from my blog, http://gawtama.blogspot.com


"Baru selesai nyapu, udah disuruh ke warung. Sebentar ya bu, saya masih lelah 
..." kata-kata itu selalu keluar setiap ibu meminta tolong membelikan sesuatu 
di warung yang jaraknya tak lebih dari 20 meter.

Pulang dari warung, ibu minta tolong untuk mengantarkan pesanan bu Sapto, 
tetangga sebelah rumah, "nanti dulu dong bu, capek nih..." kata itu juga yang 
menjadi alasan untuk menolak permintaan ibu.


Setiap sore, suara ibu terdengar dari luar kamar agar saya segera mengepel 
lantai. Biasa, tugas rutin. lagi-lagi, alasan masih lelah keluar dari mulut ini 
dan membiarkan ibu terus menerus memanggil nama saya. Biasanya kalau sudah 
bosan, ibu yang mengerjakannya sendiri.


Kemarin sepulang sekolah, secarik kertas menempel di pintu kamar. tertulis 
pesan, "Jangan tidur siang ya, langsung ke pasar, bantu ibu ambil belanjaan". 
Seperti biasa, kertas itu tetap menempel sampai sore hari ibu datang 
terengah-engah berpeluh keringat berjinjing belanjaan. "Capek banget nih bu, 
maaf ya" hanya itu alasan yang saya punya.


Tadi pagi sebelum berangkat sekolah, saya alpa mengerjakan tugas pagi, menyapu 
lantai. Sambil menyantap sarapan, saya minta maaf ke ibu karena semalam terlalu 
larut belajar. "Masih capek nih bu," lagi-lagi alasan itu.


Sore ini, alasan lelah lagi yang saya pakai untuk menolak permintaan ibu 
menjaga adik. Padahal ibu memintanya dengan penuh harap. Setelah ibu mengalah, 
justeru saya tak merasa lelah saat datang ajakan bermain bola dari teman-teman.


***


hmm, saya sering meneteskan air mata jika mengingat alasan-alasan yang selalu 
saya buat untuk menolak permintaan ibu. Sungguh, saya yakin meski tak meminta 
maaf pun ibu selalu memaafkan anaknya ini.


Kini, saya teramat tahu, ibu tak pernah bilang lelah menuruti kemauanku sejak 
kecil. Tak sekalipun terdengar keluh ibu menanggapi semua permintaanku. Tak ada 
kata "ibu lelah nih" untuk pinta yang tak pernah henti dari anaknya ini.


Ibu tak pernah lelah menyediakan dadanya untuk saat-saat sedih saya, juga 
ketika saya bingung mencari tempat mencurahkan persoalan. Wanita yang teramat 
tangguh itu tak sedikit pun tersirat untuk berhenti berjalan menempuh ribuan 
kilo untuk melayani semua keperluan saya.


Bahkan, saya pun tahu ibu dulu tak pernah mengeluh membawa perut buncitnya 
selama sembilan bulan lebih hingga melahirkan saya antara hidup dan matinya. 
Lalu saya juga tahu, air susunya menjadi saksi bahwa ia memang tak pernah lelah 
mengalirkan cintanya kepada saya.


Ah ibu, maafkan anakmu ini yang terkelu tatkala mengingat semua


Bayu Gautama

==============================================

3 Agustus 2005

Dari cerita yang hampir sama seperti di atas, di hari yg berbahagia ini, saya 
haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada ibu dan bapak tercinta, dengan 
jerih payahmu, dengan doa-doamu saya bisa seperti ini (tentunya ini berkat 
hidayah Allah SWT juga). Maafkan anakmu ini jika belum dapat membahagiakanmu. 
Untuk almarhum bapak, semoga diberikan ampunan oleh Allah dan tempat yang layak 
di sisi Nya.         Salam sayang kepada istri dan anak-anak tercinta serta 
seluruh keluarga.

M Tri Agus
http://triagus.multiply.com

Kirim email ke