FYI dari milis tetangga....

WARTA BERITA RADIO NEDERLAND WERELDOMROEP
Edisi: Bahasa Indonesia
Edisi ini diterbitkan pada: Kamis 09 Juni 2005 14:20 UTC


* KASUS GIZI BURUK DAN BUSUNG LAPAR MAKIN MEMBURUK DI INDONESIA

Intro: Kasus gizi buruk dan busung lapar terus meminta korban. Dua anak berusia 
di bawah lima tahun, Senin ini dilaporkan meninggal akibat gizi buruk di 
Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian, di NTT setidaknya 
sudah lima anak balita
yang meninggal. Sementara itu, di provinsi tetangganya, Nusa Tenggara Barat, 
kasus busung lapar sudah merenggut 13 anak usia balita. Bagaimana busung lapar 
ini ditangani? Berikut laporan kantor berita 68H di Jakarta.



Sejak Januari lalu hingga sekarang, Rumah Sakit Umum Mataram sudah merawat 70 
orang pasien busung lapar atau kekurangan gizi dan 10 di antara mereka 
meninggal dunia. Kepala staf medis RSU Mataram, Hananto Wiryo bahkan 
memperkirakan jumlah penderita busung
lapar lebih dari itu, karena 30 persen pasien penyakit ini memilih pulang paksa 
lantaran tidak punya uang. Bukan bagi sang pasien tapi bagi keluarga yang musti 
menunggui di RS.

Bertambahnya jumlah pasien di pelbagai rumah sakit NTB, menurut Hananto, tidak 
diikuti oleh kesiagaan pihak rumah sakit. Bantuan pemerintah pusat maupun 
swadaya masyarakat terhadap penderita busung lapar, yang kebanyakan berupa 
sembilan bahan pokok, juga
dinilainya tidak tepat. Ia malah mengusulkan agar bantuan itu lebih difokuskan 
pada pemberian susu gratis kepada balita, lewat sejumlah posko. Usulan ini 
menurut dia sudah diajukan pada gubernur setempat, namun belum mendapat 
tanggapan.

Hananto Wiryo: Posko di sini membantu susu cair untuk semua anak harus diminum. 
Satu hari satu gelas saja semua. Bukan saja yang kena busung lapar. Mungkin 
yang mau busung lapar juga dikasih. Kalau ndak mereka jadi busung lapar. Selama 
enam bulan dikasih
susu satu gelas seluruh balita, ya hilang busung lapar.

Kelaparan di NTB, yang oleh pemerintah sudah dinyatakan sebagai kejadian luar 
biasa (KLB), selain telah merenggut 13 nyawa anak balita, ada 655 anak balita 
lainnya yang memerlukan penanganan segera.

Sementara di NTT tercatat 66.000an lebih anak balita yang mengalami gangguan 
kekurangan gizi, marasmus, kwarsiorkor, dan busung lapar. Rinciannya, kurang 
gizi 55.000an orang, gizi buruk 11.000 orang, marasmus 122 orang, kwarsiorkor 
dan busung lapar enam
 orang. Pemerintah daerah NTT mengaku telah mengeluarkan dana sebesar Rp. 30 
juta bagi 16 kabupatennya guna penangganan kasus busung lapar. Dana itu sengaja 
dibagi rata pada semua kabupaten provinsi, meski kasus busung lapar baru 
diketahui pada 12
 kabupaten NTT. Juru bicara Pemda NTT, Umbu Saga Anakaka menjelaskan, pembagian 
rata dana itu disebabkan pertimbangan gubernur, yang menilai bahwa semua 
kabupaten berpotensi kena busung lapar. Dana itu juga dimaksudkan bagi 
pelayanan kesehatan di
 masing-masing kabupaten. Gubernur juga meminta masing-masing bupati 
memprioritaskan masalah kesehatan di wilayah mereka dengan lebih menggalakkan 
peran pos pelayanan terpadu Posyandu dan kadernya, serta puskesmas keliling. 
Sejumlah instansi it
 u ber
tugas memberi penyuluhan kesehatan dan gizi kepada masyarakat serta pemberian 
makanan tambahan bagi anak-anak sekolah dan balita. Semua RS bahkan membebaskan 
biaya pengobatan.

Umbu Saga Anakaka: Gubernur telah memerintahkan biro keuangannya agar membantu 
dana daerah yang terkena bencana agar kabupaten bisa mengatasi masalah kejadian 
luar biasa ini. Pemerintah Nusa Tenggara Timur telah menyediakan masing-masing 
kabupaten 30 juta
untuk membantu penanggulangan ini.

Jaminan pembebasan biaya pengobatan bagi penderita busung lapar juga diberikan 
oleh Menteri Kesehatan Siti Fadhilah Supari. Kebijakan itu bahkan berlaku untuk 
semua rumah sakit di semua provinsi dengan batas waktu yang tidak ditentukan.

Langkah ini merupakan bagian upaya darurat departemen kesehatan terhadap 
penyakit busung lapar yang terjadi di hampir seluruh provinsi di Indonesia. 
Pemerintah mengakui busung lapar juga terjadi di Sumatera Barat, Jawa Timur, 
Wamena-Papua, Buyat Sulawesi
dan Nias, Sumatera Utara.

Siti Fadhilah Supari: Jadi gini, kalau ada busung lapar masalah emergencynya 
masalah menteri kesehatan. Saya tugasnya mengobati orang busung lapar, yang 
kena infeksi paru dsb. Harus segera diobati, karena orang yang busung lapar 
cepat sekali kena infeksi.
Rumah sakitnya harus  gratis. Obat-obatannya telah kita sediakan. Kita tidak 
membatsi dalam sebulan dua bulan. Ini tidak tergantung bulannya, selalu ada 
kok. Itu memang harus rutin.

Selain membebaskan biaya pengobatan bagi penderita busung lapar, departemen 
kesehatan juga telah menginstruksikan semua wilayah untuk mencatat dan 
melaporkan jumlah para penderita busung lapar kepada depkes. Namun, menurut 
Supari, hal itu sulit dilakukan,
akibat adanya kebijakan otonomi daerah.

Bagaimana respons masyarakat terhadap langkah pemerintah mengatasi gizi buruk? 
Lembaga Swadaya Masyarakat Rawan Pangan di NTT menemukan kasus gizi buruk anak 
sebenarnya telah mengemuka sejak  tahun lalu, saat terjadi gempa di Alor. Yus 
Nakmofa dari LSM
Rawan pangan NTT menilai pemerintah sangat lamban dalam menangani masalah gizi 
buruk. Kini semuanya telah terlambat, jumlah penderita semakin hari semakin 
banyak.

Yus Nakmofa: Antispasi atau bantuan dari pemerintah bersifat sementara. Ketika 
kasus itu mencuat hanya dibantu dan setelah itu berhenti lagi saya kasih contoh 
banyak teman-temen LSM yang memberikan bantuan darurat dalam bidang kesehatan 
tapi setelah itu
stop. Jadi belum ada program yang berkelanjutan. Ada beberapa hal yang kami 
temukan di lapangan, ada beberapa LSM internasional yang memberikan biskuit dan 
air mineral, untuk meningkatkan gizi anak-anak. Setelah itu kan berhenti, tidak 
mengelola potensi
yang ada di wilayah tersebut untuk meningkatkan gizi anak-anak.

Yus menyarankan sebaiknya pemerintah setempat mengunakan hasil pertanian daerah 
seperti kacang hijau dan beras merah ketimbang bantuan dari luar seperti 
biskuit. Menurutnya, para penderita busung lapar itu tersebar di Timor Tengah 
Utara, Timor Tengah
Selatan, Kupang, Alor, dan Lembata. Yus Nakmofa khawatir jumlah penderita gizi 
buruk dan busung lapar akan bertambah menyusul krisis pangan dan air bersih 
akibat kemarau panjang di NTT. Kebanyakan penderita busung lapar juga tidak 
dapat berbuat banyak
karena keterbatasan ekonomi. Mereka sepenuhnya bergantung pada bantuan pihak 
lain.

Tim Liputan 68H Jakarta melaporkan untuk Radio Nederland di Hilversum


---------------------------------------------------------------------
Radio Nederland Wereldomroep, Postbus 222, 1200 JG Hilversum
http://www.ranesi.nl/
http://www.rnw.nl/










AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke