Mba sylvia and Balita-anda members, Thanks for the sharing....
Regards, Papanya Faiz -----Original Message----- From: Sylvia Radjawane [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, July 04, 2005 3:54 PM To: balita-anda@balita-anda.com Cc: Wibowo, Yudi KOPBTM Subject: Re: [balita-anda] [Artikel] Tanya -- to pak Yudi Wibowo Hi papanya Faiz, Saya coba bantu share dari pengalaman anak saya, ya pak. 1. Wah, saya nggak tahu hubungan antara pantangan makan bubur dengan hati ayam dengan kondisi anak sedang flu. Hati ayam memang bisa jadi option untuk variasi makanan padat bayi. Jangan terus-terusan hati ayam saja, karena termasuk ia kategori 'jeroan'. Jadi lebih baik kalau makanan padat Faiz divariasikan juga dengan jenis daging (sapi, ayam, ikan) lainnya. Daging ayam tidak kalah bergizinya kok dengan hati ayam :) Pengalaman saya, sejak Jovan (sekarang 27,5 bulan) diperkenalkan solid food, saya SELALU memvariasikan makanannya SETIAP HARI. Supaya nggak bosan, bahan pokoknya (nasi) bisa divariasikan dengan kentang, macaroni, labu, bihun, dll. Jenis sayuran dan buah juga mulai sering diperkenalkan, bukan hanya untuk makan berat tapi juga untuk snack sehatnya. Maksudnya supaya baby nggak jadi 'picky eater', pak. Apalagi baby yang sudah kenal MPASI, kadang 'rentant' dengan pola BAB keras atau konstipasi. Itu sebabnya makanan kaya serat diperkenalkan sejak dini. 2. Sebaiknya sejak tumbuh gigi pertama, sudah dibiasakan dengan membersihkan gigi area gusi dan lidah/langit-langitnya setiap hari/sehabis makan. Pertama-tama bisa dengan kain kassa basah rendaman air matang hangat yang dililit ke jari telunjuk orang tua/ pengasuh Faiz. Nanti kalau sudah semakin banyak giginya, bisa mulai diperkenalkan sikat gigi khusus untuk usianya, nggak perlu dulu pakai pasta gigi baby. Selain menjaga area gigi dan mulut tetap bersih, Faiz jadi terbiasa juga dengan kegiatan sikat gigi. Oya, umurnya kan sudah 9 bulan, sudah waktunya pak untuk diperkenalkan makanan padat dengan tekstur agak kasar. Supaya nanti kalau Faiz sudah berusia 1 tahun, dia sudah siap dengan menu makanan keluarga. Nggak perlu kuatir dengan jumlah giginya. Anak saya Jovan sudah ahli makan menu keluarga waktu usianya 11,5 bulan-1 tahun, padahal gigi pertamanya baru tumbuh waktu usianya 1 tahun beberapa hari :) Proses belajar makan untuk bayi itu bukan hanya agar perutnya kenyang dan berat badannya naik. Tapi itu justru proses dia untuk banyak belajar skill yang dibutuhkannya nanti. Saat makan, ia belajar beraneka rasa, warna dan bentuk makanan, belajar menggunakan skill rahangnya untuk menggigit, mengunyah, melumat, menelan, dll. (beda dengan ASI atau susu formula yang tinggal dihisap/disedot saja). So, jangan tunggu gigi Faiz lengkap dulu baru diperkenalkan makanan tekstur kasar ya, pak. 3. Masa susah makan untuk bayi seusia Faiz kadang hal yang lumrah, kok pak. Yang penting orang tua/pengasuh Faiz pintar-pintar cari cara agar baby bisa having fun setiap kali meal-time nya. Kadang kalau baru beberapa suap, si baby muntah, coba observasi apakah karena dia sudah bosan dengan menu makanannya (kebayang kan, kalau setiap hari 3x sehari disajikan bubur tim/blender yang campur baur, pasti suatu saat bosan juga he..he..). Suasana makan juga bisa nggak mendukung. Kalau yang nyuapin makanan sudah pasang wajah 'tegang/stress', baby juga jadi malas makan deh :) Atau kalau kita disuruh cicip makanan baby kita aja nggak mau karena bentuknya atau rasanya, baby kita juga pasti ogah habisin makannya. Menyuapi baby sambil nonton TV bisa dijadikan option temporer tapi usahakan jangan jadi 'tradisi'. O ya, saya coba posting salah satu artikel dari Tabloid Nakita tentang 'Mengenalkan Makanan Semi Padat', semoga jadi tambahan info untuk bapak, ya. cheers, Sylvia - Jovan's mum with 27-week-'bump' -------------------------------------------------------- MENGENALKAN MAKANAN SEMI PADAT Artikel dari Tabloid Nakita Ingin si kecil kelak jadi 'pemakan segala'? Gampang, kok! Kenalkan ia pada makanan semipadat tepat waktu. Makanan semipadat diperkenalkan mulai umur 6 bulan, setelah masa ASI eksklusif (mululu ASI tanpa makanan lain) berlalu. "Makanan semipadat diberikan untuk melatih keterampilan makan anak, agar pada saatnya nanti, siap menerima makanan padat," kata Dr. Aryono Hendarto Sp.A(K). Oleh karena itulah, lanjut Spesialis Anak - Konsultan Gizi Anak dari Subbagian Gizi dan Penyakit Metabolik, bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM ini, pemberian makanan semipadat tak boleh ditunda atau jangan lebihd ari usia 6 bulan. "Anak yang terlambat diberi makanan semipadat, untuk selanjutnya akan mengalami kesulitan makan, karena keterampilan makannya terlambat dilatih. Contoh, di usia 1 tahun, saat seharusnya anak mulai bisa makan makanan padat, ia maunya makan yang cair dan lembut karena malas mengunyah." Nah, yang dimaksud makanan semipadat pada dasarnya adalah makanan padat, tapi dibuat dalam bentuk lebih lembut. Nasi mis., untuk bayi 6 bulan diberikan dalam bentuk bubur yang kemudian ditingkatkan kepadatannya menjadi tim. Untuk buah, diberikan dalam bentuk jus ataupun buah lumat. MEMILAH SUMBER ALERGI Dalam mengenalkan makanan semipadat, diperlukan ketelitian dan kehati-hatian. Bagaimanapun juga, inilah makanan pertama yang sumbernya dari 'luar', berbeda dari ASI yang diproduksi di dalam tubuh ibunya sendiri. "Nah, karena makanan ini berasal dari luar, maka ada zat-zat atau bahan pembuatnya yang berpotensi menimbulkan alergi pada si kecil. Tak demikian dengan ASI, sampai sekarang tak ada laporan tentang bayi menderita alergi karena menyusu ASI." Oleh karena itulah, dalam mengenalkan makanan semipadat, perlu dites lebih dulu untuk melihat apakah menimbulkan reaksi alergi pada si bayi atau tidak. Caranya, berikan secara bertahap: - Untuk pertama kali, kenalkan bubur tepung beras. Tepung beras dianggap lebih aman karena kadar alerginya rendah jika dibandingkan dengan biskuit atau bubur susu. "Biskuit mengandung gluten dan susu mengandung protein, yang keduanya potensial menyebabkan alergi." - Berikutnya, bayi boleh mencoba makanan berbagai jenis dan rasa, termasuk buah. Sediakan waktu seminggu untuk setiap rasa. Mis., setelah tepung beras terbukti aman, kita boleh mengenalkan bubur susu, selanjutnya biskuit, begitu seterusnya sampai semua rasa dan bahan diperkenalkan. Buah-buahan begitu juga. Catatlah makanan apa yang menimbulkan alergi untuk tidak diberikan lagi di waktu yang akan datang. - Jika setelah semua bahan makanan dikenalkan, ternyata tak ada reaksi alergi, selanjutnya kita boleh menyajikannya secara bervariasi setiap hari. Contoh, pagi bubur kacang, lalu siangnya bubur susu, dilanjutkan blender pepaya, dan malamnya biskuit yang dilembutkan dengan susu. - Kemudian saat makan nasi tim, sayur sebaiknya diganti-ganti. Dengan begitu, anak jadi mengenal berbagai rasa, ada yang manis, gurih, sedikit asam, dll. Jika beberapa rasa diberikan sekaligus, bayi akan sulit mengenali ras amanis, asin, gurih dan asam. Begitu pula jika bahan makanannya langsung dicampur atau diselang-seling dalam satu hari, maka akan sulit menandai bahan makanan yang merupakan sumber alergi, sekiranya hal itu terjadi. Resikonya, bisa terjadi salah asumsi. Pikir kita, "Oh, tadi si kecil makan bubur beras merah, pisang, dan gandum." Lantas tiga-tiganya tidak diberikan karena kita bingung menentukan mana yang sebenarnya menjadi sumber alergi bagi si kecil. Sayang kan, bayi misa mengalami malnutrisi untuk sesuatu yang sebetulnya bisa ia makan. Pun, pemberian satu per satu memungkinkankita untuk tidak justru terus memberikan bahan makanan yang menjadi sumber alerginya. "Masalah alergi ini tak boleh dianggap sepele, karena alergi bisa bermanifestasi di semua organ," kata Aryono. Yang paling sering, di organ pernapasan, pencernaan dan kulit. Alergi yang menyerang saluran pernapasan mumunculkan gejala mual dari batuk sampai asma. Sedangkan alergi di saluran pencernaan akan menimbulkan kolik, bahkan sampai diare kronik. Jika di kulit, bisa menimbulkan bentol-bentol merah sampai eksim. "Bahkan kalau memang keluarga punya riwayat alergi, maka ikan, telur dan susu sebaiknya diberikan di atas usia satu tahun." VARIASI MAKANAN Kalau ternyata bayi kita bebas dari alergi terhadap semua bahan makanan yang diperkanalkan, setelah itu pintar-pintarlah membuat variasinya. "Banyak sekali alternatif makanan semipadat. Umumnya, makanan pokok orang Indonesia memang beras. Tapi kita juga bisa mengolahnya dari kentang yang dibuat puree, jagung diparut, atau ubi yang dihancurkan. Jadi anak tidak harus makan beras atau nasi." Bila sejak bayi makanannya sudah divariasikan, bayi tidak akan pilih-pilih makanan (picky eater). "Enaknya, ke mana pun bayi kita ajak pergi, makan apa saja oke," kata Aryono mengakhiri. KOK, MAKANANNYA DILEPEH? Umumnya, di awal-awal perkenalan makanan semipadat dengan bayi, orang tua akan mengalami kesulitan. Bayi akan melepehkan makanan barunya. Hal ini disebabkan selama menyusu ASI, bayi menggunakan refleks ekstrusi, yaitu memasukkan dan menjulurkan lidah. Nah, saat mulai dibei makanan semipadat, refleks bayi 'dipaksa' berubah. Kini ia harus menggerakkan lidahnya dari mulai menjulur, lalu masuk lagi ke dalam sambil memutar. "Proses belajar ini sering membuat anak jadi melepehkan makanannya, karena ia 'lupa' untuk memutar lidah. Seringkali gerakannya masih ke depan dan ke belakang," papar Aryono. Jelasnya, ketika makanan ditaruh di bagian depan lidahnya, bayi berusaha menelan dengan menjulurkan lidahnya. Tentu saja makanan itu bukannya masuk, tapi malah ke luar lagi. Itu karena koordinasi motoriknya belum bagus. "Waktu mengisap ASI, kondisi ini tak jadi masalah, karena puting sudah ada di lidah bagian belakang. Tapi begitu yang ada di lidahnya adalah makanan, si kecil harus berusaha menelannya. Nah, ini butuh waktu untuk belajar, kan?" Refleks menelan ini akan membaik dengan sendirinya, tergantung pada kemampuan masing-masing bayi dalam menelan. Yang jelas, ketrampilan makan memang harus dilatih. Bila bayi menangis karena frustrasi tak mampu menelan, kita harus berhenti sejenak menyuapinya. Begitu pun kalau ada reaksi penolakan, jangan bingung, apalagi sampai hilang kesabaran. "Pelan-pelan saja memberikannya. Melepeh makanan adalah wajar karena dia sedang belajar. Yang penting, ciptakan suasana makan yang menyenangkan buat bayi." INSTAN ATAU MEMBUAT SENDIRI? Saat ini, di toko-toko serba ada banyak dijual makanan bayi instan maupun siap saji dalam berbagai bentuk dan rasa. Menurut Aryono, makanan instan ini boleh saja diberikan. "Tapi, sebagai ibu, kita harus kritis. Terutama kalau di keluarga ada bakat alergi. Cobalah teliti kandungan bahan-bahannya. Apakah ada bahan yang bisa memicu reaksi alergi, seperti gluten." Keuntungan membeli produk instan, umumnya lebih hemat dan praktis karena takarannya tercantum dalam kemasan sehingga tak ada makanan yang tersisa atau terbuang. "Tapi perlu diperhatikan segi higienisnya. Apakah supermarket atau tokonya memajang dengan benar tanpa terkontaminasi dengan bahan lain," saran Aryono. Kalau membuat sendiri, kita harus siap dengan berbagai resep makanan semipadat dan waktu untuk mengolahnya. Ditambah dengan ketrampilan menakar sesuai kebutuhan bayi. Memang repot, tapi terjamin higienisnya dan bahan-bahannya pun berasal dari bahan yang segar. TETAP BERIKAN ASI Setelah makanan semipadat diberikan, bukan berarti ASI langsung distop, lo. "Ingat, makanan semipadat adalah pendamping ASI. Sampai umur satu tahnu, makanan pokok anak adalah ASI," ujar Aryono. Makanan semipadat diberikan selain untuk melatih ketrampilan makan si kecil, juga untuk membantu pertumbuhan anak. "Memang, ASI eksklusif itu lamanya 6 bulan. Tapi pada saat 4 bulan, kita sudah harus mengevaluasi berat badannya. Kalau kenaikan berat badannya sampai 4 bulan dengan ASI saja sudah tidak memuaskan, nah, inilah salah satu kasus bahwa ternyata ASI tidak mencukupi. Mulailah tambahkan pendamping ASI. Umumnya diberikan susu formula dan kemudian baru makanan semipadat." Jika selama 6 bulan dengan ASI esklusif pertambahan berat badan bayi tidak mengalami masalah, barulah makanan semipadat diperkenalkan di usia 6 bulan. "Tapi ASI tetap harus diberikan. Umumnya sampai anak berusia 2 tahun, sambil terus diperkenalkan dengan tahapan makannya. Contoh, di usia setahun, makanannya boleh mulai agak kasar, tidak diblender tapi dilembutkan. Begitu selanjutnya, sambil terus diberi ASI." --------------------------------------------------------- <Yudi Wibowo wrote>: Saya ayahnya Faiz (9th months) punya beberapa pertanyaan: 1. Saat ini Faiz sedang dikenalkan dengan makanan padat, bubur saring,benarkah bayi akan tidak terlalu baik bila terlalu sering diberi bubur dengan paduan hati ayam? terutama saat flu dan pilek? 2. Saat ini giginya baru tumbuh 3 buah, faktor2 apa saja yang harus diperhatikan? apakah baik bila di beri nasi tim? atau tunggu nanti bila pertumbuhan giginya completed? 3. Faiz sekarang ini agak susah makan dan dia baru makan bila sambil menonton TV terutama Iklan tertentu, apakah ada dampak negatifnya? <deleted> __________________________________ Yahoo! Mail Mobile Take Yahoo! Mail with you! Check email on your mobile phone. http://mobile.yahoo.com/learn/mail This e-mail and any attachment are confidential and may be privileged or otherwise protected from disclosure. It is solely intended for the person(s) named above. If you are not the intended recipient, any reading, use, disclosure, copying or distribution of all or parts of this e-mail or associated attachments is strictly prohibited. If you are not an intended recipient, please notify the sender immediately by replying to this message or by telephone and delete this e-mail and any attachments permanently from your system. AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA UTARA !!! ================ Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]