Dear Mbak Luluk,
 
ha..ha..ha...nggak apa2 kok Mbak kalau saya sih orangnya open2 saja sama 
pendapat dari rekan2 yang lain. Kebetulan kalau ini memang pendapat dari DSA 
Mbak not my opinion lho. Dan selama ini kalau saya lihat dari anak saya tidak 
ada kesulitan sama sekali untuk pindah dari minum susu menjadi makan makanan 
berserat seperti sayur2an, jadi walaupun minum susu tetap makan ikan dan 
sayur-sayuran no. satu buat anak saya. 
Memang saya akui kalau anak tersebut dalam keadaan benar2 lapar, dia akan makan 
apa saja, ini saya alami sendiri lho pernah waktu malam2 saat saya dan anak2 
berada di rumah waktu itu usia anak saya 1 tahunan gitu pas saya lapar dan 
nggak ada makanan saya makan nasi digongseng tanpa minyak hanya pakai garam 
saja. Eh Mbak tahu nggak anak saya itu ikut makan dengan saya, he3x ternyata 
dia suka juga yah makan nasi sama garam kayak saya. 
 
Tetapi yang saya pikirkan adalah kebutuhan gizinya, yang mungkin sebagai ibu 
bekerja harus kita akui sulit untuk mencari pengasuh anak yang benar2 mau 
bersabar memberi anak kita makan dan sulit bagi kita untuk ganti2 menu makanan 
karena berbagai kesibukan yang kita alami dan saat di rumah mungkin kita sudah 
agak lelah. Jadi saya pikirkan karena anak saya doyan susu, maka daripada dia 
tidak makan lebih baik buat saya memberikan susu. Dan saya secara terbuka 
mengkonsultasikan dengan DSA saya, dan DSA tersebut menyarankan kepada saya 
kalau memang anak kita doyan susu maka tidak ada salahnya dia diberikan susu. 
 
Dan sekarang anak saya mau kok makan pepes tahu pakai daun kemangi, makan sayur 
sop dengan wortelnya, makan sayur labu dan lain2. Tidak ada kesulitan sama 
sekali buat mereka, walaupun waktu kecilnya mereka sangat susah sekali makan.
 
Tetapi semuanya mungkin bergantung kembali kepada kita Mbak kalau memang kita 
punya banyak waktu atau ada orang lain selain pembantu atau baby sitter yang 
mau bersabar menghadapi anak kita makan, it's ok bisa saja diupayakan untuk 
memberikan yang menurut kita baik.
 
Tetapi saran saya ini mungkin buat ibu2 yang seperti saya gitu, waktu sangat 
sempit dan tidak punya orang lain yang dapat diandalkan buat menjaga anak 
selain PRT dan BS he3x. So, harus cari penyelesaian yang simple dan tidak 
merepotkan buat anak saya.
 
Rgrds,
Lilis

Luluk Lely Soraya I <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Dear Mbak Lilis,

Maafkan ya. Mungkin saya gak sependapat dg mbak.
Kalo kita mo browsing dikit aja entah di Nakita atau situs-situs
terpercaya spt www.askdrsears.com, dsb,
maka hampir gak pernah saya menemukan advice dari dsa atau ahli gizi
manapun agar memberikan susu
atau menggantikan susu jika anak susah makan. Yg saya baca dari manapun
justru konsumsi susu yg berlebihan yg membuat anak makin jadi urusan susah
makannya. Dan memang tiap anak hampir pasti mengalami masalah susah makan.
Penyebabnya bisa bermacam2, mulai dari bosan dg variasi makanan, terlalu
byk makan cemilan padat kalori, terlalu byk minum susu, masuk periode
negativism (terrible two), dsb.Jadi gak semata2 krn variasi makanan aja.

Anak-anak kita tuh luar biasa pintar. Dan kita ortunya juga harus pintar
dong. Dan memang betul yg dikatakan Mbak Intan dan ini statement resmi
dari perkumpulan DSA sedunia loh ya :
"bahwa anak yg normal (gak terganggu mentalnya) gak akan membiarkan
dirinya kelaparan."
Jadi kalo disikapi dg betul dia akan makan. Meski memang ada trik2nya.
Spt hiasan makanan.
Kita aja org dewasa sangat mempedulikan bentuk makanan saat datang ke
restoran selain rasa. Jadi kalo nasinya dicetak dg cetakan agar2, kemudian
sayurnya dicetak dg cetakan kue kering, ditaruh di piring yg cantik
bermotif finding nemo.
Kira2 anak mana yg akan nolak, at least utk menengok aja.
Its only a matter of time.

Soal cemilan sehat spt wortel kukus, yoghurt, dsb, hanya masalah kebiasaan
kok. Sama spt anak doyan sayur atau gak. INgat anak itu plagiator sejati.
Kalo dia liat ibu bapaknya gak suka sayur, maka besar kemungkinan anak gak
suak sayur. Kalo dia liat ibu bapaknya suka nyemil gorengan, maka jangan
harap anak suak cemilan wortel kukus, dsb.

Saya sependapat kok dg mbak lilis bahwa susu itu bagus utk anak. Dan
memang tepat sekali. Tapi bukan berarti harus berlebihan. Saya pernah
berkesempatan tinggal di negeri orang (US). Waktu itu saya belum terlalu
concern dg soal anak, dsb.
Tapi selama saya tinggal disana & berteman dg teman2 yg berkeluarga. Saya
gak pernah liat mereka "memaksa" anaknya mengkonsumsi susu saat anaknya
berusia toddler (>1th). Apalagi saat susah makan.

Jadi ? semua kembali ke kita. Rasanya kita sbg ortu juga harus terus
belajar & membekali diri dg ilmu agar dpt memberikan yg terbaik utk anak.
Saya posting juga artikel dari berbagai macam sumebr utk bahan
pembelajaran bersama.
Maaf kalo gak berkenan.

Luluk
-------------------------
Anak Sulit Makan? Kurangi Susu!


Jakarta, Minggu

Agar anak doyan makan, susu sebaiknya dikurangi, maksimal 1 - 2 gelas sehari


Sulit makan! Ini sering terjadi pada anak-anak. Orangtua pun puyeng.
Boro-boro menghabiskan makanan yang sudah dimasak dengan susah payah,
menyuapkan sesendok demi sesendok saja bueratnya bukan main.

Bagaimana mengatasinya?

Anak yang sulit makan bukan monopoli masalah para ibu di negeri kita. Cuma
satu kali mengeklik search engine di internet dengan kata kunci eating
problem, syuut ... langsung terpampang puluhan situs web yang memaparkan
kesulitan makan pada anak di planet ini. Dari situs tersebut ada sebuah
situs yang menarik. Isinya, berbagi rasa diantara para orangtua yang
anak-anaknya sulit makan.

Salah satunya, pengalaman Rhonda di Kanada.

"Dua anak lelaki saya berumur tiga dan lima tahun. Saya khawatir sekali
karena tubuh mereka lebih kecil dibandingkan dengan teman-temannya. Mereka
sangat pemilih soal makanan. Setiap makanan, yang saya masak dengan
pertimbangan memenuhi standar gizi yang baik, selalu dikomentari ’Iiih’.
Mereka menolaknya. Bagaimana agar mereka mau makan selahap kalau dibawa ke
restoran fast food? Bagaimana pula agar mereka tidak selalu memilih
makanan siap santap dari supermarket? Bagaimana membuat mereka mau mencoba
makanan lain, bukan yang itu-itu saja?"

Apakah Anda memiliki pengalaman dan pertanyaan serupa? Mari kita coba cari
jawabannya

Kurangi susu

Faktor kesulitan makan pada anak, menurut dr. Eva J. Soelaeman, SpA,
spesialis gastrohepato nutrisi anak dari RSIA Harapan Kita, Jakarta, bisa
karena terlambat mengenalkan makanan padat pada si anak. Saat ia mulai
diperkenalkan pada makanan kasar (usia setahun), saat itu juga seharusnya
susu mulai dikurangi, maksimal 1 - 2 gelas sehari.

Namun, orangtua cenderung kurang sabar memberikan makanan kasar. Akhirnya,
daripada perut si anak tidak kemasukan makanan, diberikan saja susu
melebihi jumlah yang semestinya.

Dengan memperkenalkan aneka jenis bahan makanan, diharapkan anak semakin
terbiasa dengan makanan rumah. Itu tergantung bagaimana pinter-pinter-nya
ibu memberikan makanan bervariasi agar anak tidak cepat bosan. Salah satu
penyebab susah makan, bisa jadi karena makanan sehari-hari kurang
variatif.

"Banyak ibu berpendapat, kalau belum makan nasi, (artinya) si anak belum
makan," tambah Eva. "Padahal, makanan sumber energi seperti roti, bakmi,
makaroni, bakpao, dll. bisa sebagai pengganti."

Perlu juga diperhatikan apakah makanannya bergizi seimbang. Artinya,
kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral memenuhi
syarat ilmu gizi dengan porsi disesuaikan kebutuhan dan usianya. Eva
mengingatkan, agar tidak membiasakan makanan untuk anak diberi bumbu MSG
sehingga kalau tanpa itu akan terasa hambar dan kurang enak bagi si anak.
Orangtua juga sebaiknya mengatur menu makanan sehari-hari bagi anaknya,
bukan diserahkan ke pengasuh.

Apa yang dilakukan Ade, ibu dari dua anak yang masih duduk di TK dan SD,
mungkin bisa ditiru. Hampir setiap hari ia berusaha memasak untuk
keluarganya. Menyiapkan makanan sejak subuh sudah merupakan pekerjaan
rutin sejak menikah. Agar menunya bervariasi, ia mencoba membuat daftar
menu selama satu minggu. Untuk minggu berikutnya, ia berusaha tidak
mengulang menu sebelumnya. (intisari)

------------------
http://www.kompas.com/wanita/news/0408/10/185144.htm
MENGENAL SELERA MAKAN ANAK


Menyiapkan makanan untuk anak-anak adalah hal yang gampang-gampang susah.
Selain harus memenuhi standar gizi, tampilan makanannya juga harus
menarik.
Tak sedikit orang tua seperti Anda yang mengalami kesulitan dalam
memberikan makanan pada anak. Apalagi kalau anak susah makan. Kurangnya
keinginan makan pada anak umum terjadi, khususnya anak usia balita. Apa
yang harus Anda lakukan untuk meningkatkan selera makan anak?

Di usia balita, anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain.
Kalau sudah asyik bermain, mereka seringkali mengabaikan waktu makan.
Namun berbagai cara dapat Anda lakukan untuk menyiasati anak agar makan
lebih banyak, terutama makanan yang bergizi tinggi. Salah satunya adalah
menyuapi anak-anak sambil mengajaknya bermain.

Biasanya anak lebih berselera makan makanan yang berupa cemilan karena
tertarik dengan kemasan dan cita rasa yang disajikan. Saat ini banyak
pilihan produk makanan dengan berbagai kemasan menarik di pasar. Mulai
dari bentuk, warna, dan kemasannya. Tak jarang promosi produk-produk ini
melibatkan pemberian produk mainan sehingga memperbesar daya tariknya.
Namun yang harus Anda perhatikan adalah, apa pun makanan yang disajikan
harus memenuhi kebutuhan gizi anak.

Kalau anak senang makan cemilan, Anda sebaiknya memilihkan cemilan-cemilan
yang memiliki komposisi gizi seimbang dengan kandungan karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral yang lengkap.
Yang perlu Anda perhatikan juga adalah bagaimana menciptakan suasana
nyaman bagi si Kecil saat makan. Banyak cara bisa dilakukan, seperti yang
dilakukan oleh Mona Ratuliu saat menyuapi si Kecil sambil mengajaknya
bermain agar ia tidak bosan. Menambah pengetahuan dengan membaca buku yang
membahas cara menyajikan makanan juga dapat dilakukan seperti yang Mona
lakukan. Dengan demikian Mona mampu menyajikan makanan dengan bentuk dan
warna-warna menarik, sehingga si Kecil lebih mudah diajak makan.

Memperkenalkan Rasa dan Tekstur Makanan Secara Bertahap
dr. Samuel Oetoro, MS menjelaskan bahwa pengenalan rasa dan tekstur
makanan kepada anak harus dimulai sejak dini dan disesuaikan dengan
tahapan usianya. Di usia 6 bulan bayi sebaiknya diperkenalkan denan bubur
susu dan bahan makanan lain yang bertekstur. Menginjak usia 8 bulan
perkenalkan pada nasi tim lunak. Usahakan untuk tidak mencampur aduk menu
yang dapat menyebabkan rasanya menjadi aneh. Karena yang terpenting adalah
memperkenalkan rasa dan variasi makanan pada si Kecil. Menu makanan biasa
baru mulai diperkenalkan pada usia 1 tahun.

Jika balita Anda suka makanan orang dewasa, seperti sate, ini adalah hal
yang wajar. Yang penting gizinya harus lengkap, seimbang dan banyak
variasinya. Artinya, mengandung karbohidrat, lemak, protein, dan sayuran
atau mineral dengan komposisi seimbang dan jenis makanannya jangan
monoton. Inilah yang selayaknya terpenuhi dalam menu sehari-hari. Jika
anak belum suka makan makanan yang padat, Anda bisa menggantikannya dengan
makanan cair, terutama susu.

Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga bisa merasa bosan dengan menu
yang sama terus menerus. Anda harus jeli dan mampu memberikan makanan
secara bervariasi. Selain harus jeli mengatur makanan agar anak tetap
berselera, Anda juga tidak boleh memaksa anak untuk makan apalagi dengan
ancaman. Karena ancaman ini dapat menyebabkan si Kecil trauma dan malah
akan membuatnya semakin susah dibujuk untuk makan. (sahabatnestle)
http://www.indomedia.com/intisari/1998/agustus/ogah.htm
Anak Makan Salah Ortu
Kalau seorang anak ogah-ogahan makan, bisa jadi bukan faktor si anak
tetapi lantaran kesalahan ortu (orang tua) dalam menerapkan pola makan
pada anak. Lantas apa yang harus dilakukan? Berikut paparan Dr. Ali
Khomsan, ahli gizi yang juga dosen GMSK, Faperta IPB.

Asupan gizi yang baik sering tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena
faktor dari luar dan dalam. Faktor luar lantaran keterbatasan ekonomi
keluarga. Sedangkan faktor internal ada dalam diri anak yang secara
psikologis muncul sebagai problema makan anak.

Problema makan ini misalnya dijumpai dalam bentuk anak enggan makan.
Perilaku ogah makan bukanlah persoalan sepele. Tidak ada obat mujarab yang
bisa segera memulihkan nafsu makan anak. Anak yang malas makan selalu
berusaha mencari-cari alasan untuk tidak makan. Misalnya dengan ngemut
makanan, mempermainkan, atau memuntahkan makanan.
Picky eater (pilih-pilih makanan) sering dijumpai pada anak yang membuat
orang tua bingung. Anak yang cenderung berperilaku picky eater akan
mengalami kesulitan dalam meramu variasi makanan untuk memenuhi kecukupan
gizinya. Makanan yang dikonsumsi sehari-hari cenderung seragam, padahal
keanekaragaman makanan merupakan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan
gizi. Anak-anak ini pun bisa saja setelah besar tidak mau mengkonsumsi
makanan yang keras. Bahkan nasi pun harus diganti bubur.

Mengapa problema makan ini muncul pada anak? Secara psikologis dapat
diterangkan, perilaku makan timbul karena anak meniru atas apa yang
dilakukan oleh anggota keluarga lainnya. Anak yang tumbuh dalam lingkungan
keluarga yang enggan makan, lantaran diet misalnya, akan mengembangkan
perilaku enggan makan pula.
Perilaku sulit makan juga dapat timbul karena orang tua tidak mengakui ego
anak. Orang tua selalu memaksakan anak harus makan ini-itu dengan porsi
yang sudah ditentukan. Misalnya dengan mengharuskan menghabiskan makanan
di piring. Maksud orang tua mungkin benar mereka menginginkan anaknya
tumbuh sehat dengan gizi cukup. Tetapi mereka kurang menyadari kalau makan
bukan melulu persoalan gizi tetapi terdapat pula unsur psikologis.
Soalnya, anak balita dalam rangka menuju proses kemandirian sebenarnya
ingin pula diakui egonya. Jadi, sekali-kali beri mereka kebebasan untuk
mengambil makanan sendiri tanpa harus disuapi.
Ulah ortu
Ada perbedaan mendasar bagaimana orang Barat mempersiapkan proses
kemandirian anak dibandingkan dengan orang Timur. Di sini kita selalu
cenderung meladeni anak, termasuk dalam hal makan karena tidak ingin
makanan tumpah berceceran. Membuang-buang makanan adalah tabu dan bisa
kualat. Sehingga dalam masyarakat kita bisa dijumpai orang tua masih
menyuapi anak yang sudah kelas V SD. Hal ini nyaris tidak kita temukan
pada masyarakat Barat yang sejak dini melatih anak untuk bisa makan
sendiri.
Perilaku makan yang kurang pas sering kali muncul karena ulah orang tua.
Semisal kebiasaan untuk menenangkan anak yang sedang rewel dengan cara
membelikan jajanan yang padat kalori (permen, minuman ringan, coklat,
dsb.). Anak yang sudah mengkonsumsi makanan padat kalori perutnya akan
segera kenyang sehingga ia tidak mau makan.


Variasi makanan sangat menunjang tumbuh kembang anak.
Karena itu kegiatan makan bagi seorang anak harus dibuat dalam suasana
yang menyenangkan. Jangan ada unsur paksaan sehingga timbul kesan saat
makan menjadi sesuatu yang menjengkelkan atau bahkan merupakan hukuman.
Kebiasaan makan bersama yang sudah mulai ditinggalkan ada baiknya
dihidupkan lagi. Anak balita pun bisa merasakan nikmatnya makan bila semua
anggota keluarga duduk bersama-sama di meja makan.
Problema makan pada anak dapat berakibat buruk bagi tumbuh kembang anak.
Sedikitnya makanan yang masuk ke dalam perut anak dapat menjadi indikasi
bahwa anak itu mempunyai peluang besar untuk menderita kurang gizi.
Indikator status gizi kurang dicerminkan oleh berat badan atau tinggi
badan anak di bawah standar.
Dengan menggunakan ukuran standar sebagai pembanding kita dapat mengetahui
status gizi seorang anak. Di dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), yang
dibagikan secara gratis bagi peserta program Posyandu, tergambar grafik
pertambahan berat badan berdasarkan usia anak. Melalui penimbangan anak
balita setiap bulan dapat diketahui kecenderungan status gizi seorang
anak.
Mereka yang mengalami kegagalan pertumbuhan (berat badan tetap atau turun
dalam penimbangan bulan berikutnya) sering disebabkan oleh kekurangan gizi
atau sakit. Anak-anak itu mengalami kekurangan gizi karena kurangnya
makanan di tingkat rumah tangga.
Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa.
Tetapi mereka pun bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi
selera mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua kita juga harus berlaku
demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan yang memang menjadi
kegemaran si anak.
Faktor psikososial yang bisa mempengaruhi nafsu makan anak bisa timbul
karena pemberian makan yang terlalu tergantung pada seseorang. Misalnya,
anak balita yang biasa disuapi pembantu mungkin nafsu makannya berkurang
ketika harus makan bersama-sama ibunya yang selama ini selalu sibuk di
kantor. Yang paling baik adalah menciptakan suasana sosial yang seimbang
di dalam rumah tangga sehingga anak balita merasa dekat dengan semua
anggota rumah tangga dan mau makan dengan siapa saja.
Susu tidak wajib
Asupan gizi yang baik tentu berperan penting dalam mencapai pertumbuhan
badan yang optimal. Pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula
pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang.


Makanan siap saji cenderung tak seimbang kandungan gizinya.
Masa pertumbuhan otak tercepat adalah pada trisemester ketika janin berada
dalam kandungan sampai bayi berusia 18 bulan. Setelah itu otak masih
tumbuh dengan kecepatan yang semakin berkurang sampai usia lima tahun.
Oleh karena itu usia balita ini sangat rawan terhadap kondisi-kondisi
kurang gizi.
Pada usia rawan ini banyak orang tua yang mempunyai persepsi keliru
mengenai makanan untuk anaknya. Misalnya, bayi sampai usia empat bulan
sebenarnya cukup kalau hanya diberi ASI oleh ibunya tanpa tambahan makanan
apa pun. Hal ini sesuai dengan sistem enzim dalam pencernaan bayi yang
masih didominasi oleh enzim laktase untuk memecah laktosa susu.
Tetapi sebagian orang tua menganggap bayi akan kelaparan tanpa makanan
tambahan sehingga mereka memperkenalkan pisang, bubur, dan sebagainya.
Padahal jenis makanan ini memerlukan kehadiran enzim maltase untuk memecah
maltosa (karbohidrat) pada pisang atau bubur. Enzim maltosa umumnya belum
banyak diproduksi oleh bayi di bawah usia empat bulan. Kesalahan dalam
memberikan makanan ini tentu membuat tubuh bayi tidak dapat mencerna
dengan sempurna makanan yang diberikan oleh ibunya sehingga sari makanan
tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Akhirnya, bayi bisa terhambat
kecerdasannya.
Setelah anak berusia dua tahun sebenarnya kehadiran susu dalam menu
sehari-hari bukanlah hal wajib. Yang penting aneka ragam makanan
dikonsumsi dengan cukup. Dengan memperhatikan 4 sehat saja (nasi, sayur,
lauk, dan buah), anak-anak setelah usia dua tahun dapat tumbuh secara
baik.
Namun kenyataannya, orang tua seolah memaksa anak agar mengkonsumsi susu
banyak-banyak dan membiarkan anak mengurangi porsi makannya. Padahal makan
dengan porsi tiga kali sehari lebih penting daripada minum segelas atau
dua gelas susu. Susu di banyak keluarga dianggap sebagai makanan dewa yang
bisa menggantikan nasi, sayur, dan lauk pauk.
Susu dari sudut pandang gizi bukanlah sumber protein tetapi lebih tepat
sumber kalsium dan fosfor. Kalsium dan fosfor ini dengan mudah kita
dapatkan dalam ikan teri atau ikan sarden. Sementara sumber protein utama
kita adalah nasi serta lauk-pauk. Jadi, dengan konsumsi 4 sehat tanpa 5
sempurna pun anak-anak kita setelah usia dua tahun bisa tumbuh dengan
optimal. Juga pertumbuhan tinggi badannya.
Perawakan tinggi ini ditentukan oleh banyak faktor. Faktor genetik atau
potensi biologik menjadi modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang. Tinggi badan seorang anak akan dipengaruhi tinggi badan
kedua orang tuanya. Kita tidak bisa mengharapkan anak tumbuh tinggi bila
orang tuanya pendek atau sebaliknya.
Selain itu ada pula faktor hormonal. Hormon yang sangat penting untuk
pertumbuhan adalah hormon pertumbuhan, hormon tiroid, dan hormon seks.
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk merangsang perkembangan tulang
panjang. Anak-anak yang menderita kekurangan hormon pertumbuhan hanya akan
mempunyai tinggi akhir 120 cm pada masa dewasanya. Hormon tiroid berperan
besar dalam metabolisme tubuh. Sedang hormon seks menentukan pertumbuhan
anak pada masa pubertas. Jadi kalau ada anak disunat menjelang pubertas,
sesudahnya dia tumbuh secara lebih cepat karena aktivitas hormon seks.
Bukan khitan itu yang menyebabkan seseorang tumbuh lebih cepat.
Ukuran perawakan tinggi sebagai manifestasi ketiga faktor di atas
berbeda-beda untuk setiap populasi. Tinggi untuk ukuran kita belum tentu
demikian untuk orang Eropa atau Amerika. Masyarakat kita bahkan mungkin
belum bisa mentoleransi anak perempuan yang tingginya 175 cm.
Tapi pada era globalisasi ini tinggi badan menjadi sesuatu yang tidak bisa
diabaikan. Soalnya, berbagai formasi pekerjaan mensyaratkan ukuran tinggi
badan tertentu. Kalau dulu hanya ABRI dan awak pesawat udara, kini semakin
banyak sektor yang menginginkan pegawainya berperawakan tinggi. Nah, ada
baiknya para orang tua lebih memperhatikan perlaku makan putra-putrinya.

--------------------
http://www.askdrsears.com/faq/fn1.asp

Hi,
Matthew was one-year-old on January 15th and is still breastfeeding. He
eats a wide variety of solid foods... although in smaller quantities
lately. My question is do I have to give him cow's milk ever? I gave up
dairy because he was a very colicky and high need newborn. I tried
introducing yogurt-he spit up later in the day. I tried to introduce soy
yogurt- spit up. I offered a tiny piece of aged gouda for tasting and he
pulled it out of his mouth. I have read about the issues surrounding cow's
milk and possible intolerance or allergies. But is it okay if they never
drink cow's milk. Didn't I read once that you aren't supposed to drink it
beyond a certain age, anyway?"


Does your baby really need actual cow's milk? No. The main thing that is
in milk that is important for babies is calcium and fat. If your baby will
eat yogurt, cheese, or calcium-fortified orange juice (when he is a bit
older, of course), then your baby may not actually need milk. Many cereals
are also calcium-enriched. The calcium requirement for infants is two or
three servings of a calcium-rich food or beverage each day. One cup of
milk, juice, or yogurt, or one piece of cheese, each counts as a serving.
Breastfeeding at least four times each day also gives your infant plenty
of calcium. Calcium-fortified soy milk is a good substitute for regular

=== message truncated ===


---------------------------------
Find local movie times and trailers on Yahoo! Movies.

Kirim email ke