Sebuah Refleksi untuk akhwat kampus Oleh: abinya salma (10.11.13.98 )
Saya terkejut ketika mendengar syarat yang diajukan seorang ikhwan tentang kriteria akhwat yang diinginkanyya untuk menjadi isteri ; syaratnya " bukan akhwat kampus". Di saat masyarakat begitu menghargai selembar kertas bernama Ijazah untuk menilai derajat intelektual seseorang, ikhwan kita ini melawan arus. Padahal beberapa waktu lalu ada seseorang ikhwan lain yang mengajukan syarat bagi calon pendampingnya ; " harus sarjana, titik !". Tampaknya "keren" jika menyebutkan isteri kita adalah seorang sarjana. Memang, tidak sedikit terdengar keluhan ikhwan yang sudh menikah dengan akhwat-akhwat kampus mengenai istri-istri mereka. Selain keluhan umum, tidak bisa masak, tidak trampil urusan rumah tangga, atau tidak pandai bermasyarakat, juga keluhan tentang keinginan para isteri itu untuk bekerja di luar rumah. kadang dengan alasan yang aneh; membahagiakan orang tua atau memanfaatkan ilmu. Saya yakin tidak semua akhwat kampus seperti itu, meski fakta di lapangan juga tidak bisa disepelekan. Mungkin, inilah masalahnya; jabatan berjuluk 'ibu rumah tangga '. Karena meski telah mengikuti banyak kajian keislamanya, tidak sedikit di antara akhwat kampus yang masih belum ikhlas menyiapkan diri mengambil jabatan tanpa gaji itu. Tampak rendah dan remeh. Bahkan tidak menyiratkan sebuah kecerdasan intelektual ! Jujur saja, masih banyak isteri dengan latar belakang kampus, selalu menghindar jika mendapat pertanyaan , " Sekarang kerja di mana ?" Biasanya mereka akan mengalihkan perhatian, atau menjawab dengan suara mirip orang menggumam. Terasa berat untuk mejawab dengan kepala terangkat dan suara mantap, " Saya adalah ibu rumah tangga."Rasanya tidak enak untuk mengakui jabatan itu. Malu !. Sebab bagaimanapun, mengurus rumah tangga - sampai saat ini- , tidak dianggap sebagai profesi yang karenanya layak dibanggakan. Tidak cukup bernilai untuk dikatakan , yang karenanya banyak suara bernada iba dan merendahkan. "Kasiha dia, saya pikir dia telah menjadi seorang pengacara, wanita karier dll " Atau yang bernada marah, " Bodoh, kamu menyia-nyiakan IPK mu yang cumlaude itu! " Padahal jawaban anda yang merendah itu malah membuat jabatan ini semakin tampak rendah. Semakin membuat hati anda menderita, yang denganya anda bersikap defensif. Menghindar dan selalu menghindar. Karena anda tidak siap terluka untuk kesekian kalinya. Akhwat kampus tentu memiliki beban psikologis lebih besar karena sederet gelar akademis yang dimiliki. @@@@@@@-----@@@@@@@ Suara merendahkan itu hanya bersumber dari orang yang tidak tahu, jadi abaikan saja. Dia mungkin belum pernah menghabiskan waktu sehari saja bersama balita imut-imut nan lucu yang penuh rasa ingin tahu, disamping polah tingkah lain yang menggemaskan, membuat pekerjaan ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang menantang. Dengarakan seorang non muslimah Rose Kennedy berkata, " Saya mengawasi pertumbuhan anak bukan sebagai karya cinta dan kewajiban tetapi sebagai profesi yang menarik dan menantang seperti profesi lain yang terhormat di dunia, dan menuntu yang terbaik dari kemampuan saya. " Marilyn French, " Memberi makan anak-anak dan membesarkan mereka kapan pun dan diman pun, lebih bernilai daripada memasang baut di mobil-mobil atau mendesain senjata nuklir." Siapa sekarang yang malu dengan jabatan itu? justeru karenanya seluruh ilmu dan pendidikan anda tidak sia-sia. Betapa rumit dan kompleksnya ilmu yang harus dimiliki, psikologi, sosiologi dsb. Anda pun pantas menangguhkan karir profesional ( masihkah pantas dikatakan profesional ? ) demi karir di rumah tangga. Meletakkan pondasi masa depan peradaban manusia adalah tugas seorang ibu.Mengontrol kata-kata dari anak dan tingkah polah lainnya. Sekarang masalahnya adalah tumpukan uang bernama "gaji". Kalau itu yang dicari , tak mungkin didapatkan di sini, tapi kalau kepuasan batin, hasil masa depan berjuluk anak sholih, itu ada disini. Tidak pernah ada kata terlambat untuk berubah. apalagi perubahan dramatis dalam memandang pekerjaan dan memberinya tinkat kepentingan. Sehingga anda yakin inilah pekerjaan terpenting bagi kaum hawa. all right, akhwat kampus dan eks akhwat kampus tentunya, jangan setengah-setengah mempersiapkan diri . Meski berat, buktikan anda adalah muslimah cerdas yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Selamat berjuang !!! ket : akhwat (bhs arab) artinya wanita ikhwan = laki-laki
AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA UTARA !!! ================ Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]