----- Original Message ----- 
From: "Yandi Dwiputra F" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <balita-anda@balita-anda.com>
Sent: Tuesday, August 02, 2005 4:15 PM
Subject: RE: [balita-anda] Bayi 3bulan BAB berbusa


hahahhaa...nayla lucu ya mbakk....emang nih mami atan peyiiitttt......hehehe

> -----Original Message-----
> From: [EMAIL PROTECTED] [SMTP:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Tuesday, August 02, 2005 4:02 PM
> To: balita-anda@balita-anda.com
> Subject: Re: [balita-anda]  Bayi 3bulan BAB berbusa
>
> Hehehe bunda satya...
> Maksud saya...jika penyebabnya virus (hsil lab ) ngga perlu antibiotic
> ataupun kaopectate.
> Masalah anak sulit makan ini aku reposting lagi mengenai artikel tsb,
> mudah2an membantu.
>
>
> Salam,
> Ummi Nayla
>
*yangjustrupusingsoalnyaNayladoyyyannbangetmakansampaibukakulkassendirikadan
gmanjatmejamaubukamegicjerpadahalbb-nyadahoverweightkalodilarangmakanNaylaku
(19bln)teriakteriak...mami..atan..peyiit(maminakalpelit)*
>
> Jakarta, Minggu
>
> Agar anak doyan makan, susu sebaiknya dikurangi,
> maksimal 1 - 2 gelas sehari
>
>
> Sulit makan! Ini sering terjadi pada anak-anak.
> Orangtua pun puyeng.
> Boro-boro menghabiskan makanan yang sudah dimasak
> dengan susah payah,
> menyuapkan sesendok demi sesendok saja bueratnya bukan
> main.
>
> Bagaimana mengatasinya?
>
> Anak yang sulit makan bukan monopoli masalah para ibu
> di negeri kita. Cuma
> satu kali mengeklik search engine di internet dengan
> kata kunci eating
> problem, syuut ... langsung terpampang puluhan situs
> web yang memaparkan
> kesulitan makan pada anak di planet ini. Dari situs
> tersebut ada sebuah
> situs yang menarik. Isinya, berbagi rasa diantara para
> orangtua yang
> anak-anaknya sulit makan.
>
> Salah satunya, pengalaman Rhonda di Kanada.
>
> "Dua anak lelaki saya berumur tiga dan lima tahun.
> Saya khawatir sekali
> karena tubuh mereka lebih kecil dibandingkan dengan
> teman-temannya. Mereka
> sangat pemilih soal makanan. Setiap makanan, yang saya
> masak dengan
> pertimbangan memenuhi standar gizi yang baik, selalu
> dikomentari > '> Iiih> '> .
> Mereka menolaknya. Bagaimana agar mereka mau makan
> selahap kalau dibawa ke
> restoran fast food? Bagaimana pula agar mereka tidak
> selalu memilih
> makanan siap santap dari supermarket? Bagaimana
> membuat mereka mau mencoba
> makanan lain, bukan yang itu-itu saja?"
>
> Apakah Anda memiliki pengalaman dan pertanyaan serupa?
> Mari kita coba cari
> jawabannya
>
> Kurangi susu
>
> Faktor kesulitan makan pada anak, menurut dr. Eva J.
> Soelaeman, SpA,
> spesialis gastrohepato nutrisi anak dari RSIA Harapan
> Kita, Jakarta, bisa
> karena terlambat mengenalkan makanan padat pada si
> anak. Saat ia mulai
> diperkenalkan pada makanan kasar (usia setahun), saat
> itu juga seharusnya
> susu mulai dikurangi, maksimal 1 - 2 gelas sehari.
>
> Namun, orangtua cenderung kurang sabar memberikan
> makanan kasar. Akhirnya,
> daripada perut si anak tidak kemasukan makanan,
> diberikan saja susu
> melebihi jumlah yang semestinya.
>
> Dengan memperkenalkan aneka jenis bahan makanan,
> diharapkan anak semakin
> terbiasa dengan makanan rumah. Itu tergantung
> bagaimana pinter-pinter-nya
> ibu memberikan makanan bervariasi agar anak tidak
> cepat bosan. Salah satu
> penyebab susah makan, bisa jadi karena makanan
> sehari-hari kurang
> variatif.
>
> "Banyak ibu berpendapat, kalau belum makan nasi,
> (artinya) si anak belum
> makan," tambah Eva. "Padahal, makanan sumber energi
> seperti roti, bakmi,
> makaroni, bakpao, dll. bisa sebagai pengganti."
>
> Perlu juga diperhatikan apakah makanannya bergizi
> seimbang. Artinya,
> kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
> mineral memenuhi
> syarat ilmu gizi dengan porsi disesuaikan kebutuhan
> dan usianya. Eva
> mengingatkan, agar tidak membiasakan makanan untuk
> anak diberi bumbu MSG
> sehingga kalau tanpa itu akan terasa hambar dan kurang
> enak bagi si anak.
> Orangtua juga sebaiknya mengatur menu makanan
> sehari-hari bagi anaknya,
> bukan diserahkan ke pengasuh.
>
> Apa yang dilakukan Ade, ibu dari dua anak yang masih
> duduk di TK dan SD,
> mungkin bisa ditiru. Hampir setiap hari ia berusaha>
> memasak untuk
> keluarganya. Menyiapkan makanan sejak subuh sudah
> merupakan pekerjaan
> rutin sejak menikah. Agar menunya bervariasi, ia
> mencoba membuat daftar
> menu selama satu minggu. Untuk minggu berikutnya, ia
> berusaha tidak
> mengulang menu sebelumnya. (intisari)
>
> ------------------
> http://www.kompas.com/wanita/news/0408/10/185144.htm
> MENGENAL SELERA MAKAN ANAK
>
>
> Menyiapkan makanan untuk anak-anak adalah hal yang
> gampang-gampang susah.
> Selain harus memenuhi standar gizi, tampilan
> makanannya juga harus
> menarik.
> Tak sedikit orang tua seperti Anda yang mengalami
> kesulitan dalam
> memberikan makanan pada anak. Apalagi kalau anak susah
> makan. Kurangnya
> keinginan makan pada anak umum terjadi, khususnya anak
> usia balita. Apa
> yang harus Anda lakukan untuk meningkatkan selera
> makan anak?
>
> Di usia balita, anak menghabiskan sebagian besar
> waktunya untuk bermain.
> Kalau sudah asyik bermain, mereka seringkali
> mengabaikan waktu makan.
> Namun berbagai cara dapat Anda lakukan untuk
> menyiasati anak agar makan
> lebih banyak, terutama makanan yang bergizi tinggi.
> Salah satunya adalah
> menyuapi anak-anak sambil mengajaknya bermain.
>
> Biasanya anak lebih berselera makan makanan yang
> berupa cemilan karena
> tertarik dengan kemasan dan cita rasa yang disajikan.
> Saat ini banyak
> pilihan produk makanan dengan berbagai kemasan menarik
> di pasar. Mulai
> dari bentuk, warna, dan kemasannya. Tak jarang promosi
> produk-produk ini
> melibatkan pemberian produk mainan sehingga
> memperbesar daya tariknya.
> Namun yang harus Anda perhatikan adalah, apa pun
> makanan yang disajikan
> harus memenuhi kebutuhan gizi anak.
>
> Kalau anak senang makan cemilan, Anda sebaiknya
> memilihkan cemilan-cemilan
> yang memiliki komposisi gizi seimbang dengan kandungan
> karbohidrat,
> protein, lemak, vitamin, dan mineral yang lengkap.
> Yang perlu Anda perhatikan juga adalah bagaimana
> menciptakan suasana
> nyaman bagi si Kecil saat makan. Banyak cara bisa
> dilakukan, seperti yang
> dilakukan oleh Mona Ratuliu saat menyuapi si Kecil
> sambil mengajaknya
> bermain agar ia tidak bosan. Menambah pengetahuan
> dengan membaca buku yang
> membahas cara menyajikan makanan juga dapat dilakukan
> seperti yang Mona
> lakukan. Dengan demikian Mona mampu menyajikan makanan
> dengan bentuk dan
> warna-warna menarik, sehingga si Kecil lebih mudah
> diajak makan.
>
> Memperkenalkan Rasa dan Tekstur Makanan Secara
> Bertahap
> dr. Samuel Oetoro, MS menjelaskan bahwa pengenalan
> rasa dan tekstur
> makanan kepada anak harus dimulai sejak dini dan
> disesuaikan dengan
> tahapan usianya. Di usia 6 bulan bayi sebaiknya
> diperkenalkan denan bubur
> susu dan bahan makanan lain yang bertekstur. Menginjak
> usia 8 bulan
> perkenalkan pada nasi tim lunak. Usahakan untuk tidak
> mencampur aduk menu
> yang dapat menyebabkan rasanya menjadi aneh. Karena
> yang terpenting adalah
> memperkenalkan rasa dan variasi makanan pada si Kecil.
> Menu makanan biasa
> baru mulai diperkenalkan pada usia 1 tahun.
>
> Jika balita Anda suka makanan orang dewasa, seperti
> sate, ini adalah hal
> yang wajar. Yang penting gizinya harus lengkap,
> seimbang dan banyak
> variasinya. Artinya, mengandung karbohidrat, lemak,
> protein, dan sayuran
> atau mineral dengan komposisi seimbang dan jenis
> makanannya jangan
> monoton. Inilah yang selayaknya terpenuhi dalam menu
> sehari-hari. Jika
> anak belum suka makan makanan yang padat, Anda bisa
> menggantikannya dengan
> makanan cair, terutama susu.
>
> Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga bisa merasa
> bosan dengan menu
> yang sama terus menerus. Anda harus jeli dan mampu
> memberikan makanan
> secara bervariasi. Selain harus jeli mengatur makanan
> agar anak tetap
> berselera, Anda juga tidak boleh memaksa anak untuk
> makan apalagi dengan
> ancaman. Karena ancaman ini dapat menyebabkan si Kecil
> trauma dan malah
> akan membuatnya semakin susah dibujuk untuk makan.>
> (sahabatnestle)
> http://www.indomedia.com/intisari/1998/agustus/ogah.htm
> Anak Makan Salah Ortu
> Kalau seorang anak ogah-ogahan makan, bisa jadi bukan
> faktor si anak
> tetapi lantaran kesalahan ortu (orang tua) dalam
> menerapkan pola makan
> pada anak. Lantas apa yang harus dilakukan? Berikut
> paparan Dr. Ali
> Khomsan, ahli gizi yang juga dosen GMSK, Faperta IPB.
>
> Asupan gizi yang baik sering tidak bisa dipenuhi oleh
> seorang anak karena
> faktor dari luar dan dalam. Faktor luar lantaran
> keterbatasan ekonomi
> keluarga. Sedangkan faktor internal ada dalam diri
> anak yang secara
> psikologis muncul sebagai problema makan anak.
>
> Problema makan ini misalnya dijumpai dalam bentuk anak
> enggan makan.
> Perilaku ogah makan bukanlah persoalan sepele. Tidak
> ada obat mujarab yang
> bisa segera memulihkan nafsu makan anak. Anak yang
> malas makan selalu
> berusaha mencari-cari alasan untuk tidak makan.
> Misalnya dengan ngemut
> makanan, mempermainkan, atau memuntahkan makanan.
> Picky eater (pilih-pilih makanan) sering dijumpai pada
> anak yang membuat
> orang tua bingung. Anak yang cenderung berperilaku
> picky eater akan
> mengalami kesulitan dalam meramu variasi makanan untuk
> memenuhi kecukupan
> gizinya. Makanan yang dikonsumsi sehari-hari cenderung
> seragam, padahal
> keanekaragaman makanan merupakan cara terbaik untuk
> memenuhi kebutuhan
> gizi. Anak-anak ini pun bisa saja setelah besar tidak
> mau mengkonsumsi
> makanan yang keras. Bahkan nasi pun harus diganti
> bubur.
>
> Mengapa problema makan ini muncul pada anak? Secara
> psikologis dapat
> diterangkan, perilaku makan timbul karena anak meniru
> atas apa yang
> dilakukan oleh anggota keluarga lainnya. Anak yang
> tumbuh dalam lingkungan
> keluarga yang enggan makan, lantaran diet misalnya,
> akan mengembangkan
> perilaku enggan makan pula.
> Perilaku sulit makan juga dapat timbul karena orang
> tua tidak mengakui ego
> anak. Orang tua selalu memaksakan anak harus makan
> ini-itu dengan porsi
> yang sudah ditentukan. Misalnya dengan mengharuskan
> menghabiskan makanan
> di piring. Maksud orang tua mungkin benar mereka
> menginginkan anaknya
> tumbuh sehat dengan gizi cukup. Tetapi mereka kurang
> menyadari kalau makan
> bukan melulu persoalan gizi tetapi terdapat pula unsur
> psikologis.
> Soalnya, anak balita dalam rangka menuju proses
> kemandirian sebenarnya
> ingin pula diakui egonya. Jadi, sekali-kali beri
> mereka kebebasan untuk
> mengambil makanan sendiri tanpa harus disuapi.
> Ulah ortu
> Ada perbedaan mendasar bagaimana orang Barat
> mempersiapkan proses
> kemandirian anak dibandingkan dengan orang Timur. Di
> sini kita selalu
> cenderung meladeni anak, termasuk dalam hal makan
> karena tidak ingin
> makanan tumpah berceceran. Membuang-buang makanan
> adalah tabu dan bisa
> kualat. Sehingga dalam masyarakat kita bisa dijumpai
> orang tua masih
> menyuapi anak yang sudah kelas V SD. Hal ini nyaris
> tidak kita temukan
> pada masyarakat Barat yang sejak dini melatih anak
> untuk bisa makan
> sendiri.
> Perilaku makan yang kurang pas sering kali muncul
> karena ulah orang tua.
> Semisal kebiasaan untuk menenangkan anak yang sedang
> rewel dengan cara
> membelikan jajanan yang padat kalori (permen, minuman
> ringan, coklat,
> dsb.). Anak yang sudah mengkonsumsi makanan padat
> kalori perutnya akan
> segera kenyang sehingga ia tidak mau makan.
>
>
> Variasi makanan sangat menunjang tumbuh kembang anak.
> Karena itu kegiatan makan bagi seorang anak harus
> dibuat dalam suasana
> yang menyenangkan. Jangan ada unsur paksaan sehingga
> timbul kesan saat
> makan menjadi sesuatu yang menjengkelkan atau bahkan
> merupakan hukuman.
> Kebiasaan makan bersama yang sudah mulai ditinggalkan
> ada baiknya
> dihidupkan lagi. Anak balita pun bisa merasakan
> nikmatnya makan bila semua
> anggota keluarga duduk bersama-sama di meja makan.
> Problema makan pada anak dapat berakibat buruk bagi
> tumbuh kembang anak.>
> Sedikitnya makanan yang masuk ke dalam perut anak
> dapat menjadi indikasi
> bahwa anak itu mempunyai peluang besar untuk menderita
> kurang gizi.
> Indikator status gizi kurang dicerminkan oleh berat
> badan atau tinggi
> badan anak di bawah standar.
> Dengan menggunakan ukuran standar sebagai pembanding
> kita dapat mengetahui
> status gizi seorang anak. Di dalam Kartu Menuju Sehat
> (KMS), yang
> dibagikan secara gratis bagi peserta program Posyandu,
> tergambar grafik
> pertambahan berat badan berdasarkan usia anak. Melalui
> penimbangan anak
> balita setiap bulan dapat diketahui kecenderungan
> status gizi seorang
> anak.
> Mereka yang mengalami kegagalan pertumbuhan (berat
> badan tetap atau turun
> dalam penimbangan bulan berikutnya) sering disebabkan
> oleh kekurangan gizi
> atau sakit. Anak-anak itu mengalami kekurangan gizi
> karena kurangnya
> makanan di tingkat rumah tangga.
> Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti
> halnya orang dewasa.
> Tetapi mereka pun bisa menolak bila makanan yang
> disajikan tidak memenuhi
> selera mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua kita
> juga harus berlaku
> demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan
> yang memang menjadi
> kegemaran si anak.
> Faktor psikososial yang bisa mempengaruhi nafsu makan
> anak bisa timbul
> karena pemberian makan yang terlalu tergantung pada
> seseorang. Misalnya,
> anak balita yang biasa disuapi pembantu mungkin nafsu
> makannya berkurang
> ketika harus makan bersama-sama ibunya yang selama ini
> selalu sibuk di
> kantor. Yang paling baik adalah menciptakan suasana
> sosial yang seimbang
> di dalam rumah tangga sehingga anak balita merasa
> dekat dengan semua
> anggota rumah tangga dan mau makan dengan siapa saja.
> Susu tidak wajib
> Asupan gizi yang baik tentu berperan penting dalam
> mencapai pertumbuhan
> badan yang optimal. Pertumbuhan badan yang optimal ini
> mencakup pula
> pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan
> seseorang.
>
>
> Makanan siap saji cenderung tak seimbang kandungan
> gizinya.
> Masa pertumbuhan otak tercepat adalah pada trisemester
> ketika janin berada
> dalam kandungan sampai bayi berusia 18 bulan. Setelah
> itu otak masih
> tumbuh dengan kecepatan yang semakin berkurang sampai
> usia lima tahun.
> Oleh karena itu usia balita ini sangat rawan terhadap
> kondisi-kondisi
> kurang gizi.
> Pada usia rawan ini banyak orang tua yang mempunyai
> persepsi keliru
> mengenai makanan untuk anaknya. Misalnya, bayi sampai
> usia empat bulan
> sebenarnya cukup kalau hanya diberi ASI oleh ibunya
> tanpa tambahan makanan
> apa pun. Hal ini sesuai dengan sistem enzim dalam
> pencernaan bayi yang
> masih didominasi oleh enzim laktase untuk memecah
> laktosa susu.
> Tetapi sebagian orang tua menganggap bayi akan
> kelaparan tanpa makanan
> tambahan sehingga mereka memperkenalkan pisang, bubur,
> dan sebagainya.
> Padahal jenis makanan ini memerlukan kehadiran enzim
> maltase untuk memecah
> maltosa (karbohidrat) pada pisang atau bubur. Enzim
> maltosa umumnya belum
> banyak diproduksi oleh bayi di bawah usia empat bulan.
> Kesalahan dalam
> memberikan makanan ini tentu membuat tubuh bayi tidak
> dapat mencerna
> dengan sempurna makanan yang diberikan oleh ibunya
> sehingga sari makanan
> tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Akhirnya, bayi
> bisa terhambat
> kecerdasannya.
> Setelah anak berusia dua tahun sebenarnya kehadiran
> susu dalam menu
> sehari-hari bukanlah hal wajib. Yang penting aneka
> ragam makanan
> dikonsumsi dengan cukup. Dengan memperhatikan 4 sehat
> saja (nasi, sayur,
> lauk, dan buah), anak-anak setelah usia dua tahun
> dapat tumbuh secara
> baik.
> Namun kenyataannya, orang tua seolah memaksa anak agar
> mengkonsumsi susu
> banyak-banyak dan membiarkan anak mengurangi porsi
> makannya. Padahal makan
> dengan porsi tiga kali sehari lebih penting daripada
> minum segelas atau
> dua gelas susu. Susu di banyak keluarga dianggap
> sebagai makanan dewa yang>
> bisa menggantikan nasi, sayur, dan lauk pauk.
> Susu dari sudut pandang gizi bukanlah sumber protein
> tetapi lebih tepat
> sumber kalsium dan fosfor. Kalsium dan fosfor ini
> dengan mudah kita
> dapatkan dalam ikan teri atau ikan sarden. Sementara
> sumber protein utama
> kita adalah nasi serta lauk-pauk. Jadi, dengan
> konsumsi 4 sehat tanpa 5
> sempurna pun anak-anak kita setelah usia dua tahun
> bisa tumbuh dengan
> optimal. Juga pertumbuhan tinggi badannya.
> Perawakan tinggi ini ditentukan oleh banyak faktor.
> Faktor genetik atau
> potensi biologik menjadi modal dasar dalam mencapai
> hasil akhir proses
> tumbuh kembang. Tinggi badan seorang anak akan
> dipengaruhi tinggi badan
> kedua orang tuanya. Kita tidak bisa mengharapkan anak
> tumbuh tinggi bila
> orang tuanya pendek atau sebaliknya.
> Selain itu ada pula faktor hormonal. Hormon yang
> sangat penting untuk
> pertumbuhan adalah hormon pertumbuhan, hormon tiroid,
> dan hormon seks.
> Hormon pertumbuhan diperlukan untuk merangsang
> perkembangan tulang
> panjang. Anak-anak yang menderita kekurangan hormon
> pertumbuhan hanya akan
> mempunyai tinggi akhir 120 cm pada masa dewasanya.
> Hormon tiroid berperan
> besar dalam metabolisme tubuh. Sedang hormon seks
> menentukan pertumbuhan
> anak pada masa pubertas. Jadi kalau ada anak disunat
> menjelang pubertas,
> sesudahnya dia tumbuh secara lebih cepat karena
> aktivitas hormon seks.
> Bukan khitan itu yang menyebabkan seseorang tumbuh
> lebih cepat.
> Ukuran perawakan tinggi sebagai manifestasi ketiga
> faktor di atas
> berbeda-beda untuk setiap populasi. Tinggi untuk
> ukuran kita belum tentu
> demikian untuk orang Eropa atau Amerika. Masyarakat
> kita bahkan mungkin
> belum bisa mentoleransi anak perempuan yang tingginya
> 175 cm.
> Tapi pada era globalisasi ini tinggi badan menjadi
> sesuatu yang tidak bisa
> diabaikan. Soalnya, berbagai formasi pekerjaan
> mensyaratkan ukuran tinggi
> badan tertentu. Kalau dulu hanya ABRI dan awak pesawat
> udara, kini semakin
> banyak sektor yang menginginkan pegawainya
> berperawakan tinggi. Nah, ada
> baiknya para orang tua lebih memperhatikan perlaku
> makan putra-putrinya.
>
>
>
>
>
>
> "Nia" <[EMAIL PROTECTED]>
> 08/02/2005 03:54 PM
> Please respond to
> balita-anda@balita-anda.com
>
>
> To
> <balita-anda@balita-anda.com>
> cc
>
> Subject
> Re: [balita-anda]  Bayi 3bulan BAB berbusa
>
>
>
>
>
>
> Mba' sefty,
>
> Anakku dah 1thn
> dia itu kayana alergi antibiotik karena selalu muntah kalo minum
> antibiotik
> selama ini dia minum kaopectate ga ada masalah sich'
> BABnya tetap tiap hari
>
> Kalo madu kayana dah boleh juga, kan dah 1thn
> aku memang baca dimilis ini artikel anak susah makan
> dan rata2 ortu pada kasi' madu
> makana aku pengin coba hbis aku bingung
> satya susah bgt untuk makan+minum susuna
> dari umur 3bln s/d 1thn (sblm diare) dia tidak bisa makan kalo tidak
> diblender+bubur susu (bubur ayam tidak mau)
> nah setelah sembuh diare ini dia baru mau makan nasi dan tidak mau lagi
> bubur susu
> tapi tetep aja susah paling cuma 2 sendok makan.
> Apalagi susu duh susahnya
> dia memang tidak mau pake dot, pakena sendok
> dan tidak ada keinginan minum susuna.
> jadina dipaksa karena kalo sudah cium bau susu pasti dimuntahin palagi
> susu
> yg berasa
> makanya saya cari semua cara supaya dia mau makan
> Mba' sefty punya tips ?
>
>  C  U
> Bundanya Satya
>
>
> ----- Original Message -----
> From: <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <balita-anda@balita-anda.com>
> Sent: Tuesday, August 02, 2005 2:22 PM
> Subject: Re: [balita-anda] Bayi 3bulan BAB berbusa
>
>
> > Bunda Satya..lam kenal en selamat datang yah di millis BA yg top
> ini...btw
> > jangan kaget klo banyak oot nya :)
> >
> > Mba...ada hal yg mengganjal ditulisan mba....boleh ya saya koreksi, jika
> > anak diare entah itu penyebabnya virus atau amoeba jangan sekali-kali
> > diberi kaopectate,coba brow ke www.medicastore.com disitu tertera efek>
> > samping dr obat tsb adalah bisa menyebabkan  penyumbatan saluran cerna.
> > intinya diare itu adalah racun yg hrs dikeluarkan, jika diberi
> kaopactate
> > itu hanya menyumbat diare tsb tapi bukan menyembuhkan, tapi Jika dari
> > hasil lab penyebabnya adalah amoeba ...nah ini memang hrs diberi
> > antibiotic.
> > Sebenarnya diare pada bayi kebanyakan penyebabnya karena virus, diare
> > merupakan mekanisme alami tubuh untuk mengeluarkan zat-zat yang tidak
> > diinginkan atau yang mengganggu tubuh kita. Justru kalau tidak
> > dikeluarkan bisa membahayakan. Karena sifatnya mekanisme alamiah, tidak
> > perlu diberikan obat diare agar semua racun yang menganggu terbuang
> > bersama dengan BAB.
> > Yang harus mbak perhatikan kalau Diare adalah perbanyak intake cairan,
> > bisa pedialyte, air putih, susu, juice dst untuk mengganti cairan yang
> > hilang dan tetap makan tapi hindari makanan yang berlemak ( ini u/ bayi
> > diatas 6 bln )
> >
> > Dan maap klo ngomongin madu....Ini ada artikel sedikit tentang botulisma
> > dari AAP.
> >
> > "botulism adalah bakteri yg terdapat dlm madu dan karena proses
> > pengolahan madu yang cenderung tdk steril 100%, maka bakteri ini akan
> > tetap ada dlm madu
> > lalu membentuk spora shg bisa bertahan hidup dan mereka baru akan
> > berkembang biak kalau sdh menemukan lingkungan yang cocok. Jadi kalau
> > untuk
> > anak < 1th yg mikroflora dlm ususnya belum banyak berkembang,relatif
> > berbahaya utk pemberian madu krn botulism ini akan berkembang
> > biak dlm usus tanpa adanya hambatan dr mikroflora usus anak. Trus kalau
> > sampai bener2 berkembang efeknya adalah tjd keracunan pd anak bahkan
> > bila sampai ke otak bisa menyebabkan kematian."
> > so klo anaknya blm 1 tahun jangan deh diberi madu....
> >
> >
> > Botulism Facts
> >
> > Botulism is a muscle-paralyzing disease caused by a toxin made by a
> > bacterium called Clostridium botulinum.
> >
> > There are three main kinds of botulism:
> > Food-borne botulism occurs when a person ingests pre-formed toxin that
> > leads to illness within a few hours to days. Food-borne botulism is a
> > public health emergency because the contaminated food may still be
> > available to other persons besides the patient.
> >
> >
> > Infant botulism occurs in a small number of susceptible infants each
> > year who harbor C. botulinum in their intestinal tract.
> >
> > Wound botulism occurs when wounds are infected with C. botulinum that
> > secretes the toxin.
> >
> > With foodborne botulism, symptoms begin within six hours to two weeks
> > (most commonly between 12 and 36 hours) after eating toxin-containing
> > food. Symptoms of botulism include double vision, blurred vision,
> > drooping eyelids, slurred speech, difficulty swallowing, dry mouth,
> > muscle weakness that always descends through the body: first shoulders
> > are affected, then upper arms, lower arms, thighs, calves, etc.
> > Paralysis of breathing muscles can cause a person to stop breathing and
> > die, unless assistance with breathing (mechanical ventilation) is
> > provided.
> >
> > Botulism is not spread from one person to another. Food-borne botulism
> > can occur in all age groups.
> >
> > A supply of antitoxin against botulism is maintained by CDC. The
> > antitoxin is effective in reducing the severity of symptoms if
> > administered early in the course of the disease. Most patients
> > eventually recover after weeks to months of supportive care.
> >
> >
> >
> > "Nia" <[EMAIL PROTECTED]>
> > 08/02/2005 01:47 PM
> > Please respond to
> > balita-anda@balita-anda.com
> >
> >
> > To
> > <balita-anda@balita-anda.com>
> > cc
> >
> > Subject
> > Re: [balita-anda]  Bayi 3bulan BAB berbusa
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > hai mba' uci salam kenal ya..
> > saya baru nich di BA
> > mo sharing aj
> > kemaren anakku (1thn) juga kaya begitu
> > BABnya berbusa..bingung dan ga tega ngeliatnya
> > hbis dari lahir smp skrg baru skrg dia BAB kaya begitu>
> > sampe badannya lemes,biasana kalo sakitpun dia masih aktif tapi yg ini
> > bikin
> > dia lemes bgt sampe bbnya turun 7ons
> > akhirna aku bawa ke dokter di RS evasari Dr. Sugandhi, hbs takut
> kenapa2,
> > daripada telat nanti dirawat
> > feelingku sich memang masuk angin dan masuk makanan yg ga beres
> > dari dokter aku dikasih cairan pedialit sama antibiotik bactrim
> > eh dikasi pedialit sama antibitik dia malah muntah2 ahirna pedialitnya
> aku
> > yg minum karena dia masih ASI kata ortu nanti larinya ke anak2 juga.
> > dan antibitikna aku stop jadi obat dari dokter ga kepake...sia2 ga sich
> > yg kepake malah obat kaopectate yg memang aku sediain kalo dia diare
> > trus aku buat parutan bawang yg diolesin ke badan/perut biar anget.
> > Alhamdulilah 3hri kemudian dia sudah sehat kembali
> > dan setelah sakit tsb dia bisa jalan dan mau makan nasi walaupun dikit
> dan
> > hanya beberapa suap
> > kata ortu dulu sakit ngentengin badan mo jalan (ada2 aja ya masa mao
> jalan
> > aja pake sakit)
> >
> > Yg penting banyakin minum susu+ASI aja supaya ga dehidrasi
> > kaopectate bagus loh buat diare, aku aja kalo diare minum itu
> > juga..tokcer...!
> > Moga dira cepet sembuh ya..
> >
> > To mamanya najwa kita jadi nich ketemuan online..
> > ditunggu kabar madu A3 UFOnya ya..
> > biar satya doyan makan..
> >
> > Bundanya Satya
> >
> >
>
>
>
> AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN
> SUMATERA UTARA !!!
> ================
> Kirim bunga, http://www.indokado.com
> Info balita: http://www.balita-anda.com
> Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke:
> [EMAIL PROTECTED]
> Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>
>



AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke