test ----- Original Message ----- From: <[EMAIL PROTECTED]> To: <balita-anda@balita-anda.com> Sent: Tuesday, August 02, 2005 4:01 PM Subject: Re: [balita-anda] Bayi 3bulan BAB berbusa
> Hehehe bunda satya... > Maksud saya...jika penyebabnya virus (hsil lab ) ngga perlu antibiotic > ataupun kaopectate. > Masalah anak sulit makan ini aku reposting lagi mengenai artikel tsb, > mudah2an membantu. > > > Salam, > Ummi Nayla > *yangjustrupusingsoalnyaNayladoyyyannbangetmakansampaibukakulkassendirikadan gmanjatmejamaubukamegicjerpadahalbb-nyadahoverweightkalodilarangmakanNaylaku (19bln)teriakteriak...mami..atan..peyiit(maminakalpelit)* > > Jakarta, Minggu > > Agar anak doyan makan, susu sebaiknya dikurangi, > maksimal 1 - 2 gelas sehari > > > Sulit makan! Ini sering terjadi pada anak-anak. > Orangtua pun puyeng. > Boro-boro menghabiskan makanan yang sudah dimasak > dengan susah payah, > menyuapkan sesendok demi sesendok saja bueratnya bukan > main. > > Bagaimana mengatasinya? > > Anak yang sulit makan bukan monopoli masalah para ibu > di negeri kita. Cuma > satu kali mengeklik search engine di internet dengan > kata kunci eating > problem, syuut ... langsung terpampang puluhan situs > web yang memaparkan > kesulitan makan pada anak di planet ini. Dari situs > tersebut ada sebuah > situs yang menarik. Isinya, berbagi rasa diantara para > orangtua yang > anak-anaknya sulit makan. > > Salah satunya, pengalaman Rhonda di Kanada. > > "Dua anak lelaki saya berumur tiga dan lima tahun. > Saya khawatir sekali > karena tubuh mereka lebih kecil dibandingkan dengan > teman-temannya. Mereka > sangat pemilih soal makanan. Setiap makanan, yang saya > masak dengan > pertimbangan memenuhi standar gizi yang baik, selalu > dikomentari ’Iiih’. > Mereka menolaknya. Bagaimana agar mereka mau makan > selahap kalau dibawa ke > restoran fast food? Bagaimana pula agar mereka tidak > selalu memilih > makanan siap santap dari supermarket? Bagaimana > membuat mereka mau mencoba > makanan lain, bukan yang itu-itu saja?" > > Apakah Anda memiliki pengalaman dan pertanyaan serupa? > Mari kita coba cari > jawabannya > > Kurangi susu > > Faktor kesulitan makan pada anak, menurut dr. Eva J. > Soelaeman, SpA, > spesialis gastrohepato nutrisi anak dari RSIA Harapan > Kita, Jakarta, bisa > karena terlambat mengenalkan makanan padat pada si > anak. Saat ia mulai > diperkenalkan pada makanan kasar (usia setahun), saat > itu juga seharusnya > susu mulai dikurangi, maksimal 1 - 2 gelas sehari. > > Namun, orangtua cenderung kurang sabar memberikan > makanan kasar. Akhirnya, > daripada perut si anak tidak kemasukan makanan, > diberikan saja susu > melebihi jumlah yang semestinya. > > Dengan memperkenalkan aneka jenis bahan makanan, > diharapkan anak semakin > terbiasa dengan makanan rumah. Itu tergantung > bagaimana pinter-pinter-nya > ibu memberikan makanan bervariasi agar anak tidak > cepat bosan. Salah satu > penyebab susah makan, bisa jadi karena makanan > sehari-hari kurang > variatif. > > "Banyak ibu berpendapat, kalau belum makan nasi, > (artinya) si anak belum > makan," tambah Eva. "Padahal, makanan sumber energi > seperti roti, bakmi, > makaroni, bakpao, dll. bisa sebagai pengganti." > > Perlu juga diperhatikan apakah makanannya bergizi > seimbang. Artinya, > kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan > mineral memenuhi > syarat ilmu gizi dengan porsi disesuaikan kebutuhan > dan usianya. Eva > mengingatkan, agar tidak membiasakan makanan untuk > anak diberi bumbu MSG > sehingga kalau tanpa itu akan terasa hambar dan kurang > enak bagi si anak. > Orangtua juga sebaiknya mengatur menu makanan > sehari-hari bagi anaknya, > bukan diserahkan ke pengasuh. > > Apa yang dilakukan Ade, ibu dari dua anak yang masih > duduk di TK dan SD, > mungkin bisa ditiru. Hampir setiap hari ia berusaha > memasak untuk > keluarganya. Menyiapkan makanan sejak subuh sudah > merupakan pekerjaan > rutin sejak menikah. Agar menunya bervariasi, ia > mencoba membuat daftar > menu selama satu minggu. Untuk minggu berikutnya, ia > berusaha tidak > mengulang menu sebelumnya. (intisari) > > ------------------ > http://www.kompas.com/wanita/news/0408/10/185144.htm > MENGENAL SELERA MAKAN ANAK > > > Menyiapkan makanan untuk anak-anak adalah hal yang > gampang-gampang susah. > Selain harus memenuhi standar gizi, tampilan > makanannya juga harus > menarik. > Tak sedikit orang tua seperti Anda yang mengalami > kesulitan dalam > memberikan makanan pada anak. Apalagi kalau anak susah > makan. Kurangnya > keinginan makan pada anak umum terjadi, khususnya anak > usia balita. Apa > yang harus Anda lakukan untuk meningkatkan selera > makan anak? > > Di usia balita, anak menghabiskan sebagian besar > waktunya untuk bermain. > Kalau sudah asyik bermain, mereka seringkali > mengabaikan waktu makan. > Namun berbagai cara dapat Anda lakukan untuk > menyiasati anak agar makan > lebih banyak, terutama makanan yang bergizi tinggi. > Salah satunya adalah > menyuapi anak-anak sambil mengajaknya bermain. > > Biasanya anak lebih berselera makan makanan yang > berupa cemilan karena > tertarik dengan kemasan dan cita rasa yang disajikan. > Saat ini banyak > pilihan produk makanan dengan berbagai kemasan menarik > di pasar. Mulai > dari bentuk, warna, dan kemasannya. Tak jarang promosi > produk-produk ini > melibatkan pemberian produk mainan sehingga > memperbesar daya tariknya. > Namun yang harus Anda perhatikan adalah, apa pun > makanan yang disajikan > harus memenuhi kebutuhan gizi anak. > > Kalau anak senang makan cemilan, Anda sebaiknya > memilihkan cemilan-cemilan > yang memiliki komposisi gizi seimbang dengan kandungan > karbohidrat, > protein, lemak, vitamin, dan mineral yang lengkap. > Yang perlu Anda perhatikan juga adalah bagaimana > menciptakan suasana > nyaman bagi si Kecil saat makan. Banyak cara bisa > dilakukan, seperti yang > dilakukan oleh Mona Ratuliu saat menyuapi si Kecil > sambil mengajaknya > bermain agar ia tidak bosan. Menambah pengetahuan > dengan membaca buku yang > membahas cara menyajikan makanan juga dapat dilakukan > seperti yang Mona > lakukan. Dengan demikian Mona mampu menyajikan makanan > dengan bentuk dan > warna-warna menarik, sehingga si Kecil lebih mudah > diajak makan. > > Memperkenalkan Rasa dan Tekstur Makanan Secara > Bertahap > dr. Samuel Oetoro, MS menjelaskan bahwa pengenalan > rasa dan tekstur > makanan kepada anak harus dimulai sejak dini dan > disesuaikan dengan > tahapan usianya. Di usia 6 bulan bayi sebaiknya > diperkenalkan denan bubur > susu dan bahan makanan lain yang bertekstur. Menginjak > usia 8 bulan > perkenalkan pada nasi tim lunak. Usahakan untuk tidak > mencampur aduk menu > yang dapat menyebabkan rasanya menjadi aneh. Karena > yang terpenting adalah > memperkenalkan rasa dan variasi makanan pada si Kecil. > Menu makanan biasa > baru mulai diperkenalkan pada usia 1 tahun. > > Jika balita Anda suka makanan orang dewasa, seperti > sate, ini adalah hal > yang wajar. Yang penting gizinya harus lengkap, > seimbang dan banyak > variasinya. Artinya, mengandung karbohidrat, lemak, > protein, dan sayuran > atau mineral dengan komposisi seimbang dan jenis > makanannya jangan > monoton. Inilah yang selayaknya terpenuhi dalam menu > sehari-hari. Jika > anak belum suka makan makanan yang padat, Anda bisa > menggantikannya dengan > makanan cair, terutama susu. > > Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga bisa merasa > bosan dengan menu > yang sama terus menerus. Anda harus jeli dan mampu > memberikan makanan > secara bervariasi. Selain harus jeli mengatur makanan > agar anak tetap > berselera, Anda juga tidak boleh memaksa anak untuk > makan apalagi dengan > ancaman. Karena ancaman ini dapat menyebabkan si Kecil > trauma dan malah > akan membuatnya semakin susah dibujuk untuk makan. > (sahabatnestle) > http://www.indomedia.com/intisari/1998/agustus/ogah.htm > Anak Makan Salah Ortu > Kalau seorang anak ogah-ogahan makan, bisa jadi bukan > faktor si anak > tetapi lantaran kesalahan ortu (orang tua) dalam > menerapkan pola makan > pada anak. Lantas apa yang harus dilakukan? Berikut > paparan Dr. Ali > Khomsan, ahli gizi yang juga dosen GMSK, Faperta IPB. > > Asupan gizi yang baik sering tidak bisa dipenuhi oleh > seorang anak karena > faktor dari luar dan dalam. Faktor luar lantaran > keterbatasan ekonomi > keluarga. Sedangkan faktor internal ada dalam diri > anak yang secara > psikologis muncul sebagai problema makan anak. > > Problema makan ini misalnya dijumpai dalam bentuk anak > enggan makan. > Perilaku ogah makan bukanlah persoalan sepele. Tidak > ada obat mujarab yang > bisa segera memulihkan nafsu makan anak. Anak yang > malas makan selalu > berusaha mencari-cari alasan untuk tidak makan. > Misalnya dengan ngemut > makanan, mempermainkan, atau memuntahkan makanan. > Picky eater (pilih-pilih makanan) sering dijumpai pada > anak yang membuat > orang tua bingung. Anak yang cenderung berperilaku > picky eater akan > mengalami kesulitan dalam meramu variasi makanan untuk > memenuhi kecukupan > gizinya. Makanan yang dikonsumsi sehari-hari cenderung > seragam, padahal > keanekaragaman makanan merupakan cara terbaik untuk > memenuhi kebutuhan > gizi. Anak-anak ini pun bisa saja setelah besar tidak > mau mengkonsumsi > makanan yang keras. Bahkan nasi pun harus diganti > bubur. > > Mengapa problema makan ini muncul pada anak? Secara > psikologis dapat > diterangkan, perilaku makan timbul karena anak meniru > atas apa yang > dilakukan oleh anggota keluarga lainnya. Anak yang > tumbuh dalam lingkungan > keluarga yang enggan makan, lantaran diet misalnya, > akan mengembangkan > perilaku enggan makan pula. > Perilaku sulit makan juga dapat timbul karena orang > tua tidak mengakui ego > anak. Orang tua selalu memaksakan anak harus makan > ini-itu dengan porsi > yang sudah ditentukan. Misalnya dengan mengharuskan > menghabiskan makanan > di piring. Maksud orang tua mungkin benar mereka > menginginkan anaknya > tumbuh sehat dengan gizi cukup. Tetapi mereka kurang > menyadari kalau makan > bukan melulu persoalan gizi tetapi terdapat pula unsur > psikologis. > Soalnya, anak balita dalam rangka menuju proses > kemandirian sebenarnya > ingin pula diakui egonya. Jadi, sekali-kali beri > mereka kebebasan untuk > mengambil makanan sendiri tanpa harus disuapi. > Ulah ortu > Ada perbedaan mendasar bagaimana orang Barat > mempersiapkan proses > kemandirian anak dibandingkan dengan orang Timur. Di > sini kita selalu > cenderung meladeni anak, termasuk dalam hal makan > karena tidak ingin > makanan tumpah berceceran. Membuang-buang makanan > adalah tabu dan bisa > kualat. Sehingga dalam masyarakat kita bisa dijumpai > orang tua masih > menyuapi anak yang sudah kelas V SD. Hal ini nyaris > tidak kita temukan > pada masyarakat Barat yang sejak dini melatih anak > untuk bisa makan > sendiri. > Perilaku makan yang kurang pas sering kali muncul > karena ulah orang tua. > Semisal kebiasaan untuk menenangkan anak yang sedang > rewel dengan cara > membelikan jajanan yang padat kalori (permen, minuman > ringan, coklat, > dsb.). Anak yang sudah mengkonsumsi makanan padat > kalori perutnya akan > segera kenyang sehingga ia tidak mau makan. > > > Variasi makanan sangat menunjang tumbuh kembang anak. > Karena itu kegiatan makan bagi seorang anak harus > dibuat dalam suasana > yang menyenangkan. Jangan ada unsur paksaan sehingga > timbul kesan saat > makan menjadi sesuatu yang menjengkelkan atau bahkan > merupakan hukuman. > Kebiasaan makan bersama yang sudah mulai ditinggalkan > ada baiknya > dihidupkan lagi. Anak balita pun bisa merasakan > nikmatnya makan bila semua > anggota keluarga duduk bersama-sama di meja makan. > Problema makan pada anak dapat berakibat buruk bagi > tumbuh kembang anak. > Sedikitnya makanan yang masuk ke dalam perut anak > dapat menjadi indikasi > bahwa anak itu mempunyai peluang besar untuk menderita > kurang gizi. > Indikator status gizi kurang dicerminkan oleh berat > badan atau tinggi > badan anak di bawah standar. > Dengan menggunakan ukuran standar sebagai pembanding > kita dapat mengetahui > status gizi seorang anak. Di dalam Kartu Menuju Sehat > (KMS), yang > dibagikan secara gratis bagi peserta program Posyandu, > tergambar grafik > pertambahan berat badan berdasarkan usia anak. Melalui > penimbangan anak > balita setiap bulan dapat diketahui kecenderungan > status gizi seorang > anak. > Mereka yang mengalami kegagalan pertumbuhan (berat > badan tetap atau turun > dalam penimbangan bulan berikutnya) sering disebabkan > oleh kekurangan gizi > atau sakit. Anak-anak itu mengalami kekurangan gizi > karena kurangnya > makanan di tingkat rumah tangga. > Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti > halnya orang dewasa. > Tetapi mereka pun bisa menolak bila makanan yang > disajikan tidak memenuhi > selera mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua kita > juga harus berlaku > demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan > yang memang menjadi > kegemaran si anak. > Faktor psikososial yang bisa mempengaruhi nafsu makan > anak bisa timbul > karena pemberian makan yang terlalu tergantung pada > seseorang. Misalnya, > anak balita yang biasa disuapi pembantu mungkin nafsu > makannya berkurang > ketika harus makan bersama-sama ibunya yang selama ini > selalu sibuk di > kantor. Yang paling baik adalah menciptakan suasana > sosial yang seimbang > di dalam rumah tangga sehingga anak balita merasa > dekat dengan semua > anggota rumah tangga dan mau makan dengan siapa saja. > Susu tidak wajib > Asupan gizi yang baik tentu berperan penting dalam > mencapai pertumbuhan > badan yang optimal. Pertumbuhan badan yang optimal ini > mencakup pula > pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan > seseorang. > > > Makanan siap saji cenderung tak seimbang kandungan > gizinya. > Masa pertumbuhan otak tercepat adalah pada trisemester > ketika janin berada > dalam kandungan sampai bayi berusia 18 bulan. Setelah > itu otak masih > tumbuh dengan kecepatan yang semakin berkurang sampai > usia lima tahun. > Oleh karena itu usia balita ini sangat rawan terhadap > kondisi-kondisi > kurang gizi. > Pada usia rawan ini banyak orang tua yang mempunyai > persepsi keliru > mengenai makanan untuk anaknya. Misalnya, bayi sampai > usia empat bulan > sebenarnya cukup kalau hanya diberi ASI oleh ibunya > tanpa tambahan makanan > apa pun. Hal ini sesuai dengan sistem enzim dalam > pencernaan bayi yang > masih didominasi oleh enzim laktase untuk memecah > laktosa susu. > Tetapi sebagian orang tua menganggap bayi akan > kelaparan tanpa makanan > tambahan sehingga mereka memperkenalkan pisang, bubur, > dan sebagainya. > Padahal jenis makanan ini memerlukan kehadiran enzim > maltase untuk memecah > maltosa (karbohidrat) pada pisang atau bubur. Enzim > maltosa umumnya belum > banyak diproduksi oleh bayi di bawah usia empat bulan. > Kesalahan dalam > memberikan makanan ini tentu membuat tubuh bayi tidak > dapat mencerna > dengan sempurna makanan yang diberikan oleh ibunya > sehingga sari makanan > tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Akhirnya, bayi > bisa terhambat > kecerdasannya. > Setelah anak berusia dua tahun sebenarnya kehadiran > susu dalam menu > sehari-hari bukanlah hal wajib. Yang penting aneka > ragam makanan > dikonsumsi dengan cukup. Dengan memperhatikan 4 sehat > saja (nasi, sayur, > lauk, dan buah), anak-anak setelah usia dua tahun > dapat tumbuh secara > baik. > Namun kenyataannya, orang tua seolah memaksa anak agar > mengkonsumsi susu > banyak-banyak dan membiarkan anak mengurangi porsi > makannya. Padahal makan > dengan porsi tiga kali sehari lebih penting daripada > minum segelas atau > dua gelas susu. Susu di banyak keluarga dianggap > sebagai makanan dewa yang > bisa menggantikan nasi, sayur, dan lauk pauk. > Susu dari sudut pandang gizi bukanlah sumber protein > tetapi lebih tepat > sumber kalsium dan fosfor. Kalsium dan fosfor ini > dengan mudah kita > dapatkan dalam ikan teri atau ikan sarden. Sementara > sumber protein utama > kita adalah nasi serta lauk-pauk. Jadi, dengan > konsumsi 4 sehat tanpa 5 > sempurna pun anak-anak kita setelah usia dua tahun > bisa tumbuh dengan > optimal. Juga pertumbuhan tinggi badannya. > Perawakan tinggi ini ditentukan oleh banyak faktor. > Faktor genetik atau > potensi biologik menjadi modal dasar dalam mencapai > hasil akhir proses > tumbuh kembang. Tinggi badan seorang anak akan > dipengaruhi tinggi badan > kedua orang tuanya. Kita tidak bisa mengharapkan anak > tumbuh tinggi bila > orang tuanya pendek atau sebaliknya. > Selain itu ada pula faktor hormonal. Hormon yang > sangat penting untuk > pertumbuhan adalah hormon pertumbuhan, hormon tiroid, > dan hormon seks. > Hormon pertumbuhan diperlukan untuk merangsang > perkembangan tulang > panjang. Anak-anak yang menderita kekurangan hormon > pertumbuhan hanya akan > mempunyai tinggi akhir 120 cm pada masa dewasanya. > Hormon tiroid berperan > besar dalam metabolisme tubuh. Sedang hormon seks > menentukan pertumbuhan > anak pada masa pubertas. Jadi kalau ada anak disunat > menjelang pubertas, > sesudahnya dia tumbuh secara lebih cepat karena > aktivitas hormon seks. > Bukan khitan itu yang menyebabkan seseorang tumbuh > lebih cepat. > Ukuran perawakan tinggi sebagai manifestasi ketiga > faktor di atas > berbeda-beda untuk setiap populasi. Tinggi untuk > ukuran kita belum tentu > demikian untuk orang Eropa atau Amerika. Masyarakat > kita bahkan mungkin > belum bisa mentoleransi anak perempuan yang tingginya > 175 cm. > Tapi pada era globalisasi ini tinggi badan menjadi > sesuatu yang tidak bisa > diabaikan. Soalnya, berbagai formasi pekerjaan > mensyaratkan ukuran tinggi > badan tertentu. Kalau dulu hanya ABRI dan awak pesawat > udara, kini semakin > banyak sektor yang menginginkan pegawainya > berperawakan tinggi. Nah, ada > baiknya para orang tua lebih memperhatikan perlaku > makan putra-putrinya. > > > > > > > "Nia" <[EMAIL PROTECTED]> > 08/02/2005 03:54 PM > Please respond to > balita-anda@balita-anda.com > > > To > <balita-anda@balita-anda.com> > cc > > Subject > Re: [balita-anda] Bayi 3bulan BAB berbusa > > > > > > > Mba' sefty, > > Anakku dah 1thn > dia itu kayana alergi antibiotik karena selalu muntah kalo minum > antibiotik > selama ini dia minum kaopectate ga ada masalah sich' > BABnya tetap tiap hari > > Kalo madu kayana dah boleh juga, kan dah 1thn > aku memang baca dimilis ini artikel anak susah makan > dan rata2 ortu pada kasi' madu > makana aku pengin coba hbis aku bingung > satya susah bgt untuk makan+minum susuna > dari umur 3bln s/d 1thn (sblm diare) dia tidak bisa makan kalo tidak > diblender+bubur susu (bubur ayam tidak mau) > nah setelah sembuh diare ini dia baru mau makan nasi dan tidak mau lagi > bubur susu > tapi tetep aja susah paling cuma 2 sendok makan. > Apalagi susu duh susahnya > dia memang tidak mau pake dot, pakena sendok > dan tidak ada keinginan minum susuna. > jadina dipaksa karena kalo sudah cium bau susu pasti dimuntahin palagi > susu > yg berasa > makanya saya cari semua cara supaya dia mau makan > Mba' sefty punya tips ? > > C U > Bundanya Satya > > > ----- Original Message ----- > From: <[EMAIL PROTECTED]> > To: <balita-anda@balita-anda.com> > Sent: Tuesday, August 02, 2005 2:22 PM > Subject: Re: [balita-anda] Bayi 3bulan BAB berbusa > > > > Bunda Satya..lam kenal en selamat datang yah di millis BA yg top > ini...btw > > jangan kaget klo banyak oot nya :) > > > > Mba...ada hal yg mengganjal ditulisan mba....boleh ya saya koreksi, jika > > anak diare entah itu penyebabnya virus atau amoeba jangan sekali-kali > > diberi kaopectate,coba brow ke www.medicastore.com disitu tertera efek > > samping dr obat tsb adalah bisa menyebabkan penyumbatan saluran cerna. > > intinya diare itu adalah racun yg hrs dikeluarkan, jika diberi > kaopactate > > itu hanya menyumbat diare tsb tapi bukan menyembuhkan, tapi Jika dari > > hasil lab penyebabnya adalah amoeba ...nah ini memang hrs diberi > > antibiotic. > > Sebenarnya diare pada bayi kebanyakan penyebabnya karena virus, diare > > merupakan mekanisme alami tubuh untuk mengeluarkan zat-zat yang tidak > > diinginkan atau yang mengganggu tubuh kita. Justru kalau tidak > > dikeluarkan bisa membahayakan. Karena sifatnya mekanisme alamiah, tidak > > perlu diberikan obat diare agar semua racun yang menganggu terbuang > > bersama dengan BAB. > > Yang harus mbak perhatikan kalau Diare adalah perbanyak intake cairan, > > bisa pedialyte, air putih, susu, juice dst untuk mengganti cairan yang > > hilang dan tetap makan tapi hindari makanan yang berlemak ( ini u/ bayi > > diatas 6 bln ) > > > > Dan maap klo ngomongin madu....Ini ada artikel sedikit tentang botulisma > > dari AAP. > > > > "botulism adalah bakteri yg terdapat dlm madu dan karena proses > > pengolahan madu yang cenderung tdk steril 100%, maka bakteri ini akan > > tetap ada dlm madu > > lalu membentuk spora shg bisa bertahan hidup dan mereka baru akan > > berkembang biak kalau sdh menemukan lingkungan yang cocok. Jadi kalau > > untuk > > anak < 1th yg mikroflora dlm ususnya belum banyak berkembang,relatif > > berbahaya utk pemberian madu krn botulism ini akan berkembang > > biak dlm usus tanpa adanya hambatan dr mikroflora usus anak. Trus kalau > > sampai bener2 berkembang efeknya adalah tjd keracunan pd anak bahkan > > bila sampai ke otak bisa menyebabkan kematian." > > so klo anaknya blm 1 tahun jangan deh diberi madu.... > > > > > > Botulism Facts > > > > Botulism is a muscle-paralyzing disease caused by a toxin made by a > > bacterium called Clostridium botulinum. > > > > There are three main kinds of botulism: > > Food-borne botulism occurs when a person ingests pre-formed toxin that > > leads to illness within a few hours to days. Food-borne botulism is a > > public health emergency because the contaminated food may still be > > available to other persons besides the patient. > > > > > > Infant botulism occurs in a small number of susceptible infants each > > year who harbor C. botulinum in their intestinal tract. > > > > Wound botulism occurs when wounds are infected with C. botulinum that > > secretes the toxin. > > > > With foodborne botulism, symptoms begin within six hours to two weeks > > (most commonly between 12 and 36 hours) after eating toxin-containing > > food. Symptoms of botulism include double vision, blurred vision, > > drooping eyelids, slurred speech, difficulty swallowing, dry mouth, > > muscle weakness that always descends through the body: first shoulders > > are affected, then upper arms, lower arms, thighs, calves, etc. > > Paralysis of breathing muscles can cause a person to stop breathing and > > die, unless assistance with breathing (mechanical ventilation) is > > provided. > > > > Botulism is not spread from one person to another. Food-borne botulism > > can occur in all age groups. > > > > A supply of antitoxin against botulism is maintained by CDC. The > > antitoxin is effective in reducing the severity of symptoms if > > administered early in the course of the disease. Most patients > > eventually recover after weeks to months of supportive care. > > > > > > > > "Nia" <[EMAIL PROTECTED]> > > 08/02/2005 01:47 PM > > Please respond to > > balita-anda@balita-anda.com > > > > > > To > > <balita-anda@balita-anda.com> > > cc > > > > Subject > > Re: [balita-anda] Bayi 3bulan BAB berbusa > > > > > > > > > > > > > > hai mba' uci salam kenal ya.. > > saya baru nich di BA > > mo sharing aj > > kemaren anakku (1thn) juga kaya begitu > > BABnya berbusa..bingung dan ga tega ngeliatnya > > hbis dari lahir smp skrg baru skrg dia BAB kaya begitu > > sampe badannya lemes,biasana kalo sakitpun dia masih aktif tapi yg ini > > bikin > > dia lemes bgt sampe bbnya turun 7ons > > akhirna aku bawa ke dokter di RS evasari Dr. Sugandhi, hbs takut > kenapa2, > > daripada telat nanti dirawat > > feelingku sich memang masuk angin dan masuk makanan yg ga beres > > dari dokter aku dikasih cairan pedialit sama antibiotik bactrim > > eh dikasi pedialit sama antibitik dia malah muntah2 ahirna pedialitnya > aku > > yg minum karena dia masih ASI kata ortu nanti larinya ke anak2 juga. > > dan antibitikna aku stop jadi obat dari dokter ga kepake...sia2 ga sich > > yg kepake malah obat kaopectate yg memang aku sediain kalo dia diare > > trus aku buat parutan bawang yg diolesin ke badan/perut biar anget. > > Alhamdulilah 3hri kemudian dia sudah sehat kembali > > dan setelah sakit tsb dia bisa jalan dan mau makan nasi walaupun dikit > dan > > hanya beberapa suap > > kata ortu dulu sakit ngentengin badan mo jalan (ada2 aja ya masa mao > jalan > > aja pake sakit) > > > > Yg penting banyakin minum susu+ASI aja supaya ga dehidrasi > > kaopectate bagus loh buat diare, aku aja kalo diare minum itu > > juga..tokcer...! > > Moga dira cepet sembuh ya.. > > > > To mamanya najwa kita jadi nich ketemuan online.. > > ditunggu kabar madu A3 UFOnya ya.. > > biar satya doyan makan.. > > > > Bundanya Satya > > > > > > > > AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN > SUMATERA UTARA !!! > ================ > Kirim bunga, http://www.indokado.com > Info balita: http://www.balita-anda.com > Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: > [EMAIL PROTECTED] > Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] > > > > AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA UTARA !!! ================ Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]