FYI...dari milis sebelah.... terakhir lihat di TV sudah 22 yg tewas... ----- Forwarded by Nyoman RAHAYU/IDJKT04/TDE/AREVA-TD on 05/29/2005 05:50 PM -----
Bom di Tentena, 20 Orang Tewas Dua buah bom yang meledak di Pasar Kota Tentena, ibukota Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, mengakibatkan 20 orang warga sipil tewas dan 30 luka berat dan ringan. Wilayah ini adalah basis umat Kristen. Saat terjadi kerusuhan thun 2000 lalu, umat Kristen memilih eksodus ke wilayah tersebut. Di antara warga yang tewas itu, adalah Pendeta Deny Dalelia, pimpinan jemaat Gereja Desa Bukit Bambu, Kecamatan Pamona Utara (37 tahun) seorang bocah berusia 2,5 tahun bernama Andreas Pompangi dan Lurah Patiro Dongi, Ny Suryati Munango. Sampai berita ini dibuat, belum ada satu pun pejabat polisi di daerah ini yang mau buka mulut. Kapolda Sulteng, Brigadir Jenderal (Brigjen) Aryanto Sutadi yang dihubungi melalui telepon selularnya, tapi tida diangkat. Warga Tentena, Obet Rombot yang dihubungi mengatakan bahwa saat ini korban tewas yang masih berada di Rumah Sakit GKST Tentena, berjumlah sebanyak 20 orang, sedangkan korban luka sebanyak 30 orang. Dia menduga, korban tewas masih akan bertambah karena luka yang dialami korban cukup parah. "Yang tercatat sekarang baru 20 orang yang meninggal dan 30 luka-luka. Tapi kemungkinan jumlah itu masih akan bertambah, karena luka yang dialami korban cukup parah," kata Obet Rombot, warga Tentena kepada The Jakarta Post melalui telepon. Bupati Poso, Andi Azikin Suyuti yang dikonfirmasi membenarkan soal jumlah korban tewas itu. Namun dia mengatakan masih simpang siur soal jumlah korban tewas. "Data yang saya terima jumlah korban yang meninggal 19 orang. Tapi data dari masyarakat justru ada 20 orang," kata Azikin Suyuti. Sumber terpercaya di Polres Poso mengatakan, terdapat tujuh buah bom yang akan diledakkan di Kota Tentena. Namun, baru dua bom saja yang meledak, sementara satu buah bom ditemukan di halaman kantor Crisis Center GKST Tentena dan sudah dijinakkan oleh petugas Jihandak. Ledakan bom dan jumlah korban tewas dalam peristiwa ini sangat besar pasca Deklarasi Malino Tahun 2002 silam. Bom terakhir sebeum Tentena yang meledak di Poso, terjadi tanggal 28 April 2005 lalu, tapi tidak menimbulkan korbn jiwa. Tapi sebelumnya, bulan November 2004 atau menjelang hari Raya Idul Fitri, bom meledak di sebuah mobil angkutan pedesaan yang parkir di depan Pasar Central Poso Kota, yang menyebabkan enam warga tewas. Sekretaris Umum Sinode GKST, Pendeta Irianto Kongkoli mengatakan, aksi peledakan bom di Pasar Tentena itu, tidak ada kaitan sama sekali dengan soal agama. Pasalnya, antara umat Islam dan Kristen saat ini telah melakukan rekonsiliasi. "Saya yakin, ledakan bom itu tidak ada hubungannya dengan soal agama, tapi justru lebih dekat dengan masalah Pilkada. Saat ini antara kami (warga Kristen) dan pihak Muslim sedang mesra-mesranya dan sudah sepakat untuk berdamai," kata Pendeta Irianto Kongkoli yang saat itu sedang bersama-sama dengan Ustadz Adnan Arsal, tokoh Muslim Poso yang juga koordinator Forum Pembela Umat Islam (FPUI). Keduanya baru sehari tiba dari Jakarta untuk menemui Menteri Dalam Negeri kaitan dengan permintaan perpanjangan masa jabatan Andi Azikin Suyuti sebagai Penjabat Bupati Poso. Saat itu, keduanya sedang bersiap-siap ke Poso. Sayangnya, Pendeta Irianto Kongkoli tidak bersedia menyebut nama kelompok yang berusaha mengganggu jalannya Pilkada di Poso dengan cara meledakkan bom itu. "Yang pasti ini bukan soal agama. Hubungan kami sudah harmonis saat ini," ujarnya. Menurutnya, bukti harmonisasi itu adalah bahwa pada April lalu, umat Islam menggelar acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Tentena. Dalam acara itu, Pendeta Renaldy Damanik dan Ustadz Adnan Arsal sudah bertemu. Mereka berjabatan tangan, berpelukan dan saling cium pipi. Sikap kedua tokoh itu akhirnya diikut oleh warga lainnya. Pendeta Renaldy Damanik adalah Ketua Sinode GKST. Yang bersangkutan pernah dihukum dua tahun penjara, karena terbukti menyimpan puluhan senjata rakitan dan amunisi organik di mobilnya. Ia juga adalah mantan Koordinator Crisis Center GKST. Sedangkan Ustadz Adnan Arsal adalah tokoh Muslim garis keras di Poso. Yang bersangkutan adalah Panglima Perang Laskar Mujahidin dan Koordinator Forum Pembela Umat Islam Poso. Sebelum itu, para tokoh kombatan (Islam dan Kristen) menggelar pertemuan di Palu Golden Hotel Palu. Dalam pertemuan yang difasilitasi DPP Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama itu, mereka membentuk Aliansi Kemanusiaan Kabupaten Poso. Pekan lalu, aliansi ini menggelar aksi unjukrasa di Poso yang mendorong Pilkada damai dan meminta agar masa jabatan Andi Azikin Suyuti diperpanjang hingga selesainya Pilkada. Dalam aksi itu, mereka juga meminta agar sejumlah LSM yang selalu menggunakan nama rakyat Poso agar menghentikan aksinya soal dana kemanusiaan Poso, dan bersama-sama mengamankan jalannya pilkada yang aman dan damai. Tokoh-tokoh penting dari Islam dan Kristen yang menandatangani pernyataan sikap dalam unjukrasa itu, di antaranya Ustadz Adnan Arsal dan Pendeta Renaldy Damanik. Christian Tindjabate, peneliti dari Pusat Studi Perdamaian dan Pengelolaan Konflik (P4K) Universitas Tadulako menduga, ledakan bom itu sarat dengan nuansa politik, yang berusaha mengganggu jalannya Pilkada di Poso. Dia mengatakan, sasaran bom itu di Tentena, karena wilayah itu merupakan jumlah pemilih terbanyak dan menjadi rebutan dari semua kandidat. "Siapa yang bisa menaklukkan Tentena, dipastikan mereka akan memenangkan Pilkada," ujarnya. Dia menambahkan, bom itu sengaja diledakan oleh kelompok garis keras di Poso yang belum siap menerima adanya harmonisasi hubungan antara ustadz Adnan Arsal dan Pendeta Renaldy Damanik. "Jadi, ledakan bom itu sebagai salah bentuk protes mereka atas rekonsliasi itu," kata Christian Tindjabate. Sebagai gambaran, Pasar Tentena itu berada tepat di depan kantor Polsek Tentena, berjarak sekitar 45 meter dari kantor Crisis Center GKST, 100 meter dari kantor Sinode GKST dan berada di tepian Danau Poso. Satu jam pasca ledakan bom di Tentena itu, akses telepon dari dan ke Tentena terputus. Aktivitas warga pun dilaporkan lumpuh, demikian juga dengan arus lalu lintas. Semua pintu masuk dan keluar Poso dan Tentena dijaga ketat aparat keamanan. Mereka menggeledah siapa saja yang melintas.*** ----------- Market blasts kill 19 in Central Sulawesi PALU, Central Sulawesi (JP): At least 19 people died when two powerful bombs exploded in a crowded market in Tentena, a predominantly Christian town some 230 km east of here, police said. Local volunteers said the death toll, based on body counts at the Tentena General Hospital, had already reached 27, The Jakarta Post's correspondent Ruslan Sangaji reported from Palu. Police said the two bombs exploded within the space of 15 minutes. The first one occurred just after 8 a.m., a peak time for markets in Indonesia. No further details are available. National Police Chief Gen. Da'i Bachtiar is expected to visit the area later today to assess the situation, according to police in Palu. Tentena is considered as a safe haven for Christians, and many from out of town had found sanctuary there in the past to avoid the violent communal conflicts with the Muslim population. The latest explosions took place only a few weeks after the hardline leaders of the two conflicting communities made peace with each other in public view. In April, Ustadz Adnal Artad, the commander of the War Mujahiddin, and Reverend Renaldi Damanik, the head of the Central Sulawesi Christian Church, hugged each other to bury the hatchets. It is not clear who were the perpetrators of Saturday's violence. __________________________________________________ AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA UTARA !!! ================ Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]