aku punya akal bulus nich, kalau dirumah, aku sama suami kompak cuma ada satu 
TV saja, yang bisa ditonton umum, gak mau punya lebih, gak ada TV dikamar. 
kalau mau berangkat kantor, channelnya diacak, jadi cuma tv tertentu saja yang 
bisa ditonton ( kapan ya, ada yang bisa child lock gitu ). atau antenanya aku 
cabut (pake antena dalem) jadi tayangannya semut semua. anakku aku kasih radio 
saku yang bisa dia kantungi, dan DVD (selection items) saja.
kalau pagi, dari jam 5, kalau anakku sudah bangun, boleh nonton blue clues, 
lanjut dora-dora, sambil beres-beres sekolah dan sarapan, boleh sampai sponge 
bob kalau jemputannya belum datang.
malem adalah jam untuk orang tua ( aku sama suami ) nonton berita ( no sinetron 
- aku bilang ke anakku, kalau papa mama gak suka sinetron, soalnya sinetron itu 
kasar, suka main pukul, main kata-kataan, gak enak buat ditonton, mama papa 
lebih suka nonton berita aja, atau lagu-lagu ). , anakku kubacain cerita, 
mewarnai dan gambar menggambar, sampai jam 8, jam 8 sampai jam 9 boleh main 
komputer, jam 9 persiapan tidur sambil main sama kita, TV dimatikan, semua 
lampu juga, aku baru bisa nonton bebas setelah anakku tidur. (ya berkorban juga 
nich jadinya, berat euy, kalau kita kepengen nonton, harus nego dulu sama 
anakku, kalau papa mama pingin nonton F1 misalnya)
hari sabtu malam dan hari minggu TV milik orang tua, anakku libur gak nonton 
apa-apa, cuma main sama papa mamanya, ngobrol, bikin makanan di dapur, baca 
cerita, atau jalan-jalan.
Ini kalau baru satu anak bisa ya, kalau sudah 2 tau dech gimana lagi akalnya, 
nanti aja dech dipikirin lagi, yang jelas anakku sekarang gak suka sinetron, 
dia bilang orang di sinetron itu galak-galak, marah-marah melulu. 

Caroline Silka <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
"Dora" kok ngak ada di dalam list ini. Dora termasuk yang boleh ditonton
atau tidak jadinya? 

Kalo nurut saya sih Dora itu sangat edukatif dan baik untuk ditonton. 
CMIIW, please.

Regards,
Carolline Silka Wibowo
Mike's Mom

-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, June 01, 2005 3:22 PM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: Re: [balita-anda] Dampak Sinetron TV terhadap anak (Sharing...)

ini aku paste artikel dampak tv dari:
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=196851&kat_id=306

Menggugat' Film Kartun 



Untuk kesekian kalinya tayangan televisi digugat masyarakat. Setelah
sebelumnya menggugat tayangan misteri, porno aksi, dan telenovela, kini
giliran film kartun anak-anak. Pasalnya, kini banyak film kartun yang
sudah tidak layak lagi disebut sebagai tontonan anak-anak. 

Pada awalnya, film kartun memang dibuat sebagai sarana hiburan untuk
anak-anak. Namun, perkembangan teknologi animasi dan industri film turut
memperluas ruang gerak film kartun, baik dari segi tema cerita maupun
gambarnya, sehingga segmen penontonnya pun meluas. Gugatan tersebut
mengemuka dalam diskusi Film Kartun TV, Hiburan yang Perlu Diwaspadai
yang diselenggarakan Kritis Media untuk Anak (Kidia) di Jakarta, belum
lama ini, dengan pembicara B Guntarto (Kidia), Victor Menayang dari
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), dan Elly Risman (Ketua Yayasan Buah
Hati).

Dalam diskusi tersebut terungkap sebanyak 84 persen film kartun anak
mendominasi siaran televisi di Indonesia. Hasil pemantauan Kidia
menunjukkan banyak film kartun yang sebenarnya tidak layak dikonsumsi
anak usia sekolah dasar, apalagi prasekolah. Menurut, B Guntarto, pihak
stasiun tidak memberi informasi peruntukan film kartun tersebut dan
tidak memperhatikan jam tayang. ''Akibatnya, banyak kalangan
berpandangan tiap film kartun adalah untuk anak dan aman ditonton,''
ujarnya.

Yang menjadi persoalan, menurut Guntarto, ketika terdapat fakta bahwa
ternyata jam menonton TV pada anak sangat tinggi, yakni 30-35 jam
seminggu dengan pola pendampingan yang masih sangat rendah. Akibatnya,
orangtua tidak mengetahui acara apa yang ditonton anaknya. ''Padahal,
selama belasan ribu jam, anak-anak sampai remaja menyaksikan adegan
perkelahian, pembunuhan, adegan yang terkait dengan seks, mistik, dan
penggambaran nilai moral yang tidak begitu jelas mengenai mana yang baik
dan buruk dan mana yang benar dan salah,'' kata Guntarto dalam diskusi
yang dipandu Dana Iswara itu.

Guntarto mencatat banyak film kartun mendominasi slot acara TV untuk
anak. ''Dari total 110 mata acara TV untuk anak, sebanyak 92 di
antaranya, atau sekitar 84 persen, adalah film kartun,'' jelas Guntarto.
Ia secara khusus menyoroti film-film kartun asal Jepang yang mengandung
materi yang harus lebih diwaspadai. Film kartun Jepang, menurut
Guntarto, sangat banyak memberikan penggambaran mengenai kekerasan
fisik, kekuatan gaib atau mistik, serta penggambaran nilai dan moral
yang tidak eksplisit.

Televisi Indonesia, menurut Victor Menayang, sudah dikuasai
program-program yang sesungguhnya tidak bersahabat dengan anak-anak.
''Program-program televisi sudah menjurus pada tayangan anti sosial
serta tidak mematuhi klasifikasi jam tayang yang ditetapkan KPI,''
katanya. Menurut Elly Risman, tayangan TV mempengaruhi perkembangan
kecerdasan, kemampuan berpikir dan imajinasi anak yang disebabkan
kehadiran dua stimulus terus-menerus melalui bunyi dan gambar.
''Akibatnya kemampuan anak untuk berkonsentrasi jadi pendek, hanya
antara dua hingga tujuh menit saja,'' ujar psikolog anak ini.

Dampak negatif tayangan TV lainnya, menurut Elly, adalah berkurangnya
aktivitas fisik sehingga anak menjadi kurang terampil, kurang aktivitas,
misalnya bermain, kurang sosialisasi dan komunikasi. Akibatnya,
keterampilan emosi dan sosial anak tidak terlatih. Anak jadi malas dan
kurang termotivasi untuk belajar. Dampak tayangan TV yang lebih buruk
terhadap anak, menurut Elly, adalah meningkatnya agresivitas dan
kekerasan dalam tiga hingga 10 tahun belakangan ini dan kematangan
seksual secara lebih cepat. ''Mohon tayangan televisi tidak lagi secara
terus-menerus membodohi masyarakat,'' harap Elly.

Berdasarkan pemantauan Kidia, beberapa film kartun Jepang yang dinilai
mengandung materi tidak layak bagi penonton anak-anak antara lain Shaman
King (ANtv), Samurai X (RCTI), Super Gals (Global TV) dan Hunter X
Hunter (TV7). Film kartun yang sangat populer, Spongebob Squarepants
(Lativi) diberi label "bahaya" oleh Kidia, karena dianggap terlalu
banyak menampilkan kekerasan dan bahasa kasar yang bersifat merendahkan
orang lain.

Selain itu, film Teenage Mutant Ninja Turtles (Indosiar), Tiny Toon
Adventure (TransTV), dan Mr Bean Animation (SCTV) juga mendapat label
"bahaya" karena menampilkan tindak kekerasan fisik, bahasa kasar,
perilaku antisosial, dan adegan menjijikkan. Saat ini terdapat dua
standar pencantuman logo. Pertama, berdasar standar Asosiasi Televisi
Swasta Indonesia (ATVSI) dengan SU (Segala Umur), BO (Bimbingan
Orangtua), dan DW (Dewasa). Kedua, standar KPI, yakni A (Anak), R
(Remaja), D (Dewasa), dan SU (Semua Umur).

Guntarto mencontohkan, film kartun yang semestinya tidak dikonsumsi
anak-anak yaitu film kartun Jepang, Slam Dunk (RCTI). ''Pada film kartun
tersebut mendapat logo SU. Padahal menceritakan kehidupan anak-anak SMU
yang mestinya lebih tepat untuk tontonan remaja,'' ujar Guntarto. Kidia
merekomendasi tayangan film kartun yang cocok untuk ditonton dengan
penyajian materi tanpa adegan kekerasan, penyampaian dengan kata-kata
yang sopan, ada pesan-pesan kebaikan, ada ilmu pengetahuannya dan yang
terpenting berbudaya. Tontonan yang dimaksud adalah Ninja Boy
(Indosiar), The Adventure of Haatchi (SCTV), Chibi Maeruko Chan (RCTI),
Kapten Tsubasa (TV7), dan Bubu Chacha (TransTV).

Kini banyak para orangtua yang risau melihat anak-anak mereka lebih
senang nonton TV ketimbang duduk tekun menyimak buku-buku pelajaran.
Terkadang anak-anak tak bosan nonton TV selama berjam-jam. Atas dasar
itu, semua pembicara mengingatkan agar masyarakat secara aktif memantau
program acara khusus anak di TV, apakah isinya pantas dan layak
dikonsumsi anak-anak atau tidak. Selain itu, orangtua harus mendampingi
anak saat menonton acara yang tak layak ditonton anak-anak dan bersikap
tegas serta membatasi waktu nonton TV tidak lebih dari dua jam sehari.



tapi sebetulnya bukan kartun aja..semua sinetron rata2 tidak bagus dan
mendidik, saya sendiri sebagai calon bapak aja muak lihat kok bisa ada
sinetron dari TK atau SD yang jahatnya minta ampun...tidak
mendidik.....tooooolooong selamatkan generasi anakku....




----- Original Message ----- 
From: [EMAIL PROTECTED] 
To: balita-anda@balita-anda.com 
Sent: Wednesday, June 01, 2005 2:00 PM
Subject: Re: [balita-anda] Dampak Sinetron TV terhadap anak
(Sharing...)


Iya ya...mikirin dampak TV kok sering bikin pusing...:-( My Dilla (18
bln) dirumah ama Mbahnya (mertua). Masalahnya mertua saya hobi banget
nonton sinetron, India atau semacam Buser gitu...duhhhh. Mau bilangin
agak sungkan, pernah sih ngomong lewat suami, tapi kaya'nya gak ngaruh
juga.
Kalau saya sih sangat-sangat jarang nonton TV. Makanya paling gak
nyambung kalo obrolan ttg sinteron atau gosip2 seleb.
Kalau malam hari atau hari libur, saya lebih suka ngajak Dilla main,
atau muter lagu aja.

Salam,
Umminya Dilla
ygnontonTVnyahanyaacaramasakmemasakaja

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
MIS Department
PT Omron Manufacturing Of Indonesia
Tel. 62-21-8970111 ext. 513
Fax. 62-21-8970121
e-mail : [EMAIL PROTECTED]
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Angina's Mom 


Angina's Mom 
06/01/2005 01:17 PM Please respond to
balita-anda@balita-anda.com 



To 
"[EMAIL PROTECTED]"



cc 



Subject 
Re: [balita-anda] Dampak Sinetron TV terhadap anak
(Sharing...) 



sabar yah mba. saya bisa bayangin perasaan mba saat ini.

Anak akan belajar dgn cepat dari lingkungan sekitarnya. termasuk dr
TV yg sehari2 menjadi tontonan anak2 kita. Untuk itulah, perlunya
penyeleksian acara TV, apa aja yg patut ditonton oleh anak dan yg gak.
Dari awal saya selalu terapkan format spt ini. Karena Angina tdk
selalu
bersama sy sepanjang hari, maka orang yg menjaga Angina waktu saya
kerja
'omanya Angina' yg saya berikan pengertian, mengenai tontonan apa aja
yg
seharusnya disuguhkan di depan anak sy. walaupun ga 100% terfilter, at
least masih lebih baik drpd gak.

Menurut saya tayangan TV sekarang terlalu komersial. hehe..jangankan
TV, dokter aja banyak yg komersil. biasa lahh, duit yg berbicara. klo
dah gitu, susah deh. Protespun ga bakal digubris. Mending kita protect
dr dalam diri kita sendiri. Hasilnya bakal lebih cepat daripada nunggu
mereka menanggapi protes kita.

Semoga anak mba mendengarkan nasehat mamanya. Mengerti apa yg baik
yg boleh dilakukan dan yg ga baik yg harus dihindari.

--
Best regards,
Angina's Mom
http://www.tristania-angina.com/blog
yggasukanontonTVkecualianimalplanetdanjejakpetualang


Wednesday, June 1, 2005, 9:10:34 AM, you wrote:

THisc> Pagi Mom and Dads.

THisc> Aku mau curhat sedikit tentang keadaan anakku....
THisc> Kemaren malam sesampainya aku dirumah aku dikejutkan oleh
cerita ibuku
THisc> yang memberitahukan kelakuan anakku yg no.1 (SD kelas 1) di
rumah.
THisc> Seperti biasanya sepulang sekolah sekitar jam 1-an, setelah
berganti baju
THisc> , si mbak di rumah siap2x akan memberi makan siang untuknya dan
seperti
THisc> biasanya pula sambil makan dia menonton tv sambil membawa
toples yang
THisc> berisi kue kuping gajah. Tiba2x dia membuang kuenya yang ada di
toples ke
THisc> lantai setelah itu dia memanggil si mbak dengan berdiri dan
mengangkat
THisc> jari telunjuknya ke arah si mbak seraya berkata " Ayo
bersihkan itu kue
THisc> yang tumpah di lantai itu......cepat ..bersihkan...kalau tidak
nati kamu
THisc> saya pukul....!!!!!" aduh mom betapa hancurnya hatiku
mendengar cerita



AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]



                
---------------------------------
Discover Yahoo!
 Find restaurants, movies, travel & more fun for the weekend. Check it out!

Kirim email ke