On 6/28/05, Syah, Tengku Abdilah <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 
> 
> fyi
> 
> 
> Koalisi LSM Peduli ASI mensinyalir penurunan tingkat pemberian ASI 
> eksklusif dipicu oleh ulah produsen susu formula. Promosi dan distribusi 
> susu formula yang sangat gencar membuat kebanyakan bayi yang baru lahir 
> dijejali susu formula. ''Aksi semacam ini jelas melanggar kode etik WHO 
> dalam hal pemasaran susu formula,''cetus Agus. 
> 
> Kondisi itu diperparah pula oleh terbatasnya pengetahuan tenaga 
> profesional kesehatan dan para ibu. Pasalnya, ilmu laktasi memang masih 
> tergolong baru. ''Mayoritas dokter belum mendapatkan ilmu ini di bangku 
> kuliah,'' aku Dr Utami Roesli SpA dari Sentra Laktasi Indonesia. 

 Sebenarnya, kesalahan bukan sepenuhnya dari sisi produsen susu formula atau 
dari terbatasnya pengetahuan tenaga profesional kesehatan dan para ibu. 
Kalau saya lihat umumnya para ibu sangat sadar mengenai pentingnya ASI. 
Cuman karena para ibu yang bekerja yang umumnya hanya mendapat jatah cuti 3 
bulan atau bahkan kurang karena sebelum melahirkan cuti sudah diambil atau 
bahkan perusahaan tidak memberikan hak cuti selama 3 bulan (hanya sebulan 
misal). Dikantor-kantor jarang yang punya ruang laktasi dan fasilitas 
penitipan anak. Sehingga ibu yang semula sudah paham mengenai asi eksklusif 
mengalami banyak hambatan untuk menjalaninya. 
 Mungkin kita perlu meminta pemerintah menberikan aturan bagi perusahaan2 
agar memberikan cuti yang cukup bagi para ibu, dan menyediakan fasilitas 
laktasi. 
 Mengajukan permintaan seperti ini ke pemerintah agar dibuatkan ketentuan, 
musti mengadu kemana ya? depnaker? atau ada lsm yagn bisa jadi tempat 
mengadu?

 


-- 
Tetap semangat

Rhein Astrisandy 
www.cintabunda.com <http://www.cintabunda.com/>

Kirim email ke