, kurang lebih satu jam kami hanya
berdiam diri, setelah tenaga terkuras habis, perasaan lapar mulai
menyergap,
karena kami memang belum sempat menyantap sarapan kami sewaktu terjadi
gempa
tadi. Rekan wanita mulai ada yang mengeluh "Perutku mulai terasa lapar
..."
aku dan rekan2 yang lain berdiam diri saja, tidak ada yang menanggapi
walaupun kami tahu bahwa semua pasti belum sarapan tapi kemana harus
mencari
makan dalam keadaan kacau balau seperti ini. Masih untung kami bisa
hidup,
apa jadinya kalau tadi kami salah arah dalam berlari, bisa jadi terjebak
dipusaran air bah yang masuk sampai ketengah kota.

Tetapi Alloh Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, kuedarkan pandangan ku
kesekeliling, jalan itu sepi, lenggang, ada beberapa bangunan ruko masih
tutup, tapi mataku  terpaku disalah satu ruko tulis dipapannya "Rumah
Makan
Padang", lho koq sudah ada rumah makan padang yang buka??? Rasa
gembiraku
bukan kepalang, kami bergegas ke rumah makan itu, setelah selidik punya
selidik ternyata rumah makan itu sudah kosong ditinggalkan pemilikanya,
tetapi makanannya lengkap dan kayaknya baru dimasak, masih hangat !!!
Waduh
gimana ini, mau makan bayarnya kesiapa?? Makan tanpa bayar juga bisa ,
tapi
itu mencuri namanya !
"Bagaimana kalau kita makan saja dulu  kemudian kita tinggalkan saja
uang
kita dilacinya ??" aku mengusulkan karena aku merasa dikantongku masih
ada
uang sisa perjalanan dinasku. Tanpa menunggu lama lagi rekan2 ku
langsung
setuju. Kami makan dengan lahapnya, Yaa  Alloh Yaa Rahman Yaa Rahim ...
ampuni kami...walaupun didalam bencana besar ini Kasih Sayang Mu masi
memayungi jiwa-jiwa kami, masih juga kami diberi Nya makan.
Tak lama setelah selesai makan muncul serombongan ibu-ibu ada anak-anak
juga
melintas didepan rumah makan itu, mereka melongok kan kepala kepada kami
"Pak kami mau beli makanan, tapi kami tidak punya uang, rumah kami
hancur,
kami lapar Pak??"
Tersentak kami semua mendengar nya, spontan rekan2 menjawab "Kami bukan
pemilik rumah makan ini, tapi kalau mau makan silahkan ambil saja, makan
saja, kami yang bayar " jawab kami seketika. Tanpa dikomando mereka
menyendok makan itu dan memakannya dengan lahap, sebentar saja seluruh
makanan sudah ludes, selesailah makan mereka.
Dengan rasa gembira ibu-ibu dan anak-anak itu mengucapkan terimakasih
berkali-kali, "Terus ibu-ibu ini mau kemana ?" tanya salah seorang
rekanku,
seketika kegembiraan ibu-ibu itu lansung sirna, "Kami akan mencari
keluarga
kami yang hilang tersapu air bah, entah mencarinya kemana ..." mendung
menggayut dimata ibu itu. Mereka pun berpamita dan berjalan pelan2
menyusuri
trotoar, entah hendak kemana.
Aku dan rekan2 menghela napas, sambil berdoa semoga keluarga mereka
dalam
keadaan selamat semua. Kami termenung kembali, sejenak kemudian mulai
saling
berbicara apa yang akan kami lakukan selanjutnya. Akhirnya diputuskan
kami
kembali kearah hotel tempat menginap.
Serasa sudah aman kami berjalan kembali kearah hotel, sepanjang jalan
terlihat betapa ganasnya air bah itu menyapu kota Aceh ! tidak hanya
bangunan2 yang hancur, terlihat juga tumpukan tubuh manusia saling
bertumpuk
di gorong-gorong air, menyumbat saluran air, mengerikan sekali ...
Sesampainya dilokasi hotel, terlihat bangunannya sudah runtuh, sangat
berbahaya bila didekati. Kami putuskan untuk berjalan kearah Airport,
semoga
disana masih ada rekan2 yang sudah selamat terlebih dahulu. Letak
Airport
ada didataran yang agak tinggi, sesampainya di Airport kami baru bisa
bertemu dengan rekan2 lainnya yang ikut selamat dari hantaman air bah.
Setelah itu kami sepakat menjadikan Airport sebagai Posko sementara dan
selanjutnya harus bagaimana ... aaah entahlah ... aku badanku tidak kuat
lagi, hatiku menangis bila mengingat mayat-mayat yang bergelimpangan,
aku
tertidur diluar gedung airport karena kemungkinan masih ada gempa
susulan,
aku pejamkan mataku ... aku tidak dapat berfikir lagi... Yaa Alloh
bukakan
mata hati kami untuk dapat mendapat hikmah dari semua ini .

Seperti yang dituturkan oleh Pak Sanwani kepada Penulis.
Kepada rekan2 yang lain dipersilahkan membagi pengalamannya.



 

AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke